Aku tidak menyangka dengan tamu yang datang hari ini. Berulang kali kuucap istighfar untuk membentengi diri dari godaan setan yang memancingku untuk marah. Bagaimana tidak, orang yang dulu pernah memakiku kini duduk dengan senyuman manis di hadapanku. Bukan hanya membawa senyuman manis, tetapi dia membawa kedua orang tuanya. Dadaku terasa panas, ingin sekali kusuruh dia pergi jauh dari rumahku.
Namun, aku tidak banyak tingkah ayah dan ibu menerima kedatangan mereka dengan ramah. Bibirku dari tadi membisu, aku heran dia tidak seperti Alfi yang aku kenal dulu. Bukan karena baju koko dan peci yang dia pakai, tetapi tutur katanya. Tak kulihat karakter nakalnya lagi. Dia terdengar sebagai Alfi yang saleh. Sulit dipercaya, terlebih lagi ketika dia mengucapkan maksud kedatangannya.
"Fatmah, izinkan aku menjagamu melalui ikatan pernikahan."
Mendengar itu bibirku makin bisu. Aku menarik napas dalam-dalam kemudian berkata, "Izinkan aku istikharah agar bisa memberimu jawaban." Dadaku rasanya campur aduk.
Mungkinkah ini antara benci dan cinta? Haruskah aku percaya dengan Alfi yang sekarang? Bukankah setiap manusia bisa berubah?
Baiklah akan kutanyakan semua ini pada-Nya, Sang Maha Cinta. Hanya Dia yang bisa menuntunku untuk mengambil keputusan terbaik.