Aku kehilangan kedua tanganku. Tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya. Aku terbangun dengan kedua tanganku yang sudah hilang. Tersisa lengan, dari siku ke atas.
Aku tidak benar-benar lupa akan kejadian sebelumnya. Aku ingat bahwa daerah tempatku tinggal terjadi kerusuhan yang sangat serius. Kemudian aku yang berjalan pulang – menerjang kerusuhan, diserang oleh beberapa orang dengan pakaian yang sedikit aneh. Aku tidak ingat ada berapa orang, tapi aku tahu salah satunya wanita berambut merah. Kejadiannya begitu cepat, aku bahkan belum menyadari apa yang terjadi kala itu. Dan setelah aku terbangun, aku sudah dalam keadaan kehilangan kedua tanganku. Dan juga, aku sudah berada di daerah yang asing. Tidak tahu di mana.
Aku haus. Jadi aku berjalan untuk mencari air. Sepertinya aku ada di pinggiran hutan, entah di mana. Dikejauhan aku bisa melihat bukit gersang. Aku terus berjalan hingga bertemu segerombolan anak yang sedang bermain. Aku tidak benar-benar mendekat. Khawatir jika mereka takut padaku. Ketika itu aku baru menyadari, jika aku tidak berlumuran darah. Tanganku yang terpotong itu tidak meninggalkan bekas luka terbuka, seperti telah lama tanganku seperti itu. Tapi saat aku melihat bajuku, masih ada noda darah yang baru. Karena aku terlalu haus, aku tidak memikirkan pikiran-pikiran yang menggangguku itu. Aku hanya ingin minum.
Ada satu anak yang berjalan menjauh dari anak-anak lainnya. Ia seperti kelelahan bermain, memutuskan rehat. Ia duduk di sebatang kayu yang tergeletak di tanah. Tidak ada yang mengewasinya. Dengan cepat tubuhku bergerak. Sangat ringan. Terlalu ringan hingga seperti hembusan angin. Aku terbang, sangat cepat. Menyambar tubuh kecilnya. Mematahkan lehernya, dan menghisap darah dari lehernya. Setelah hausku hilang. Aku melempar tubuh kecilnya begitu saja. Aku membersihkan sisa darah yang ada di bibir dengan lengan atasku. Kemudian terbang menuju arah hutan.
Ternyata lenganku masih berfungsi dengan baik. Namun bukan itu fakta terpentingnya.
Aku berubah jadi vampir. Itu adalah fakta yang anehnya tidak membuatku terkejut.
“Aku Vampir tanpa tangan. Hahahaha.” Entah kenapa aku tertawa. Aku tidak bahagia. Tapi aku juga tidak sedih.
Aku menyusuri hutan tanpa tujuan. Sebentar lagi matahari akan tenggelam. Dan sebentar lagi akan ada keributan di tempat anak-anak tadi bermain. Warga akan ketakutan karena seorang anak mati karena kehabisan darah dan lehernya patah. Atau mungkin tidak?
“Seharusnya kau cari makan setelah matahari terbenam. Kenapa muncul saat matahari masih bersinar?”
Aku terlonjak. Mencari sumber suara. Saat kutengok ke atas, ada seseorang di atas pohon. Ia melompat turun.
“Kau baru ya? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.” Ia berjalan mendekat.
Cantik. Sangat cantik. Rambut panjang hitamnya terurai hingga ke punggung. Sedikit bergerak terkena angin sore. Anak rambutnya sedikit mengenai wajahnya yang putih pucat. Bola mata hitamnya yang kelam terbingkai dengan indah oleh bentuk mata yang tajam, bulu mata yang lentik dan lebat, serta alis yang tebal namun rapi.
Ia menyapuku dengan tatapannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Kenapa makhluk tidak sempurna sepertimu harus dibawa ke tempat ini?”
Yang ia maksud jelas tanganku.
“Lain kali jangan menghisap darah manusia saat matahari masih bersinar. Jika benar-benar tidak tahan, cari hewan saja di hutan. Kecerobohanmu bisa membahayakan bangsa kita.” Ia pergi setelah mengatakan itu. Terbang bagai angin.
Aku bahkan tidak sempat mengatakan apapun padanya. Tapi memang sepertinya ia tak mengaharap jawaban apapun dariku. Ia hanya berbicara sendiri.
Kemana aku harus pergi? Aku tidak mau sendirian. Menyedihkan.
Aku terus bergerak mengikuti kemana tubuhku pergi. Aku terbang di antara pepohonan. Terkadang menjejakkan kaki pada ranting pohon yang besar untuk membuat lompatan berikutnya.
Terkadang aku melihat ada rusa atau kelinci di bawah, tapi tidak membuatku tertarik. Aku masih kenyang.
Apa vampir hanya minum darah? Aku tidak tahu, sepertinya tubuhku lebih tahu. Jadi aku tidak perlu mencari tahu.
Beberapa hari berikutnya hanya seperti itu. Aku hanya berpindah-pindah tempat. Di dekat bukit gersang ada tempat-tempat persembunyian para vampir. Sepertinya tidak ada manusia yang mendekat. Tempat itu adalah tempat tinggal sempurna para vampir. Namun saat aku ke sana, tidak ada yang menyapaku. Mereka hanya menatapku sekilas. Tidak ada yang mau berteman denganku. Jadi saat malam aku lebih suka pergi ke hutan. Membosankan. Bahkan yang lebih membosankan lagi, ternyata vampir itu tidak tidur. Aku terus terjaga tanpa sedikitpun rasa kantuk.
Aku rindu kehidupanku sebagai manusia. Walau kehidupanku buruk, tapi rasanya tidak semembosankan ini. Bisakah aku hidup seperti manusia walaupun aku vampir? Aku janji tidak akan minum darah manusia. Aku hanya akan minum darah hewan saja.
Satu fakta lagi, ternyata aku tidak haus maupun lapar hingga tiga hari. Dan sekarang aku haus. Haus sekali. Aku harus mencari sesuatu. Ada rusa di depanku sebenarnya, tapi aku tidak tertarik. Aku lupa janjiku tadi.
Tubuhku berlari bagai angin. Aku seperti kehilangan kendali. Berlari menuju pemukiman penduduk yang paling dekat dengan hutan. Aku haus, rasanya seperti tercekik.
Tiba di dekat pemukiman, aku berhenti di gundukan tanah yang cukup tinggi, seperti benteng alami yang melindungi desa. Aku menunggu dengan tidak sabar. Kuharap ada manusia yang berjalan mendekat. Aku melupakan peraturan jika tidak boleh memangsa manusia di siang hari. Aku tidak tahan.
Ketika ada seorang laki-laki yang sepertinya baru pulang dari kebun berjalan mendekat, aku bersiap untuk menerkamnya. Saat kukira waktunya sudah sangat tepat, aku melompat untuk menerjang lelaki itu. Namun tubuhku tertarik ke belakang. Aku tidak bisa bergerak. Didekap erat oleh makhluk di belakangku. Masih terbang di udara.
Manusia yang tadi kuincar berjalan begitu saja tanpa menyadari apa yang akan terjadi padanya. Ia tak melihatku karena terhalang gundukan tanah besar.
“Kendalikan dirimu.” Bisiknya dengan suara berat. Seksi.
Ia menjejalkan seekor kelinci dengan tangan kirinya ke mulutku. Aku menyesap darah kelinci itu setelah menggigitnya.
Makhluk itu menurunkanku hati-hati setelah aku selesai dengan kelinci itu. Ia melemparkan kelinci tersebut ke tanah.
Makhluk itu memiliki sayap seperti malaikat namun berwarna hitam. Ia hanya memakai celana panjang hitam. Tubuh atasnya dibiarkan terbuka. Indah. Ia sangat indah.
Ia kini merengkuh pinggangku. Mengecup bibirku yang masih ada sisa darah kelinci di sana. Menjilatnya. Kemudian ia mengecup leherku. Cukup lama hingga tubuhku kejang. Namun ia berhenti saat tubuhku menginginkan lebih.
“Kau adalah wanitaku. Jadi jagalah sikapmu.”
Ia berbalik dan bersiap pergi setelah mengatakan itu.
“Kau akan membiarkanku sendirian? Aku kesepian.”
“Kau akan segera beradaptasi.” Ia hanya melirik tanpa menatapku. Kemudian ia terbang. Pergi.
Merinding dari awal cerita...
Lop you author❤️🔥❤️🔥