Sebagai seorang lelaki aku sangat pandai bermain bola dan basket, karena ini adalah hobiku. Ya, hampir setiap akhir pekan aku bermain bola atau basket dengan Robi. Tapi hari ini Robi mengajakku untuk pergi memancing di sungai. Aku yang tidak pernah memancing ataupun pegang alat pancing mengiyakannya. Karena aku tahu dia suka memancing sedangkan aku tidak. Tapi, kalau aku menolak dan berkata, “memancing di sungai hanya akan membuang waktuku saja,” aku takut dia akan sakit hati karena dia sering menghabiskan waktunya untuk memancing di sungai. Dia pun tahu aku tidak punya alat pancing. Oleh karena itu, dia meminjamkan alat pancing nya kepadaku. Tidak itu saja, semua peralatan dia yang bawa termasuk umpannya yaitu cacing. Setelah semuanya siap kita bergegas menuju ke sungai.
Aku memperhatikan Robi yang lihai memasang umpannya di alat pancing, kemudian aku meniru bagaimana cara memasang umpannya. Akan tetapi, mengambil satu cacing saja aku merasa jijik dan dalam benakku berkata, “nafsu makan ku hilang,” aku sambil mencoba memasang umpannya. Hingga pada akhirnya jariku yang terpancing. Aku merintih kesakitan mau menangis tapi gengsi. Robi yang ada di sebelahku langsung memetik daun pegagan dan menumbuk nya. Setelah itu, di taruh di jariku dan dibungkus menggunakan sobekan karung. Kemudian aku mencoba lagi memasang umpannya. Akhirnya, aku bisa memasang umpannya dan kita memancing sambil duduk diatas batu.
Setelah beberapa saat aku mulai merasa bosan karena tak kunjung mendapat ikan. Sesekali aku ngeliatin Robi, dia sangat santai duduk diatas batu tanpa ada muka bosan. Aku merasa ini hanya membuang waktuku saja maka aku akan mengajak Robi pulang, kalau dia tidak mau aku akan pulang sendiri. Akan tetapi, ketika aku akan mengajak Robi pulang, tiba-tiba alat pancingnya dia bergerak. Ternyata dia mendapat ikan lele yang ukurannya cukup besar. Dia sangat senang mendapat ikan besar kemudian dia melepaskan ikan dari alat pancingnya.
Aku berdiri didekat dia sambil memegang alat pancing dan memperhatikan bagaimana cara melepaskannya. Biar nanti kalau aku dapat ikan lele aku bisa melepaskannya sendiri tanpa bantuannya dia. Apa lagi ini ikan lele bahaya kalau tersengat. Setelah dia melepaskan ikannya kemudian dia duduk memancing lagi. Aku yang tadinya mau pulang ikutan duduk diatas batu kembali memancing siapa tahu dapat ikan.
Lagi-lagi Robi dapat ikan dan aku belum kunjung mendapatkan ikan. Kesabaranku pun hilang aku berdiri mau ijin ke Robi, tapi alat pancing ku tiba-tiba bergerak. Aku yang super excited langsung menarik pancing ku, tapi bukan ikan yang aku dapat melainkan kepiting. “Waduh! kepiting bagaimana ini?” aku sambil mengamati kepiting yang menggantung di alat pancing ku. Robi yang melihatku kebingungan menawarkankan bantuan dia berkata, “Ton, bisa melepaskannya atau tidak? Kalau tidak sini tak bantuin.”
Aku yakin pasti aku bisa. Maka aku menolak tawarannya dan berpikir bagaimana cara melepaskannya. Karena kepiting punya banyak kaki maka kaki bagian yang paling belakang yang aku pegang, karena menurutku ini adalah bagian yang paling aman. Tetapi sial alih-alih aku selamat malah tanganku dicapit oleh kepiting. Aku merintih kesakitan dan darahku yang mengalir bercucuran.
Kali ini aku tak gengsi lagi, kubiarkan diriku duduk tersungkur dan menangis kesakitan.