Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
107
Elezier
Thriller

"Tuan Elezier, sidang akan segera dimulai, apa anda sudah siap?".

"Berbicaralah hanya kepada pengacaraku Tuan Hakim, aku punya hak untuk diam".

"Hahahahahaha". Seisi ruangan sidang tertawa terbahak-bahak, mereka menunjuk-nunjuk kearah Tuan Elezier kemudian saling berbisik satu sama lain. Hakim memukul-mukul meja meminta para hadirin untuk diam.

"Pak..pak...pak...Tenang-tenang, kuharap semua tenang. Ini bukan duniamu Tuan Elezier, pengadilan kami tidak menerima pengacara untuk para terdakwa. Tidak ada pembelaan dalam bentuk apapun. Anda sendirian, benar-benar sendirian. Kejahatan yang anda lakukan telah mengirim anda ke sini. Mereka muak dengan segala tipu daya dimana kebohongan dan kejujuran tidak ada pembatas yang pasti, direkayasa, dibuat saling tumpang tindih dengan berbagai kepentingan dan ancaman nyawa".

"Tuan Hakim, kau jangan semena-mena, silahkan hubungi pengacaraku dan satu lagi, jangan menuduhku tanpa alat bukti apapun, anda bisa saya tuntut!".

"Hahahahahahaha". Seisi ruangan kembali tertawa dan untuk kedua kalinya Hakim kembali memukul-mukul meja. "Pak..pak..pak...".

"Sudah kubilang Tuan Elezier, ini bukanlah duniamu! Pengawal, tunjukkan kepadanya sekarang". Ucapan Hakim merujuk kepada tirai besar berwarna biru, tirai penutup antara dinding kaca dan gedung tempat persidangan berlangsung. Dengan langkah tegap dua orang pengawal berseragam lengkap melangkah menuju tirai itu. 

"Apa yang ada dibalik tirai itu akan meruntuhkan segala kesombonganmu Tuan Elezier. Kau tidak punya kuasa apa-apa di sini. Pengawal!!!".

Dengan sekejab dua orang pengawal itu menyingkap si tirai raksasa, terpampang lah pemandangan yang tidak pernah dilihat Tuan Elezier sebelumnya, ia terbelalak, tubuhnya bergetar, mulutnya komat-kamit, ketakutan yang teramat sangat terlihat dari keringat dingin yang mulai mengucur sangat deras di wajahnya.

"Selamat datang di Alabarza tuan!".

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar