Flash Fiction
Disukai
1
Dilihat
552
Resonansi di Kedalaman
Drama

Suatu hari, saya dan teman saya berjalan di pinggir danau. Sambil bercakap-cakap, tiba-tiba dia menyenggol saya hingga saya terjatuh ke dalam danau. Airnya dingin, dan saya terkejut. Namun, alih-alih menolong atau meminta maaf, teman saya malah marah-marah. “Lihat, pakaianku basah karena percikan airmu!” serunya kesal.Saya mencoba menenangkan diri, meskipun perasaan jengkel mulai muncul. “Kamu yang menyenggolku,” balas saya singkat, berusaha untuk tidak memperpanjang masalah. Dia malah menatap saya dengan pandangan menyalahkan. “Kalau saja kamu lebih hati-hati, ini tidak akan terjadi!” Saya terdiam. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang dia lakukan. Dia hanya marah karena pakaiannya basah. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dalam diam, tetapi dalam hati saya mulai berpikir, mungkin saya perlu menilai ulang hubungan ini. Kami melanjutkan perjalanan dalam diam. Namun, tak lama setelah itu, saya merasakan sesuatu yang aneh. Perasaan dingin dari air tadi tidak kunjung hilang—sebaliknya, tubuh saya mulai menggigil tak terkendali. Saya melihat ke arah teman saya, tetapi dia tidak memperhatikan saya sama sekali, sibuk dengan dirinya sendiri. Saat saya mencoba mengumpulkan kekuatan untuk berbicara, pandangan saya mulai kabur. Tiba-tiba, semuanya terasa pudar. Saya terjatuh lagi, kali ini ke tanah, dan suara teman saya samar-samar terdengar, memanggil-manggil saya. Ketika saya sadar kembali, saya sudah berada di tepi danau, tetapi teman saya tidak ada. Dia pergi begitu saja, meninggalkan saya yang terbaring lemah.Beberapa hari kemudian, saya menerima kabar bahwa teman saya ditemukan tenggelam di danau itu. Tidak ada yang tahu bagaimana dia bisa jatuh, tetapi yang aneh, posisi tubuhnya ditemukan tepat di tempat saya jatuh pertama kali. Air danau yang dingin seolah telah menjadi saksi bisu, membawa balasan yang tak terduga.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar