Flash Fiction
Disukai
1
Dilihat
586
Bu, ini aku (putri sulungmu)
Drama

Maafkan putrimu ini, yang belum bisa mewujudkan apa inginmu. Aku baru pertama kali menjadi seorang anak, Bu. Semoga ibu bisa memaklumi jika masih banyak hal dariku yang kerap membuatmu jengkel, marah, atau bahkan, hingga membuatmu menangis?

Jika ditanya, apakah aku tega melihatmu diam termenung di depan jedela besar rumah kita? Tentu aku akan menjawab, tidak. Aku tidak tau, kira-kira apa yang sedang dipikirkan olehmu, sehingga membuat ibu nampak melamun sangat lama. 

Akankah sikapku yang sering membangkang? Ah, atau justru eyelan demi eyelan yang terus aku layangkan ketika ibu melarangku akan sesuatu? Aku tidak tahu pasti. Namun, aku turut sedih melihat matamu menatap ke depan sana tanpa titik tertentu. 

Mungkin kau tak bisa membagi beban yang kau pikul kepada siapapun. Jika saja masih ada bapak, mungkin kau akan menceritakan serentetan keluh kesah mengenai kami, anak-anakmu. Namun, sayangnya kau sendirian. 

Wajah yang terkadang masih dihiasi senyum, meski tubuhmu remuk oleh rasa sakit. Aku tahu, kau terus beraktifitas, sejak bangun tidur, hingga menjelang tidur lagi. Bahkan, disaat kau sudah lelap pun, aku tahu jika kau terbangun karena salah seorang anakmu membutuhkan bantuanmu. 

Entah memanaskan lauk lantaran adik lapar tengah malam, atau sekedar mengantarkan si bungsu ke kamar mandi karena ia tak berani sendirian. Bu, aku benar- benar tahu betapa lelahnya tubuhmu itu. 

Seolah menjadi kewajiban semua ibu, kau dituntut untuk ceria begitu terbangun dipagi hari. Lelah yang semalaman kau rasakan, dipaksa hilang ketika pagi menjelang. Mungkin, tanganmu dipaksa untuk menyiapkan ini dan itu, mengejar waktu sebelum kami semua bangun.

Bu, maafkan aku. Hebatnya, kau tidak pernah marah jika aku langsung mengambil wudhu, kemudian menunaikan subuh. Seolah tak menghiraukanmu yang berkutat dengan semua 'kewajiban' itu. Bahkan, kau masih mengampuniku, jika aku tidak membantumu sedikitpun dipagi itu. 

Aku tahu, mungkin banyak cabang-cabang harapanmu yang ingin aku wujudkan. Aku harap, ibu tetap sabar menunggu hingga waktu itu tiba. Tunggu aku, ya, Bu? Tunggu hingga anak sulungmu ini bisa mewaujudkan semua harapmu. 

Aku tak tahu, kapan waktu itu tiba. Aku hanya berharap, semoga jika waktu itu tiba, masih ada ibu disisiku. Janji, ya, Bu? Sulungmu ini akan mengusahakan kebahagiaan untuk ibu yang luar biasa sepertimu. 

Dari putrimu yang tengah menganggur, selesai dari pekerjaan satu, menuju pekerjaan lain yang insyaAllah lebih baik. Aamiin yaa Rabb. Do'akan aku, Bu. Love you until the end, my maam!!!

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar