Asap tipis terlihat menari di atas piring yang baru saja dihidangkan di atas meja. Dua sejoli duduk saling berhadapan, dan bersiap untuk menyantap steak premium yang mereka pesan sebagai menu makan malam. Keduanya tampak tersenyum malu-malu, karena malam itu adalah pertemuan pertama mereka.
“Saya nggak ngerti, kok bisa perempuan secantik kamu nggak punya pacar?” tanya Joe, lelaki tampan berbadan tinggi dan tegap.
Nikita tersipu malu. “Itu adalah pertanyaan yang belum terjawab sampai sekarang. Hahaha...” jawabnya jumawa. “Kalau kamu?”
“Kalau saya sibuk kerja. Makanya orang tua maksa saya ikut kencan buta,” jawab Joe.
Obrolan malam itu mengindikasikan adanya kecocokan di antara keduanya. Joe merasa nyaman dengan pasangan kencan butanya itu, sampai kemudian Nikita mulai menunjukkan sisi dirinya yang lain.
“Eh, coba deh lihat di meja kanan! Cowok itu cerewet banget, dari tadi nggak berhenti ngomong. Ludah... eh... maksudnya salivanya sampai muncrat kemana-mana. Aku yakin, itu minuman dari tadi nggak habis-habis karena keisi lagi sama saliva dia,” bisik Nikita. Ia lalu tertawa terbahak-bahak. Sementara Joe tertawa canggung.
“Kalau cowok yang di meja ujung sana, makannya super rakus. Ususnya pasti nggak akan sempet mencerna, kalau keluar bentuknya pasti bakal tetep utuh.”
“Ohok... ohok...” seketika Joe tersedak potongan besar steak yang baru akan dikunyahnya.
Joe kehilangan selera makannya. Ia meletakkan garpu dan pisau di samping piring. Tawanya yang tadi selalu tulus ia sunggingkan untuk Nikita mulai memudar dan menghilang.
Tak lama kemudian, sepasang suami istri masuk ke resto dan duduk tak jauh dari meja mereka. Nikita kembali bergosip.
“Kelihatan banget umur mereka beda jauh ya. Untung style istrinya agak-agak norak, jadi lumayan mengimbangi. Tapi mereka lucu ya, kayak bodyguard senior yang lagi ngawal ibu sosialita yang baru debut. Hahaha...” Nikita terbahak. “Yang paling lucu itu bulu mata si ibu, tebel banget kaya tameng Kapten Amerika. Untuk menghalau badai debu supaya nggak masuk ke mata kali ya.”
Nikita semakin terbahak, sementara Joe semakin menunjukkan ekspresi jengkel. “Nikita, kayaknya udah waktunya saya kenalin orang tua saya ke kamu,” ucap Joe.
Nikita terkejut, senyum lebar merekah di bibirnya. “Serius? Secepat ini?”
Joe lalu mengajak Nikita menghampiri meja pasangan yang baru masuk tadi. “Mah, Pah, kenalin ini Nikita, pasangan kencan buta Joe.”
“Wah... cantik sekali kamu!!” puji ibu Joe.
“Iya, Mah. Tapi sayangnya kita nggak cocok. Katanya bulu mata Mamah kaya tameng Kapten Amerika.”
Ayah Joe bengong, sementara sang ibu tampak terkejut dan kesal.
“Ambil hikmahnya aja, seenggaknya sekarang kita punya jawaban dari pertanyaan tadi,” ujar Joe pada Nikita.
Wajah Nikita memerah. Ia tampak panik. “Ma-maaf. Sa-ya permisi dulu!”
Nikita menyambar tas yang tersampir di kursi dan bergegas pergi keluar tanpa menoleh lagi ke belakang.