Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
2,575
Aku Tahu Detik Kita Mati
Drama
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

they asked:

"Do you love her to death?"

i said:

"Speak of her over my grave

and watch how she brings me back to life."

~Mahmoud Darwish~

Halo, selamat sore. Kamu pastinya nggak akan pernah tahu ya, bagaimana hangatnya hatiku saat akhirnya bisa melihatmu kembali secara langsung? Entah, rasanya sudah teramat lama sekali semenjak terakhir kali kita berdua bisa bertemu seperti ini.

Bicara tentang hangat, sejak semula kamu memang sudah terlanjur menjelma api abadi. Dan aku tentunya cuma serangga yang terlampau berambisi untuk musnah habis terbakar olehmu. Musnah habis terbakar segala-galanya, bersama dengan sebesar-besarnya perasaanku yang terpendam kepadamu.

Lama sekali kita tak pernah bisa bersua, harapku senantiasa sama. Semoga senyummu tidak akan pernah mengalah jadi pecundang di hadapan derai air yang hidup di kedua pipimu. Apa kamu tahu, aku selalu bisa merasakan tiap kali kamu dan aku harus menderita? Tak peduli sejauh apapun jarak mau memisahkan, masing-masing deritamu terlanjur menjadi berkali lipat penderitaan yang bersarang permanen di sepenjuru batinku.

Omong-omong, aku masih ingat sore itu, bagaimana mukamu yang mencoba ramah dalam sedetik terlihat berubah menjadi cukup marah. Karena apa? Lantaran aku mengejek kekasihmu yang membiarkanmu harus berkeliaran sendirian? Atau, lantaran kamu cemburu dengan teman perempuan yang sok kukenalkan padamu? Jangan bilang jika ternyata cuma aku yang selalu terlampau mudah tersulut cemburu karena kamu.

Baiklah, aku tahu bisa saja seluruh kata maaf mungkin tak akan pernah cukup untuk kunyatakan padamu. Tapi aku juga bukannya tak tahu, bahwa aku sakit, bahwa aku akan mati, bahwa aku akan berpisah denganmu. Sepasang paru tak akan berguna lagi untukku bernafas, sepasang ginjal sudah tak akan lagi berguna untuk menyembuhkanku yang terlanjur tercemar, sepasang orang yang saling menyayangi tak akan bisa bersama-sama lagi.

Dan di suatu sore yang lainnya, kamu akhirnya datang juga ke kamar tidurku. Kamu mungkin harus mengatakan siapa yang kini terlihat jauh lebih menyedihkan. Jika aku menatapmu, itu bukan karena aku merajuk kamu tak bisa menemaniku di saat yang paling sakit. Semata karena tersadar suatu saat aku tak akan lagi bisa menemanimu di dunia ini.

Seusai hari itu, detik demi detik aku bertarung dengan kematian berbekal ingatan pertemuan terakhirku denganmu. Jika kamu bertanya apa aku pernah menunggu lagi kehadiranmu sebelum waktu kepergianku, selalu, aku selalu menunggumu setiap waktu. Tapi jauh di lubuk hatiku, aku tidak akan pernah mau kamu mengingatku dengan cara menyakitkan seperti ini. Aku ingin kamu selalu mengingatku yang hidup, yang menyayangimu, yang tak pernah pergi meninggalkanmu.

Sayangku, sesungguhnya ada satu hal yang jauh lebih menyedihkan daripada itu. Suatu hari, kamu akan punya sakit yang keras dan merasa kapan saja kematian bisa jadi menyapamu, kamu sendirian dan merasa hidupmu adalah kesia-siaan belaka.

Dan seperti biasanya, ternyata sampai mati pun aku tetap tidak bisa melihatmu sakit. Waktunya aku membicarakan rahasiaku yang terbesar denganmu, bahwa tidak pernah sepanjang seluruh waktu ini aku berhenti menyayangimu, walau sedetik pun.

Kesayanganku, kamu belum mati, kamu sembuh, kamu sehat kembali, kamu juga mendapatkan seluruh cinta yang memenuhi dunia ini. Pun aku akan hidup sekali lagi, dan teruntuk yang kali ini akan sampai selama-lamanya selalu bersama denganmu.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi