Kamu adalah seorang novelis romantis, yang entah sejak kapan mulai mengubah genre tulisanmu menjadi horror. Mungkin sejak kamu mulai bisa melihat sosok hitam bermata merah menyala yang menghantuimu setiap malam.
Tak terkecuali malam itu, saat kamu sedang menulis kata demi kata yang bisa membangkitkan bulu kuduk. Kamu merasakan kesunyian yang mencekam. Hanya ada suara ketikan keyboard beradu dengan jari-jemarimu, suara detik jarum jam yang menunjukkan hampir tengah malam, serta suara serangga-serangga malam penghuni pohon besar di luar jendela kamarmu.
Kamu melirik ke arah pintu kamarmu yang terbuka lebar. Tampak gelap di sisi luarnya, karena hanya lampu kamarmu saja yang masih menyala. Kamu mulai mendengar suara yang lain dari luar pintu. Suara napas berat yang panjang, terdengar samar-samar. Namun, lama-kelamaan semakin terdengar jelas, seolah mendekat ke pintu kamarmu.
Kamu terperanjat karena sepasang tangan hitam berkuku panjang muncul dari kegelapan. Tak lama kemudian, mata merahnya yang menyala terlihat. Menatapmu dengan lekat, membuat seluruh tubuhmu gemetar.
Kamu berdiri dari kursi dan perlahan melangkah mundur. Lalu sosok itu bergerak cepat menghampirimu dan mendorongmu ke tembok. Kedua tangan dengan kuku-kuku panjangnya itu mencekik lehermu. Kamu meronta, berusaha melepaskan diri sekuat tenaga. Namun sia-sia, napasmu sudah hampir habis. Dan di saat kamu hampir menyerah, sosok itu menghilang dalam sekejap. Kamu terduduk lemas di lantai sembari terbatuk-batuk, dan memegangi lehermu yang terasa sakit.
Lalu kamu berjalan ke arah dapur karena harus segera mengambil minum. Kamu nyalakan lampu agar kamu tak merasa takut. Meskipun itu tak terlalu membantu, karena kamu masih merasa takut. Saat kamu meletakkan gelas di meja, kamu mulai melihat kelebatan-kelebatan bayangan di sekitarmu. Kamu merasa sangat ketakutan, namun memberanikan diri untuk mengambil pisau di dekat wastafel.
โAAAHHHH...โ Kamu berteriak seraya mengayunkan pisau berkali-kali pada bayangan yang berkelebatan di hadapanmu itu. Namun, hanya angin saja yang terasa di antara ayunan pisaumu. Dan seketika sekitarmu kembali sunyi. Kesunyian yang justru membuatmu semakin merasa takut. Saat kamu membalikkan tubuhmu untuk beranjak pergi, tiba-tiba sosok hantu hitam itu sudah berada di depanmu. Wajah kalian kini berhadapan cukup dekat. Kamu kembali berteriak dan mengayunkan pisau secepat kilat ke tubuh si hantu.
Si hantu hitam tergeletak bersimbah darah di lantai, dengan pisau yang menancap di dadanya. Kamu terperanjat, sosok hantu itu telah berubah menjadi seorang pria yang sangat kamu kenal, yaitu ayahmu.
Tiba-tiba saja kamu teringat pada peristiwa setahun silam. Saat kamu melihat ibumu tergeletak di bawah tangga dengan darah segar yang mengalir dari kepalanya. Sementara ayahmu turun dari tangga itu dengan raut wajah dan langkah yang tenang. Kini kamu ingat, saat itulah sosok hantu hitam mulai muncul dan menerormu.