Suara Lena,
Malik, sudah sampaikah suratku ditanganmu? Beberapa hari lalu aku pergi ke kantor pos sekadar ingin mengirimkan tumpukkan kerinduanku yang sudah kutuangkan di dalam kertas putih berbalutkan amplop putih bersih. Amplopnya tidaklah besar. Ukurannya sama besar seperti amplop-amplop yang dijual di warung.
Malik, sudahkah kau buka amplop itu? Kuharap kau tidak menaruh harapan besar saat melihat amplop itu. Bukan lembaran uang yang kukirimkan padamu. Bukan pula bon tagihan. Kau tenang saja. Isinya hanyalah selembar kertas putih berisikan sulaman kata rindu yang sengaja kuendapkan dalam benakku dua tahun lamanya.
Dua tahun sudah lamanya kau merantau di ibukota sana nan jauh di mata. Kota yang kudengar dari banyak orang terkenal begitu keras. Kota yang katanya disesakki oleh gedung-gedung bertingkat yang siap menembus langit di setiap sisi jalannya. Kota yang katanya dipenuhi oleh semburat cahaya beragam warna nan indah kala gelap jatuh.
Semua itu terdengar sangat amat berbeda dengan keadaan di sini, Malik. Kau masih ingat jelas bukan bagaimana keadaan di desa ini? Semua masih sama. Tak ada satu pun yang berubah biarpun dua tahun sudah berlalu. Tak ada gedung bertingkat penembus langit di sini, yang ada hanyalah hamparan sawah hijau dan deretan rumah penduduk berbahan kayu tua. Tak ada semburat cahaya beragam warna nan indah disini, yang ada hanyalah remang cahaya kekuningan yang berusaha memecah gelap.
Malik, masihkah kau mengingatku? Sejak kepergianmu ke ibukota dua tahun lalu, kau tidak pernah mengabariku. Bahkan satu kali pun tidak. Sebelum menaiki bus kau sempat mengikat janji kepadaku bahwa kau akan segera memberi kabar ketika tiba di sana. Apa kau sudah melupakan janjimu itu, Malik?
Kehadiran kabarmu sudah kutunggu dua tahun lamanya. Selama itu pula aku menengok ke rumahmu, berharap kau ada di sana. Ibumu masih sama. Masih baik. Masih cantik. Pun ramah seperti sebelum kau pergi merantau. Sesekali kami pergi ke pasar sekadar membeli sayuran untuk diolah menjadi hidangan.
Malik, apakah kau tahu? Aku sungguh amat sangat merindukanmu. Aku hanya ingin tahu bagaimana kabarmu disana. Aku harap kau baik-baik saja di sana. Bahkan lebih baik dariku saat ini.