Deadline
"Istirahat dulu, Dek. Kayaknya semalam nggak tidur, 'kan?" Farhan meletakkan secangkir teh dengan potongan stroberi dan daun mint di samping laptop. Dipandanginya wajah Kalila yang mirip manusia zaman batu baru keluar dari gua.
"Itu matanya sampai merah. Nggak beda sama Edward Cullen. Tinggal nambah taring saja."
"Dih, Abang apaan, sih? Dikit lagi, nih. Besok Senin deadline."
Farhan berdiri kemudian berpindah ke belakang Kalila lalu memijit bahu istrinya dengan lembut.
"Senin kapan?"
"Ya, besoklah, Bang. Sekarang, 'kan, Minggu."
"Iya, tahu. Maksud Abang tanggal berapa?"
Gerakan tangan Kalila menekan tuts laptop terhenti. Matanya beralih ke ponsel dan mencari-cari pesan dari editornya.
"Tanggal 23, Bang."
"Besok baru 17, Neng."
"Iyakah?"
"Tuh, lihat kalender."
Kalila segera membuka penanggalan di ponsel. "Astaghfirullah." Ia menepuk jidat lalu menyandarkan punggung di kursi
"Dah, sana tidur. Abang temeni."