Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
281
π“‡π’Άπ“Žπ“Šπ’Άπ“ƒ π‘œπ“‚π’·π’Άπ“€ 𝓂𝒢𝓁𝒢𝓂
Thriller
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

wanita itu berjalan pelan di atas jembatan kayu yang telah berdiri hambir belasan tahun di desa itu,ia berjalan dengan mimik wajah penuh duka berharap langit malam menjadi saksi atas rapuhnya ia saat ini.

Β Mata mungilnya tak mampu lagi menahan air mata yang terus mengalir dari kelopak mata yang sayu itu Ia menagis sejadinya meratapi nasib pilunya sambil sesekali memandang ke arah bulan purnama seraya terus berdoa dalama hati.

Namun seketika pandangan matanya hanyut bersama dentaman ombak pada karang, seketika rasa sedihnya hilang begitu saja matanya tak bisa perpaling meski sesaat dari sana. Meski tatapannya masih kosong, tapi ia merasa seperti ada kedamaian di ujung sana yang terus melambai padanya.

β€œ mungkin tak ada salahnya kalau aku menyerah saja.

Barangkali ada kedamaian yang nyata disana.” Bisiknya.

Sementara air laut tampak berkilau berkat di sirami cahaya rembulan malam itu. Terlihat semakin menggoda bersama pekatnya malam.

Wanita itu melangkah pelan,lalu memberhentikan langkahnya pada ujung jembatan itu ia mendongkak kan kepalanya ke atas langit, menatap lekat pada bulan purnama yang terasa sangat nyata. Menutup mata pelan, angin berhembus sepoi .. mengayun setiap helaian rambut panjangnya yang ter urai indah .

Ia kembali mengalihkan pandangan pada ombak dan lagi lagi terlihat kedamaian di sana kali ini jiwanya benar-benar hanyut pada indahnya laut yang membentang di bawah jembatan kayu yang telah usang akibat di makan waktu.

Β 

β€œ baiklah ,mungkin ini saatnya.

Kedamain itu mungkin di sini.

Mereka tak akan lagi menyakiti ku.

Mereka tak akan menemukan ku di sini.

Iya benar,,tak kan ada yang bisa menyakitiku ku di sini.

mungkin ini lah kedamain untuk ku.” Β Bisiknya rapuh.

Β 

Bibirnya mengulum senyum, dalam hitungan detik ia menjatuhkan tumbuh nya dan membiarkan sang laut mengambil alih . matanya masih terbuka ,bisa ia lihat walau dengan samar cahaya rembulan masuk menembus ke dalam pekatnya air laut. Dingin nya air laut terasa menusuk memang. Namun ada rasa kepuasan di sana . Β 

Β 

β€œ baiklah..ambil lah jiwaku..

Jangan hadirkan renkarnasi kembali..

Jika pun di beri kesempatan tuk bangkit..aku lebih memilih Β mati di sini..

Jangan..jangan pisahkan aku dari kedamain ini..

Biarkan…biarkan aku tenggelam selamanya…

Kini aku telah mati..telah hanyut ke dalam rayuan ombak malam..

Kini aku telah damai.. damai bersama purnama yang Β benderang ini..

Ya,, aku rapuh.. jiwa ku mati..” ia tenggelam semakin jauh ke dalam, tak lagi terihat cahaya rembulan itu, tak pula terdengar rayuan ombak yang menenangkan itu lagi.kini semuanya benar-benar sepi dan gelap.

Β 

Β 

Β 

Β 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Thriller
Rekomendasi