Flash Fiction
Disukai
9
Dilihat
4,440
JODOHKU NYUNGSEP DI BAWAH PERAHU KETEK
Romantis

Jakarta Timur, Indonesia.

Setiap musim hujan kota Jakarta sebagian akan menjadi sungai karena banjir, beberapa kawasan.

''Caca, kita cari makan di luar, yuk,'' ajak Lensi teman sekerjaku. Ya, kami bekerja di MOI sebagai SPG MATAHARI tinggiku hanya 160 cm, untuk jadi pramugari itu kurang, ku akui aku emang luwes dalam berpakaian, jadi aku terlihat cantik dan manis. Ramai yang memanggilku cici pedahal aku bukan keturunan chinese hanya nenek buyutku yang chinese dari pihak laki-laki. Abahku sendiri berasal dari Malaysia dan Umiku dari Bandung, hasil produksi jadilah aku, cina kopian hehehe. Sebenarnya aku lebih suka di panggil gadis Sunda tapi Abahku melarang karena menurut hasil deteksi darah Abah, Umi, Aki, Nyai, Atok, Opa, mendapatkan bahwa darah yang ada padaku 80% melayu dan 15% sunda, 5% chinese.

Di tempat kerja.

''Kamu mau cari makan di mana?''

''Di MOI aja,'' jawabnya.

Aku dan Lensi berjalan menuju lantai atas menaiki tangga lift dan memilih Bakmi GM, bakmi kesukaanku.

Sambil makan aku seperti biasa sambil main HP buka IG. Ada inbox pesan baru masuk, aku baca isi pesan itu dengan senyum dan geleng kepala, sepertinya lelaki di hujung sana suka memperhatikan postinganku dan juga PP ku.

''Btw, kamu asli Malaysia atau pindahan?''

''Malaysia,'' balasku.

''Sekarang ini sekolah atau kuliah?''

''Kuliah sambil kerja,'' balasku lagi.

''Apakah sudah memiliki pasangan?''

''Eh, kok tajuknya ke sana?''

''Cuma nannya aja, sih.''

''Alhamdulilah belum. Lagi pun pernikahan bukanlah perlombaan jadi santai tak perlu buru-buru,'' ucapku lagi.

''Apakah pernah pacaran?''

Wew, ini orang SKSD banget. Berhubung aku ramah dan jaga hati aku layan saja, bisik hatiku.

''Saya jawab jujur ya, tapi, Akak jangan bilang saya kuper atau sok suci. Saya belum pernah pacaran, kenapa, Kak?''

''Kirain dah pernah pacaran.''

''Taaruf saya pernah, tapi baru seminggu sudah ditinggal nikah karena terlalu lama menunggu saya. Saya tak mau buru-buru nikah. Karena nikah bukan hidup bersama saja tapi juga tinggal bersama. Itu sebab, saya akan beri waktu 5-10 tahun saat taaruf dan LDR tujuannya, untuk menyatukan komitmen, dan menabung, supaya setelah menikah tidak menyusahkan orang tua. Saya pun kalau menikah tidak mau ramai dan mewah, cukup sederhana asal berkah dan uangnya bisa di pakai untuk usaha setelah menikah kelak,'' jelasku padanya.

''Oh, jadi kamu pernah ta'aruf. Aku jadi tambah penasaran sama kamu. Maaf ya, kalau pertanyaanku sangat privacy.''

''Nggak apa-apa, sudah biasa dengan pertanyaan seperti itu, Akak.''

''Oh, ya, nama kamu siapa?''

''Ya Allah, chat dari tadi tapi belum kenalan. Nama saya Caca, nama Akak siapa?''

''Namaku Arle, panggil Lele saja. Karena aku suka ikan lele,'' ucapnya.

''Oke Akak Lele. Btw, ada pertanyaan lagi. Oya, apakah Akak dah memiliki pasangan?'' gantian aku bertanya.

''Sama, aku juga belum, karena aku masih mengejar mimpiku untuk kembangkan dan majukan usahaku. Btw, usia kamu berapa? biar enak aku panggil kamu,'' katanya.

''Usiaku 31, kalau Akak?''

''Tua kamu setahun. Tapi, walaupun kamu lahir duluan tetap aku yang berkuasa sebagai lelaki, karena lelaki diciptakan lebih dulu daripada wanita, jadi aku tetap paggil kamu Adek. Usiaku 30 tahun,'' jawabnya.

Aku dan Arle dekat di chat dan cerita kami penuh warna di chat. Arle, tipe lelaki kaku dalam bertopik dan juga basi. Jadi kalau tanya sekarang jawabnya besok kadang aku sampai sebel dan lucu, di antara kenal cowok hanya Arle yang unik. Topiknya sampai angin pun tahu,'lagi apa? dah makan belum? dan bahas makanan, kadang berhenti chat di saat lagi seru-serunya, gimana nggak jengkol kan. Dia tanya aku jawab, giliran aku tanya dia gantung jawabannya.

Alasannya inbok yang belum di buka akan menjadi penyemangat kerja dirinya. Jadi saat Arle kerja, akan lihat amplop inbok sama halnya melihat aku yang sedang memperhatikan dia kerja. Arle memang cowok misterius dalam bucin pun dia misterius dan ada cara sendiri.

''Aku pengen makan pou,'' chat dia datang lagi, bisik hatiku. Lalu aku cari di gugel gambar pou dan aku pilih tahun yang sudah lewat, sambil chat. ''Akak, itu saya sudah siapkan pou nya.''

''Wah, terima kasih,''balasnya gembira.

''Tapi itu pou sudah basi dah tahun 2020,'' kataku dan tertawa di bawah meja kerjaku, padan kau. Bisik hatiku.

''Yaah, kenapa di kirim kalau dah basi?" katanya sambil tertawa kecil. Mendengar tawanya aku pun ingin tertawa ternyata suara dia besar.

''Btw, aku mau main ke rumah kamu, boleh?''

''Boleh sangat. Di Kampung Rambutan, gang fiksi,'' jelasku.

''Hehehe mana ada gang fiksi,'' katanya. ''Ya, sudah kamu pasang on terus HP kamu nanti aku pakai GPS.''

Hujan semakin deras, kawasanku banjir dan Arle naik motor, karena kalau motor boleh naik atas perahu.

''Caca, aku sudah di pertengan Kampung Rambutan, kamu jangan jauh-jauh, ya, biar aku nggak nyasar, maklum aku baru pertama kesini,'' ujarnya dalam talian. ''OK.'' Jawabku.

Setiap ojek kendaraan pakai perahu ketek akan di kenakan biaya Rp 35.000, motor.

lensi adalah tetanggaku dan juga teman kerjaku.

''Btw, jadi, si Arle cowok unik itu main ke sini?''

''Ya, lagi diperjalanan,'' kataku.

''Kamu bilang aku pesan apa?'' kata Lensi.

''Sudah, kamu pesan seblak, kan?'' Lensi angguk.

Aku lihat ada perahu ketek dan ini pertama kalinya aku di apelin cowok pakai perahu ketek, dan pertama kalinya Lensi kawanku pesan seblak, hanya mau mengetes saja dia peduli tidak dalam hal sekecil itu.

''Hay Caca!'' katanya sambil berdiri di atas perahu dan lambai tangan ke arahku. Dia mengenali wajahku pedahal aku kenal dia pakai poto edit dan filter.

''Kamu tahu rupaku?'' kata Lensi.

''Kamu bukan Caca, tapi sebelahnya itu Caca,'' ujarnya yakin dan emang betul.

Saat di mau turun dari atas perahu, mau angkat motornya, ia terbalik dan Arle nyungsep di bawah perahu ketek. Seblak tadi sudah hanyut dibawa arus sungai. Arle kesulitan berenang karena perutnya agak buncit, lalu aku lempar ban mobil yang tak pakai dan kasih ke Arle. Arle berenang ambil ban tadi dan motor Arle sudah tenggelam di bawa arus.

''Aku minta maaf sudah ngerepotin kamu,'' katanya kedinginan.

''Masuk dalam dulu, Akak dan nanti pakai baju abang saya dulu,'' kataku dan dia angguk setuju.

Arle keluar dari bilik air, jalan kearahku dan duduk di sebrangku.

''Apa yang buatmu kemari?''

''Penasaran,'' jawabnya.

''You stupid.''.

''Kalau sudah terjawab penasaranmu, apa yang akan kamu lakukan?''

Arle tersenyum dan melihat poto pengantin orang tuaku sambil menunjuk.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@bundhold teringin macam tu Kak. Tapi tak tahu penerbit yg cantik dan sesuai
Mending dibuat buku cerpennya, @darma, kirim ke penerbit bisa dapat penghasilan.
@darma ah, masa? 🤣
Tak Ada mengenai dengan kehidupan Kak Egi. Thanks dah mampir Kak🙏
@darma bukan memang. tapi apa mungkin terinspirasi dari aku? 🤭🤣
Tapi arle bukan kk egi ya
Hahahaha
@Darma Arle mirip aku banget soal gak bisa basa-basi di chat. 😭🤣
Hahahaha 😆 ini fiksi dek. Terima kaaih sudah mampir @yutanis
Ehemmmm, ini sebersit kisah Akak @darmaloooo sepertinya, ekhemm.. Uhuk.. uhuk... Keselek cinta, eh.. Maafkan baru bisa mampir ya, Akak.. Semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
Rekomendasi dari Romantis
Rekomendasi