Hei kamu, yang punya penggemar padahal bukan superstar. Yang memerhatikanmu dari kejauhan dan membayangkan ilusi-ilusi tak kasat mata membeludak di dalam pikiran. Berharap suatu ketika frasa demi frasa akan mengalir begitu saja pada bibir kita. Momen yang kutunggu-tunggu sejak pertama kali melihatmu. Bahkan akui saja kalau kamu juga memandangku dari kejauhan.
Hei si bintang pemikat mata. Pandanganku menjadi berwarna dihiasi oleh gayamu yang unik. Seperti menemukan berlian di tengah pasir kau begitu mencolok sehingga aku hanya bisa memandangmu saja. Lebay rasanya jika ku bilang ini cinta pandangan permata. Karena pada hakikatnya aku tak percaya akan hal itu. Yang jelas aku menganggumimu seperti layaknya superstar. Mengikuti semua gayamu seakan-akan kaulah sumber inspirasiku satu-satunya.
Terpampang di majalah mode ternama dan berfoto ria di halaman media sosial, membuatku ingin mengatakan “Kaulah superstarku.” Bak langit dan bumi, demikianlah aku sulit menggapai dirimu. Dicari menghilang, ditunggu tak datang. Sirna, benar-benar sirna mimpiku untuk bertatap muka denganmu. Tapi suatu ketika saat angan telah pupus, kau datang di hadapanku bukan sebagai penggemar dan superstarnya, tetapi sebagai superstar dan superstar.