Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
537
Diperbudak
Horor

Kali pertama aku mengenalnya ketika dia merengek-rengek meminta bantuanku. Dia ingin agar aku membantunya, menjadikan karya novel sukses besar di pasaran. Dia mengaku penulis yang kurang begitu bersinar, namun tengah terobsesi menjadi penulis dengan reputasi besar.

Seperti biasanya aku lantas meminta timbal balik padanya. Kuajukan syarat untuk memenuhi permintaannya. “Kau wajib menuliskan adegan kematian tragis tokoh-tokoh dalam novel terbarumu nanti. Semakin banyak tokohnya yang mati semakin melipat kesuksesanmu.”

Dia bersedia memenuhi persyaratanku agar novel karyanya menjadi buruan pembaca. Padahal syaratku ini bukan main-main, amat berat! Bayangkan, acapkali tokoh rekaannya mati, di kala itu pula orang yang dicintainya akan tewas sesuai gambaran yang ditulisnya sendiri dalam novel.

Tiga tahun setelah mengadakan perjanjian denganku, dia akhirnya sukses mewujudkan obsesinya. Sekarang dia benar-benar telah menjelma menjadi penulis termasyur di negerinya, malahan di manca negara juga. Novel-novel karyanya yang telah dialihbahasakan rupanya laris manis di luar. Beberapa bahkan telah difilmkan. Sementara aku sendiri cukup tersenyum-senyum saja dengan kegilaannya. Demi reputasi dan hidup bergelimpang harta, dia tega sekali mengorbankan satu demi satu orang-orang terdekatnya. Mulai dari anak, istri, mertua, teman dekat, bahkan sampai orangtua sendiri.

Kendati hidupnya kini hanya seorang diri, namun aku tahu jika dia tidak kesepian. Sepertinya dia malah hidup bahagia. Bukan hanya menikmati kemewahan dunia, hidupnya tengah berbunga-bunga karena perempuan yang telah menebar benih cinta padanya berkenan dipersuntingnya. Aku percaya, perempuan yang tengah memabukkannya adalah otak di balik semua kegilaannya ini.

Sampai dia tiba-tiba menemuiku lagi. Kepadaku dia kembali merengek-rengak agar aku bersedia membantunya lagi. Kali ini dia memintaku agar membukakan sebuah kotak berbahan perak. Dia mengerti, tiada seorang pun di dunia yang dapat membuka kotak perak di tangannya selain aku sendiri.

Di lain sisi aku hanya dapat tertegun. Aku tahu betul apa isi kotak perak yang disodorkannya padaku, alangkah terlarang dibuka olehku. Hanya saja Semesta telah menuntut mahluk-mahluk sepertiku, adalah pantangan menolak permintaan manusia selagi mereka bersedia memenuhi prasyaratnya. Menolak sama saja dengan mengizinkan Semesta menghancurkanku

“Untuk membuka peti perak kau mesti bersedia mengorbankan jiwamu sendiri.”

Di luar dugaanku dia ternyata bersedia. Sementara aku hanya dapat termangu akan kegilaan terbarunya ini.

                                            ***

Lega. Akhirnya aku bisa terbebas juga. Setelah kotak perak membuka kembali─tentunya usai dia mengorbankan nyawanya sendiri─, aku akhirnya mampu keluar dari kotak perak yang memenjarakanku. Usai dulu membuka kotak perak, tahu-tahu tubuhku tersedot masuk ke dalamnya. Sementara kotak perak yang membuka langsung menutup kembali. Berada di dalam aku tak bakalan mampu membuka kotak perak.

Menyadari betapa tersiksanya terperangkap di dalam kotak perak, bahkan mungkin hingga ribuan tahun lamanya, aku lantas melontar perjanjian dengan Semesta. Andai Semesta berkenan membebaskanku, selanjutnya aku akan bersedia menjadi budak dari pemilik kotak perak. Tak heran usai keluar dari kotak laknat itu aku lantas bersimpuh di hadapan pemiliknya, seorang perempuan molek yang berdiri angkuh. Perempuan yang belum lama mewarisi kekayaan seorang penulis terkaya dalam sejarah.

 

 

 

 

 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Rekomendasi