"Jen! Sendirian aja. Mana bebebmu?" Sialan. Pantaskah dia kusebut teman? Teman macam apa yang selalu mengejekku, padahal dia sendiri jomlo akut?
"Aku berdua, kok. Nih, dia di sampingku." Dia hendak duduk di sebelahku, tapi kutahan, "Weh, ada orang, jangan duduk!"
"Mana? Gak ada siapa-siapa, juga." Sherin celingukan mencari orang yang kumaksud. Dia tidak akan melihat apa pun kecuali bangku kosong. Namun, di sebelahku memang ada orang. Kalian tidak akan pernah mengerti maksudku.
Akhirnya Sherin memilih berjongkok di depanku. "Orang siapa, sih? Manaaa? Indigomu 'kumat', ya?"
Seorang pria sekitar usia 20-an datang dan memeluk Sherin. Pasti ini pacar barunya. "Hei, kamu ngapain di sini? Bentar lagi ganti tahun. Liat kembang api, yuk!" Sebentar, si pria mengedipkan satu matanya kepadaku. Kutanggapi datar. Mungkin saja, kan, dia kelilipan.
"Kamu pacarnya Sherin, ya?" tanyaku reflek, karena kesal.
"Iya," sahut Sherin.
"Dasar jomblo! Aku kan sepupumu, nj*r!" Mereka terbahak di depanku. Sementara orang di sebelahku, dia diam saja dari tadi. Susah diajak ngobrol. Bukannya bisu, tapi mustahil berbicara.
Sepupu Sherin terlihat sedang membisikkan sesuatu ke Sherin, sehingga membuat Sherin pergi kemudian. Meninggalkanku bersama sepupunya.
"Hai, aku Lian!" Kusenyumi saja dirinya. Ia mengajakku jabat tangan.
"Eh, eh, jangan duduk! Ada orangnya."
"Mana?" tanyanya.
"Jangan duduk!"
Ia memaksa duduk dan ..., "Aww!" Sudah kubilang ada orangnya, tidak percaya. Dia kemudian mengambil orang mini itu. "Boneka Peterpan kayu?"
"Udah aku bilangin, juga. Ada orangnya, nggak percaya."
___
Catatan: Tulisan saya yang ini pernah di-posting di Komunitas Wattp*d Indonesia 3 tahun lalu.