Flash Fiction
Disukai
7
Dilihat
298
AWAK, JADIKAN SAYA SURI AWAK
Romantis
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Setiap perjalanan meninggalkan cerita, tetapi, tidak semua cerita bisa di kongsikan.

Aku Amoi, gadis Melayu kacukan Cina.

Pagi-pagi biasanya enak untuk tidur, bila musim tengkuju melanda negeri Semenanjung Malaysia, tapi tidak dengan aku. Pagi ini aku harus berangkat ke kantin membantu Makcik ku untuk berniaga nasi lemak dan roti canai. Ya, sejak usia 6 tahun aku sudah tidak memiliki orang tua.

Sampai saja di kampus Sunway Kuala Lumpur, aku melihat seluruh mahasiswa /i beruntun menunggu nasi lemak dan roti canai Makcik. Aku terkadang sedih bila mengingat belum bisa lanjut kuliah.

"Apakah awak sedang memikirkan sesuatu?" tanya Makcik.

"Tak ada Makcik, saya hanya sedang memikirkan masa depan," jawabku dengan wajah datar.

"Amoy, masa depan itu di kejar dan di gapai untuk di wujudkan, bukan mikir tak ada habisnya. Faham tak?"

"Faham, tapi kan, Amoy hanya lulusan SPM. Mana ada jejaka mahukan Amoy Makcik," jawabku lembut sambil memeluk Makcik dengan penuh kasih sayang.

"Pasti ada, hanya sahaja awak belum jumpa," tegas Makcik.

''Syukurlah kalau macam tu,'' ujarku sedikit tenang.

Aku lemparkan pandanganku ke arah Mahasiswa/i yang sedang mengantri makanan di kantin Makcik.

Aku memperhatikan salah satu mahasiswa, sedang duduk di kursi paling hujung. Dia sedang membaca buku pelajaran, ia tekuni, bahkan temannya mengajak untuk mengantri makanan di kantin dia menolaknya. "Apakah awak tak lapar?" tanya temannya.

"Awak duluan sahaja nanti saya nyusul," jawab lelaki itu.

Temannya angguk dan lelaki itu memperhatikan Amoy yang sedang membantu Makciknya melayan pembeli. Paparan sinar matahari yang masuk ke dalam celah jendela kantin, membuat wajah Amoy yang bening menjadi berona pink. Bentuk wajah oval, hidung mancung, mempunyai lesung ganda di kedua pipinya, alisnya berbentuk indah bak diukir rias salon, bibirnya pink lembab bak memakai lipglos, bola mata teduh dan bewarna cokelat, tingginya 165 cm, dan suka menggunakan jilbab plasmina.

Amoy merasa dirinya diperhatikan oleh lelaki dihujung sana merasa malu dan tak selesa beraktivitas. Perlahan lelaki itu bangkit dari duduknya, memasukan buku pelajaran yang dibacanya, lalu berjalan ke arah kantin Makcik Amoy.

''Nasi Kandar 1 porsi lengkap, ya,'' ujar lelaki itu sambil melihat Amoy tak berkedip.

''Maaf Encik, kami tak jual nasi kandar, tapi nasi lemak dan roti canai,'' jawab Amoy dengan gugup, sebab di tenung tanpa berkedip oleh lelaki itu.

''Baiklah, nasi lemak 2 porsi lengkap,'' ujarnya lagi sambil menunjuk kursi tempat ia duduk tadi,''nanti tolong hantar ke sana, ya,'' lanjutnya kemudian. Amoy angguk dan lelaki itu bertolak kembali ke tempat duduknya semula.

Setelah menyiapkan menu pesanan, nasi lemak berserta lauk pauknya ; telur, sambal ikan bilis, kerupuk, dan timun, ayam goreng chili satu getul, Amoy langsung memberi ke lelaki itu. Tatapan lelaki itu membuat Amoy tak selesa, dengan tangan gemetar Amoy meletakan menu itu.

''Awak kenapa, demam?'' tanya lelaki itu melihat Amoy tangan gemetar dan berpeluh. Amoy geleng kepala tak bersuara,

''Temankan saya makan, boleh? Satu nasi lemak itu saya pesan buat awak, nama saya Farel,''ujarnya dengan senyum sambil berdiri membantu Amoy meletakan nasi lemak yang masih dipegangnya.

''Saya Amoy,'' jawabku gugup.

Farel menarik kursi dan menyuruh Amoy duduk untuk makan bersamanya.

''Tak payah malu, jom duduk dan temankan saya. Baca doa dulu sebelum makan,'' ajak Farel dan Amoy angguk malu.

Amoy pun makan dengan rasa malu, sebab baru ini dia makan semeja bersama lelaki dan itu pun ia terpaksa menuruti sebab posisi di kantin Makcik dan ramai orang.

''Sedap tak Encik, nasi lemaknya?'' tanyaku memecah keheningan.

''Sedap sangat dan jujur, ini nasi lemak faforit saya, sejak saya tahu kalau pemilik kantin ini punya anak buah yang lawa dan baik hati.''

Mendengar jawaban itu membuat Amoy tersedak, ya, sebab ini seminggu sudah ia ikut Makcik berjualan di kantin UKM, setelah kena buang kerja dari PT.PLASTIK.

''Encik mahasiswa tingkatan berapa?''

''Saya dosen psikologi di kampus ini. Mengajar tingkatan 1 sampai tingkatan 3. Awak sendiri kuliah atau kerja?''

''Saya baru kena buang kerja Encik, orang tua saya sudah lama meninggal sejak usia saya 6 tahun, dan saya dibesarkan oleh Makcik saya. Beliau yang menyekolahkan saya. Tapi, belum sanggup untuk kuliahkan saya,'' ujarku apaadanya.

''Awak mahu kuliah jurusan apa?''

''Jurusan psikologi, tapi itu biaya sangat mahal Encik. Jadi, saya pendam sahaja impian itu. Keadaan tak mengijinkan,'' ujarku sedih.

''Saya bantu kuliahkan awak, dengan syarat, awak harus rajin belajar dan tak boleh pacaran sampai awak lulus dan awak harus bahagiakan Makcik awak yang sudah bantu besarkan awak,'' kata Farel dan membuat Amoy merasa terkejut, bak kejatuhan rembulan.

''Encik serius?'' tanyaku masih tak percaya.

''Ya, saya serius, sudah lama saya perhatikan awak sejak Makcik awak bawak awak ke kampus ini. Dari awak baca-baca buku yang di pinjam di perpustakaan, sampai awak bantu buka tutup kedai ini dan jaga kebersihan. Saya kagum dengan kemandirian awak.''

Tanpa banyak kata, Amoy bangun dari kursi dan berlari ke arah Makciknya sambil teriak

MAKCIK...AMOY BOLEH SAMBUNG STUDY DI BANTU DOSEN FAREL...

Makcik Amoy, dengan penuh rasa syukur kerana ada seseorang sudi membantu mewujudkan impian Amoy untuk lanjutkan study.

3 tahu berlalu

Farel sedang menunggu bus, ya, sebab dia jimat uang. Sejak membantu biaya study Amoy, Farel jarang pakai mobil lagi. Ia memilih naik kereta api, jimat ongkos dan badan sihat banyak jalan. Hatinya bahagia, keran Amoy lulus dengan nilai yang sangat cemerlang.

Sebongkah bunga mawar seseorang berikan dari arah belakang, dan Farel menoleh, ia sangat terkejut seperti mimpi, Amoy memakai baju gaun pengantin putih dan memegang kardus bertuliskan. ''AWAK, JADIKAN SAYA SURI AWAK.''

''Realy?'' ujarnya tak percaya dan Amoy angguk.

Tanpa banya kata, Farel langsung ambil sepeda di tepi jalan pemilik pemotong rumput dan membawa Amoy ke masjid depan kampus, meminta imam untuk menikahi mereka berdua langsung saat itu juga. Marbot dan Makcik jadi saksi.

SAH...

Perkataan sakral yang diimpikan Farel selaam ini terwujud dan Amoy, dalam diam pun sudah menaruh benih cinta di dalam hatinya kepada Farel.

Makcik tumpang bahagia, akhirnya Amoy dapat mewujudkan impiannya. Kesabaran Amoy dalam menjalani lika liku hidup, akhirnya menemui kebahagiaan. Bertemu Farel, jejaka mencintai tanpa syarat, hanya mahu Amoy menjadi sarjana, memperoleh ilmu yang bermanfaat. Amoy mengajaknya nikah itu adalah hadiah terindah dalam hidupnya yang saat ini sudah berusa 45 tahun.

Qs. Ar-Rum.60. Bersabarlah kamu. Kerana janji Allah itu nyata.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@nurc besok
Kapan menyusul...?
Betul-betul betul.. Sabar itu indah. Terima kasih Dek sudah mampir 😘🙏🏻🍉@artfadilah
amoy pemberani, langsung ngajak nikah untung dosennya jomblo😍😁 Kata terakhinya bagus bersabarlah karena janji Allah itu nyata
Alhamdulillah. Terima kasih sudah mampir, Dek 😘🍉🤗
Akhirnya Amoy bisa wujudkan impiannya
Rekomendasi dari Romantis
Rekomendasi