Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
2,453
Pembunuh Mimpi
Drama
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Tiga anak kembar duduk di depan bapak dan ibunya setelah lulus TK. Mereka adalah Rani, Randi, Rini. Ibu yang wajahnya berseri-seri menanyakan apa cita-cita mereka.

“Kalian kalo sudah besar mau jadi apa?” Tanya ibu.

“Aku mau jadi orang kaya!” Ujar Rani dengan lantang. “Biar kita punya rumah yang gede dan ada kolam renangnya!”

“Bagus!” Kata ibu dengan senyum yang lebar. “Ibu doakan kamu jadi orang kaya. Kerja di perusahaan besar, punya usaha yang sukses, dan punya rumah yang ada kolam renangnya.”

Ibu memeluk Rani dengan erat.

“Aku mau jadi tentara!” Jawab Randi.

“Bagus!” Ujar bapak. “Bapak akan usahakan kamu biar kamu jadi tentara. Dari sekarang bapak akan mencari kenalan yang bisa membawamu menuju impianmu. Tidak usah khawatir tentang biaya, karena untuk kamu, bapak bisa memberikan dunia dan seisinya.”

Bapak memeluk Randi dan mengelus kepalanya dengan wajah penuh rasa bangga.

Rini hanya melihat kedua saudara kembarnya dengan cemas.

“Hm…, kalau aku sudah besar nanti, aku mau menjadi artis musikal,” ucapnya dengan pelan.

Gambaran keluarga hangat yang tengah berlangsung berubah menjadi dingin. Tidak ada pelukan, dukungan, atau dorongan semangat yang diberikan. Mereka berempat melihat Rini dengan tatapan meremehkan.

“Punya cita-cita yang realistis dong!” Ujar Randi.

“Emangnya kamu bisa nyanyi? Bisa akting?” Tanya Rani.

Rini menjadi murung dan melihat kedua orang tuanya.

“Ck ck ck,” bapak menggelengkan kepala. “Emang bisa ngehasilin duit? Cita-cita kok kayak gitu. Liat dong Rani sama Randi, Rani mau jadi orang kaya, Randi mau jadi tentara, lah kamu malah mau jadi artis musikal, memangnya itu apa?”

Rini melihat ibunya, berharap sang ibu membelanya.

“Halah, emangnya suara kamu bagus? Cita-cita kok aneh begitu. Itu kan pekerjaan nggak pasti. Mending kamu jadi pegawai negeri malah jelas tiap bulan dapet gaji. Nyanyi-nyanyi di panggung gitu memangnya kamu bisa? Palingan juga takut terus nangis. Emangnya kamu nggak mikir nanti kalo kamu ada salah di panggung yang malu siapa? Ya ibu lah. Ini ibu ngomong demi masa depan kamu ya, ganti! Ibu nggak mau denger kamu pengen punya pekerjaan nggak jelas di masa depan.”

Bapak dan ibu kembali memanjakan Rani dan Randi, meninggalkan Rini yang sedang terluka walaupun luka itu tidak terlihat oleh mata telanjang.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi