"Berbicara tentang derita. Itu artinya berbicara perihal luka" tutur seorang pemuda.
"Luka ya..." ringan pemuda lain menjawab.
"Apa loe pernah merasa terluka ?" sambung pemuda itu bertanya pada teman nya.
"Rif ?!, apa loe pernah terluka karena gue ?" ulang pemuda itu bertanya pada teman nya.
"Terluka karena..." ragu arief menjawab.
"Terluka karena kecewa. Apa loe pernah dapat itu dari gue ?" lugas pemuda bernama Gyo.
"Rasanya sudah terlambat. Pertemanan kita bukan lagi tentang kecewa. Jadi, lebih baik kita bicarakan hal..." ucap arief terhenti.
"Jika keterlambatan adalah kesalahan. Sudah semestinya pembenaran akan diberlakukan" celoteh gyo memotong ucapan arief.
"Loe pilih opsi mana. Menipu diri atas nama ke ikhlasan. Atau membahagian diri atas nama pengungkapan kebenaran" sambung gyo.
"Gue pernah kecewa dengan loe. Tapi gue selalu bisa kendalilan itu dengan baik" tenang arief menjawab sembari tersenyum ringan.
"Gue tahu loe pasti ..." ucap gyo terhenti.
"Semua orang pasti pernah kecewa dengan orang yang dekat dengan nya. Tapi kita bisa memilih jalan mana untuk lampiaskan kecewa itu" ujar arief hentikan ucapan gyo.
"Gue mengatakan pembahasan ini terlambat karena gue sudah melampaui titik tertinggi dalam kecewa. Sekarang kesadaran gue sudah sampai pada respon tercepat. Jadi ... Kecewa bukan lagi hal yang menghalangi gue untuk berhubungan dengan orang -orang terdekat" sambung arief menjelaskan.
"Dimana kecewa itu loe dapatkan dari gue ?" tanya gyo penasaran.
"Gy,,, semakin loe cari tahu hal itu. Loe akan semakin mudah diserang dengan kecewa. Loe seperti orang yang haus akan..." sahut arief yang di hentikan gyo.
"Pengakuan !. Gue perlu loe mengaku kecewa apa yang loe dapat dari gue ?" seru gyo.
"Banyak" lugas arief setelah diam sesaat.
"Banyak hal yang gue kecewakan dari loe" sambung arief dengan serius.
"Gue kecewa karena perlakuan loe, gue kecewa karena ucapan loe, gue kecewa karena sifat dan sikap loe. Bahkan gue kecewa itu sulit tuk gue ingat karena terlalu banyak" lugas arief cepat.
"Rif,,, loe ..." sahut gyo ragu.
"Ini kan yang loe mau ?!" seru arif bertanya.
"Ternyata feeling gue benar. Loe sembunyikan semua hal dari gue. Termasuk kekecewaan ini" ucap gyo lesu.
"Sekarang. Gue mau loe pilih. Melanjutkan perbincangan ini, atau mengakhiri nya dalam keadaan kita saling membisu ?" tanya arief yang buat gyo terdiam.
"Gue paham. Gue,,," sahut gyo.
"Kalau loe paham, loe akan berhenti bertanya. Karena memahami sesuatu, itu artinya dengan sadar loe tahu apa yang harus loe lakukan" ujar arief memotong ucapan gyo.
"Gue mengerti. Loe hanya ingin memastikan keadaan pertemanan ini" sambung arief yang buat gyo terdiam.
"Dengar gy,,. Derita mungkin saja bisa sama. Tapi bahu manusia, itu berbeda. Kita nggak bisa pukul rata" jelas arief berikan petuah.
"Arief,,. Gue hanya ingin memastikan loe bisa menekan kecewa karena memaksa, atau loe berusaha tetap terlihat bahagia agar terhindar dari derita yang gue sebut. Kecewa" ucap gyo berikan serangan kepada gyo.
"Loe nggak perlu lakukan itu. Karena kalau loe benar paham seperti apa yang loe ucapkan. Loe tahu posisi gue harusnya loe buat seperti apa. Bukan loe atur seperti apa" sahut arief berikan perlawanan.
"Kalau begitu. Loe juga harusnya paham apa yang gue mau sebenarnya ?" lugas gyo yang lemparkan perlawanan nya.
"Terimakasih gy,,," ucap arief membuat gyo kebingungan.
"Akhirnya gue sadar. Kita berdua dipenuhi dengan ke egoisan" sambung arief semakin buat gyo kebingungan.
"Egois ?!" seru gyo.
"Apa loe sadar ?. Gue berusaha keras untuk tetap jaga pertemanan kita meski harus telan bulat -bulat semua kecewa. Sedangkan loe, dengan tekad kuat ingin tahu apa yang selama ini kita dapatkan dari pertemanan kita" jelas arief dengan senyum terpaksa pada gyo.
"Sudahlah rif,,, gue hanya ingin..." ucap gyo di hentikan oleh tatapan tajam arief yang tertuju pada dirinya.
"Seseorang pernah berkata bahwa teman ialah sosok yang menerima dirimu dengan utuh. Itu juga termasuk menerima keburukan yang ada pada dirimu. Ternyata itu hanya sebuah kata" ujar arief mengingatkan apa yang pernah di ucapkan oleh gyo.
"Harusnya kata itu di lengkapi dengan teman adalah sosok yang berikan mu sejuta peristiwa. Bahkan jika itu tentang kecewa" sambung arief buat gyo mematung.
"Gue kecewa dengan loe rif" gumam gyo.
"Jangan bilang gue nggak mengingatkan loe akan hal itu. Kalau sesederhana ini saja loe bisa petik satu kekecewaan, apa loe bisa bayangkan betapa banyak panen kecewa yang gue dapat" lesu arief merundukkan kepala.