Lokasi Toko Sepatu Lobana dan Toko Sepatu Sabarna berhadapan, terpisah jalan berpaving selebar sekitar tiga meter di kompleks pasar Desa Limpung, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Setiap pagi setelah membuka pintu toko, Pak Lobana selalu melangitkan doa, “Semoga banyak orang yang berbelanja di tokoku dan semoga tak ada orang yang berbelanja di toko Si Sabarna.”
Suatu hari, berkunjunglah seorang ibu dan anak lelakinya yang bertubuh besar. “Anak saya ini masih sepuluh tahun, tetapi tubuhnya besar seperti orang dewasa. Sepatunya saja nomor 39. Saya kesulitan menemukan sepatu yang cocok untuknya. Saya berharap menemukan sepatu untuk anak saya di toko ini,” kata si ibu.
“Oh, maaf sekali, Ibu. Kami tidak punya sepatu anak dengan nomor 39. Nomor paling besar adalah 37,” jawab Pak Lobana.
“Oh, sayang sekali. Ke mana lagi saya harus mencari sepatu untuk anak saya?” kata si ibu kecewa. Kemudian si ibu melihat toko Pak Sabarna di seberang jalan.
“Mungkin di toko seberang sana ada sepatu yang cocok untuk anak saya,” kata si ibu.
“Jangan,” sergah Pak Lobana. “Jangan ke toko di depan itu, Ibu. Harganya mahal karena pemilik toko itu orang yang kikir dan juga galak, sehingga banyak pembeli yang kecewa.”
“Benarkah? Lalu sebaiknya saya mencari ke mana?” tanya si ibu.
“Coba Ibu ke toko sepatu di ujung jalan sana,” jawab Pak Lobana.
“Baiklah. Terimakasih, Pak. Permisi,” sahut si ibu lalu pergi.
***
Pada hari yang lain, Pak Lobana melihat seorang bapak keluar dari toko sepatu Sabarna, lalu memasuki tokonya. Pak Lobana tersenyum senang, lalu menyambut kedatangan bapak itu dengan ramah.
“Selamat pagi. Selamat datang di Toko Sepatu Lobana. Ada yang bisa saya bantu, Bapak?”
Si bapak tersenyum senang dengan keramahan Pak Lobana.
“Saya mencari sepatu untuk anak saya. Tetapi, anak saya tidak ikut. Saya harap Bapak bisa membantu memilihkan sepatu yang bagus untuk anak saya,” kata si bapak.
“Anak Bapak putra atau putri?” tanya Pak Lobana.
“Putra, Pak. Nomornya 36,” jawab si bapak.
Pak Lobana segera mengeluarkan beberapa model sepatu anak lelaki. Pak Lobana juga menjelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing model sepatu.
“Nah, model yang ini sedang digemari, Pak. Alasnya terbuat dari karet asli, tidak mudah terpeselet, sehingga aman dipakai untuk anak,” kata Pak Lobana.
“Baiklah. Saya ambil yang ini. Tetapi dengan perjanjian, ya?” kata si bapak.
“Perjanjian apa, Pak?” tanya Pak Lobana.
“Kalau ternyata anak saya tida suka sepatu ini, atau ukuran sepatu ini tidak pas, apakah saya boleh menukarkannya?” tanya si bapak.
“Oh, tentu saja boleh, Bapak,” jawab Pak Lobana.
Si bapak segera membayar sepatu itu dan berkata, “Benar apa yang dikatakan pemilik toko sepatu di depan sana.”
“Apa katanya, Pak?” tanya Pak Lobana.
“Tadi saya hendak membeli sepatu di toko Sabarna, tetapi sepatu nomor 36 tidak ada, habis. Lalu Pak Sabarna menyarankan saya untuk ke toko Anda. Kata Pak Sabarna, toko Anda punya koleksi sepatu yang banyak dan modelnya bagus-bagus. Harganya murah dan pemiliknya juga ramah. Saya sudah membuktikannya sendiri. Terima kasih, Pak. Anda sudah melayani saya dengan baik. Semoga toko Anda semakin laris,” kata si bapak sebelum pergi.
Tak lama kemudian, datang lagi beberapa orang hendak membeli sepatu. Orang-orang itu menyampaikan hal sama bahwa, mereka disarankan oleh Pak Sabarna untuk membeli sepatu di toko Pak Lobana yang koleksinya lengkap, modelnya bagus, dan berharga murah.
Pak Lobana jadi malu pada diri sendiri. Selama ini ia selalu mendoakan agar toko Pak Sabarna bangkrut. Tetapi, ternyata Pak Sabarna menyarankan orang untuk membeli sepatu di toko Pak Lobana.
Sore, sebelum menutup toko, Pak Lobana berkunjung ke toko Pak Sabarna. Pak Lobana menyampaikan terimakasih karena Pak Sabarna telah menyarankan orang-orang untuk membeli sepatu ke tokonya.
“Sama-sama, Pak. Sebagai sesama pedagang sepatu, sudah sepatutnya kita saling menolong. Rezeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Rezeki yang sudah tertakar, tak akan tertukar,” kata Pak Sabarna.
“Sekali lagi terima kasih, Pak,” sahut Pak Lobana dengan mata berkaca-kaca karena terharu dengan ketulusan hati Pak Sabarna.
Pagi berikutnya ketika membuka toko, Pak Lobana mengganti doanya begini: “Semoga banyak orang yang berbelanja di tokoku dan semoga banyak pula orang yang berbelanja di toko Pak Sabarna yang berhati mulia.”
***SELESAI***