Aku menerima sebuah surat, bukan dari seorang petugas pos atau bahkan dari seseorang yang mengenalku. Dan bukan sebuah kertas harum yang di sertai setangkai bunga mawar harum. Tapi sebuah surat dari takdir yang telah di tunggu atau beberapa waktu lalu seringku tolak datangnya untuk bertamu.
Waktu sujudku seperti berita untuknya yang menunggu. Kata berserah padaNya menjadi sebuah jalan pertemuan untukku.
Siapakah dia yang tuhan hadirkan disela perjalanan hidupku?
Sesekali ku lantunkan rasa syukurku namun diselanya ada resah yang bergemuruh. Sepertinya aku menginginkan kehadiranmu tapi ketakutan besarku jika aku marah padaNya yang mempertemukan kita dalam keraguanku.
Sesungguhnya dia menguatkanku dengan besarnya rasa syukur dan penjagaan tanpa diri kutahu. Sepertinya aku terlalu kecewa dengan dunia CiptaanMu sampai aku lupa bahwa lebih dan kurang adalah cara hidup di bumiMu.
Hanya tuhan dan para malaikatlah yang tahu, betapa keras hatiku mengadu. Betapa yakin hatiku untukmu yang berdoa lirih hingga benang merah kita bertemu.
Sungguh penjagaan tuhan tak pernah henti untukmu dan diriku.
Sean, dia adalah dirimu...