Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
1,008
SIAPAKAH DIRIKU?
Misteri

Aku benci keramaian, tapi tak munafik akupun tak ingin kesepian. Orang orang memanggilku Embivert karena sikap dan tingkah ku yang berubah ubah. Terkadang ramah, pemarah, emosional yang tinggi, dan bisa seketika sedih tergantung mood. 

Kisah ini dimulai dari aku, seorang gadis manis berumur 19 tahun yang memiliki sikap dan karakter yang tak menentu. Bagaimana bisa ia begitu? Dari lahir? Tidak!

Aku seorang gadis kecil tinggal di pedalam kampung yang jauh akan kota, kesehariannya hanyalah berkebun membantu sang ibu yang tengah berladang. Dari ke 6 saudaraa aku adalah gadis yang berbeda sikapnya tak bisa di tebak oleh sebagian orang, bahkan orang terdekat pun tak mengerti akan sikap dan kemauanku. Aneh, ya itulah orang orang mengirannya, bahkan sikap ku orang orang tak tahu. Terkadang aku bersikap ramah namun satu jam kemudian sikapku dingin. Kata sahabatku aku adalah manusia yang sulit di tebak. Namun aku tak menggubris ocehan ocehan mereka ia tetap lah menjadi gadis yang berubah ubah karakternya. Aku menyadari bahwa karakterku sedikit aneh, bahkan dalam satu jam moodnya bisa berubah beberapa karakter. 

Suatu massa aku tengah berada di perantauan, jauh dari dusun yang aku tempati ,jauh dari orang orang yang aku kenali hanya bertemankan orang asing di lingkunganku. Usai tamat sekolah aku tak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hanya tamatan SMA saja aku sudah bersyukur, namun tak munafik aku pun ingin menggapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya bermodalkan tekad dan berani yang aku pegang. Di perantauan itu aku tak terlalu banyak komunikasi dengan orang orang hanya sebagian yang aku kenali saja. Orang orang baru yang aku temui banyak menyimpulkan bahwa aku adalah seorang wanita yang asik dan ceria, tanpa disadari bebanku sangat lah besar.

Saking besar beban kehidupan yang aku pikul sendiri hingga enggan untuk bercerita pada siapapun. Aku akui bahwa semenjak SMA aku tak banyak memiliki sahabat wanita hanya 1-2 orang, aku memilih untuk berkawan dengan lawan jenis. Bahkan saking akrab nya aku dengan teman laki laki banyak cibiran cibiran yang dilontarkan oleh orang orang syirik padaku. Bahkan pernah suatu massa dimana aku dijauhi teman wanitaku hanya karena aku sering bergabung dengan kawan priaku. Banyak yang bilang.

" Untuk apa kau bergabung dengan laki laki dasar centil". Bukan aku centil atau cari perhatian. Hanya saja lingkungan mereka yang tak membuatku nyaman, bukankah jika kita tak nyaman disuatu tempat sama saja membuang buang waktu?.

Aku nyaman bercerita pada kawan laki laki karena sudut pandang dan logika nya yang berbeda dari wanita. Dimana wanita kebanyakan memakai hati nurani daripada pikirannya. Itulah yang membuatku lebih akrab dengan laki laki. Aku tak suka banyak bercerita panjang lebar pada wanita karena ujung ujungnya mereka hanya bisa menceramahiku, dan aku tidak suka akan hal itu. Aku hanya butuh didengar dan di respon, itu saja sudah cukup.

Taukah kamu? Kebanyakan orang menyimpulkan ku sebagai wanita yang murahan karena sikapku yang terlalu ramah pada orang orang. Tanpa mereka sadari dibalik ramahnya diriku ini aku adalah seorang wanita yang pendiam yang selalu dijauhi orang orang di kampungku. Entah apa alasannya intinya tetangga tetanggaku seperti membenciku. Itulah yang membuatku tak nyaman berada di kampung halaman. Tak menutup kemungkinan saat aku berusia 7 sampai 13 tahun aku selalu di rundung dan di buli. Masih ingat saat itu aku masih duduk di kelas 3 SD ,saking jeleknya aku di mata mereka ada salah satu teman pria ku yang menaburi wajahku dengan segengam tanah merah, masih ku ingat saat itu aku baru pulang sekolah. Ditambah keadaanku yang memiliki gangguan pernapasan yang sangat sensitif terhadap debu, membuatku hampir kehilangan nafas. Hidungku berdarah, namun bodohnya aku, aku masih bisa mengatakan aku baik baik saja.

Saat sampai di halaman rumah, orang tuaku syok melihat ku sepertinya itu.

" Siapa yang membuatmu begini?". Aku hanya menggelengkan kepala dan berkata

" Aku hanya jatuh umi". YA, aku memanggil ibuku umi. Tak lama kemudian nafasku sedikit terganggu, kepalaku seperti ada bayangan hitam, pusing, nafas tak teratur, air mata mulai menetes, hingga akhirnya yang ku takutkan terjadi. Asma ku kambuh dan ibuku menangis. Itulah yang membuatku benci pada mereka! Orang orang kampung yang menyebabkan ibuku menangis melihatku terserang asma kembali. Dan ibuku menangis melihat jarum infus ditempelkan di sebelah tangan kiri, serta hidung yang di pasang oksigen.

Sejak itulah aku mulai berubah menjadi seorang introvert, hidupku sunyi tanpa orang orang. Saat seumuranku bermain dengan teman sebaya, aku hanya bisa melihat di bawah jendela rumah. Karena fisiku yang kurang baik. Hingga akhirnya waktu berjalan sampai aku berusia 19 tahun bersahabat dengan gangguan pernapasan. Aku mulai memperhatikan kesehatan ku dan aku mulai membuka diri untuk bisa bergaul dengan banyak orang. Tak menutup kemungkinan bahwa aku adalah wanita embivert, wanita yang memiliki dua versi antara pendiam dan ceria. Jika kalian melihatku dilingkungan ku maka kalian akan terheran dengan perubahan sikapku yang kembali introvert, namun berbeda terbalik jika ditempat dengan orang yang tak aku kenali aku kembali menjadi gadis Ekstrovert.

Intinya aku tak bisa stay di salah satu sikap itu lantas bagaimana dirimu?

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Misteri
Rekomendasi