Sepi. Lengang. Rumah ini masih terlalu luas, jika hanya ditempati sepuluh orang. Aku benar-benar kesepian. SELASIH.
Bi Ratna sudah selesai membereskan meja makan saat Gendis mendekati Selasih. Diletakkannya nampan berisi kelopak-kelopak bunga mawar, kantil dan cempaka di atas meja, serta dupa kecil yang masih mengepul.
"Masih penasaran nggak?" bisik Gendis di telinga Selasih.
"Soal?"
Gendis, sang kakak melihat ke sekeliling. Lalu kembali membisiki adiknya. "Kamarnya Simbah."
Selasih menarik kepalanya menjauh. Matanya terbelalak. "Nggak, ah! Aku kan dipantang masuk ke sana!"
"Cekk. Simbah sudah meninggal ini," ujarnya enteng. "Katamu mau nyari inspirasi soal hal-hal klenik? Di kamarnya penuh tuh! Termasuk cermin antik."
Mata Selasih terbuka lebar. Tertarik. Tapi sejurus kemudian, ronanya kembali meredup. "Takut ah, aku!"
"Ish!" Gendis menepuk meja. Sebal. "Takut sama siapa? Rumah ini kan sudah resmi jadi milikmu. Kamu majikannya sekarang!"
Selasih goyah. Sedari kecil memang dia penasaran. Tapi selalu dilarang ke sana oleh Simbahnya. Sedangkan kakaknya, Gendis malah diserahi tanggung jawab mengurus kamar itu. Biasa disebut kuncen.
Kalau bisa jujur, Selasih sebenarnya iri. Daripada harta benda, dia lebih suka dipercaya jadi kuncen. Tapi karena sayangnya Simbah, terutama dengan mewariskan seluruh hartanya atas namanya, membuat Selasih cukup tahu diri agar tidak melanggar.
"Kebakaran!"
Gendis meraung-raung dalam dekapan Bi Ratna dan lainnya. Dia berupaya berontak, ingin berlari ke arah api. Sedangkan si jago merah tampak melalap rakus bangunan kuno di depannya.
"Jangan ke sana, Cah Ayu! Bahaya!"
Tak lama, atap rumah roboh. Menyemburkan percik-percik api. Semua orang yang melihat menjerit. Terutama Gendis. Gadis itu langsung tersungkur. Meraung. Menangis.
Selasih tak mungkin selamat. Dia pasti sudah mati terpanggang!
Kamu sebagai kuncen, jangan sampai membiarkan ahli warisku melihat cermin antik! Nanti dia bisa terbakar! Itu pesan Simbah.
Lalu, kenapa?
Apalah itu artinya jadi kuncen! Semua peninggalan Simbah, harusnya jadi milikku! GENDIS.