RSJ TANGERANG.
''AKU TIDAK GILA!!! LEPASKAN AKU!!! IBU, AKU TIDAK GILA!!!''
Aku melihat pasien kali ini sangat miris dan teriakan beliau menyayat hati. Kalau dilihat dari segi fisiknya, lelaki itu dalam kalangan usia 25 tahun.
''AKU TIDAK GILA, AKU TIDAK GILA,AKU TIDAK GILA!!!''
''Nurse! tolong sediakan obat seperti biasa untuk penenang, masukaan dalam pipet dan sediakan jarum sekalian, saya akan suntik dia sekarang. CEPAT!''
''Baik, Dok,'' sahutku sambil bergegas ke dalam lemari penyimpanan khusus obat pasien dengan gangguan jiwa kelas dewasa.
''Bantu saya ikat dia,'' ujar dokter dengan khawatir, kalau disuntik dalam keadaan berontak jarum boleh patah, dan nanti bisa berjalan jarum yang tertinggal sampai ke pembuluh organ tubuh lainnya.
Aku bersama orang tua pasien itu membantu Dokter Eza untuk pegang dan akan disuntik sekarang.
''Aku tidak gila, aku tidak gila," suaranya melemah ketika Dokter Eza menyuntik lengannya, dalam waktu sepuluh menit pasien itu tertidur.
''Puan, ikut saya ke ruang tunggu,'' kata Dokter Eza menyuruh orang tua pasien itu mengikuti dan akan di interview masalah ke jiwaan anak mereka.
"Nurse, kenapa semua orang mengira saya gila?" tanya Ragil yang sudah sadar dari obat tidurnya. Dia terkejut, saat ini ada di jeruji besi RSJ.
"Apa yang kamu rasakan dalam dirimu?" Tanyaku.
"Aku hanya meluahkan hobiku di karya, itulah caraku menghindari dunia nyata yang semakin teruk."
''Yang ditakuti dari organ tubuh kita, yaitu; Usus; makan tanpa pantang. Paru-paru; asap, debu, polusi. Liver; lemak, manis, asam, alkohol. Jantung; asin, lemak. Rankers; makan terlalu kenyang. Otak; kurang tidur, tidak sarapan. Usus; makan tanpa pantang. Ginjal; kuranng air putih, alkohol kimia. Lambung; dingin, pedas, asam, kafein, stress. Hati; pas ditinggal lagi sayang-sayangnya.''
''Nurse, dari mana Nurse tahu kalau saya ditinggal seseorang disaat saya lagi sayang-sayangnya?''
''Dari depresi yang sedang kamu alami. Bukan masalah ditinggal saat lagi sayang saja. Akan tetapi, kamu pengangguran dan itu jadi semakin ketara jelas dari raut wajahmu. Kamu berkarya hanya untuk melepaskan emosimu melalui tulisan, kenyataan sebenarnya kamu butuh seseorang untuk tahu isi hatimu dan memahami keadaanmu. Namun kamu harus faham, tidak semua manusia suka di tergantungkan. Belajarlah mandiri dan jangan halu berlebihan itu tidak baik untuk mentalmu. Apalagi, ketika kamu dengar lagu galau, kamu akan merasa semua orang memandangmu rendah."
******
Diruang lain
Dr. Eza sangat terkejut dengan pengakuan orag tua pasien yang mengajak anaknya di hantar ke RSJ.
''Hanya karena dia baru kecewa ditinggal nikah kemarin, ibu langsung menuduh anak sendiri gila? apakah ibu tidak fikir, mental anak ibu yang sedang rapuh? bukannya menguatkan, malah membuat semakin rapuh."
''Nurse! pasung ibu pasien ini!" titah dokter Eza kepada Nurse Ainul yang sedang bersama Ragil di jeruji besi RSJ.
Ainul mendengar nama dia dipanggil oleh dokter Eza pakai speaker langsung berlari sambil bawa borgol.
Sampai diruang dokter Eza, Ainul langsung borgol ibu pasien yang difitnah gila barusan dengan bantuan satpam.
''AKU TIDAK GILA!! Gantian ibu itu yang meronta sambil jambak rambut sendiri.
''Nurse, siapa wanita itu? kenapa dokter Eza bilang kalau dia ibuku?'' kata Ragil.
''Bukan kah, dia ibumu?'' tanya Nurse.
''Bukan. Ibuku sudah lama meninggal dan wanita itulah yang menuduhku gila dan membawaku ke RSJ ini, setelah dia beri aku obat tidur. Dia itu mantan geremo yang suka jual gadis-gadis, dan dia jadi gila karena azab dari Tuhan untuk dia,'' jelas Ragil keadaan sebenarnya.
''Kalau maling ngaku penjara penuh. Pun begitu, kalau orang gila mengaku gila, tentu kami tidak akan memasukanmu di jeruji besi RSJ,'' kata Dokter Eza.
''Jadi siapa yang gila, Dokter?'' tanya aku dan Ragil serempak dan dokter Eza angkat bahu.
THE END