Tuan, aku sedang bingung. Aku tak mengerti bagaimana memposisikan diri ini di kehidupanmu. Kadang, terbesit dalam benakku, “Bolehkah aku melangkah maju?” Karena sepertinya ada banyak lapisan tembok yang menghalangi aku dan kamu.
Acap kali aku merenung sebelum kuputuskan untuk menelponmu. “Apakah aku mengganggumu?”, “Akankah aku membuatmu kesal?”, “Apakah aku menyita waktu berhargamu?”
Pertanyaan-pertanyaan itu kerap timbul. Mungkin karena lapisan tembok pertama (menurutku) adalah lama waktu. Benar, lama waktu kita kenal. Aku beberapa kali menangkap sinyal darimu, yang juga menyorot betapa cepatnya kita untuk kenal; mungkin terlalu cepat untuk dibilang teman dekat. Namun, apakah terpikir olehmu … bahwa tidak semua yang sudah lama kita kenal benar-benar mengenal diri kita jauh lebih baik daripada orang baru yang konstan dan membersamai kita. Menurutku, kamu, yang baru kukenal satu bulan ini, lebih mengenal aku daripada kawan SMA yang mungkin umur pertemanannya sudah 6 tahun. Dan hal itu terjadi karena frekuensi kita berbagi cerita dan melihat seksama jauh lebih tinggi disbanding mereka.
Namun … aku sadar bahwa aku tak mungkin bisa membuatmu menyamai cara pikirku. Kita tumbuh dan hidup di lingkungan yang berbeda. Apalagi untuk memaksamu memasang pola pikirku di kehidupanmu. Di sisi lain, aku ingin mendengar isi pikiranmu mengenai hal ini. Kehadiranku … apakah memberikan dampak pada hidupmu? Atau seberapa tinggi persentase untukku bisa berada di hati dan kehidupanmu?