"Udah jam 11 malem-". Ucap si Bara ketua pelaksana, "Mau nginep apa ada yang mau balik?". Tanya kepada anggota panitia lainnya yang sedang persiapan untuk PKKMB tahun ini.
Semua orang saling menoleh-menatap menunggu jawaban apa yang harus mereka jawab. Mengingat harus udah malam dan acara besok dimulai setengah 6 pagi. Dandi menoleh ke Mandala yang menahan kantuk dengan dagunya.
"Bro. Lu minep apa balik". Tanya dia mengguyarkan kantuknya.
"Mau balik aja". Mandala menggelangkan kepalanya.
"Dih. Lu berani?". Spontan katanya, Dandi meragukan keberanian pemuda berusia 21 tahun itu.
"Halah. Santai. Takut apaan lagi". Mandala sok berani.
"Lu mending minep", pecah si Kijuk. Akbran panggilan dengan nama asli, Kizanja Proadia.
"Kenape?", Mandala bertanya balik.
"Lu ga tau cerita yang beredar dikampus?", Jawabnya mengernyitkan dahi. "Soal parkir Rektorat". Jelasnya lebih detail.
"Ih. Iyaa gue tahu". Sahut Dandi ketakutan.
"Ade ape?". Mandala masih tak percaya.
"Soal si mata merah di parkiran!".
Tett!.
"Jadi gimana?", Si ketua kembali bertanya. Mandala awalnya ragu soal cerita itu. Ia hanya menebak si Kijuk dan Dandi hanya mengada-ada saja. Dan tetap memilih balik kerumah dari pada menginap disini.
*
Turun dari lantai atas. Parkir Rektorat terletak dibawah gedung utama. Bisa di bilang parkir Rektorat berada dibasement gedung utama rektorat.
Tak ada yang aneh. Setelah turun dari tangga, Mandala menatap luasnya area rektorat itu. Lampu terang menyala dan tak begitu semenakutkan itu. Pikir Mandala meyakinkan diri.
"Kijuk sama Dandi cuma nakut-nakut aja". Celetuknya sambil berjalan menuju motornya yang tak jauh dari lorong ke lorong.
Melangkah pelan.
Tiba-tiba angin dingin berembus dari lorong ketiga yang mengarah yang disudut bangunan lainnya. Dingin tapi menusuk, dan udara sekitar menjadi lebih terasa hangat cenderung panas.
"Njir, kok malah merinding gue".
Mandala resah. Setelah insiden melihat sosok bergaun merah beberapa waktu lalu. Kini, perasaan kembali sama. Rasa takut dan tak tenang menghantui dirinya.
Buru-buru Mandala menuju motornya.
"Dancok. Kok malah gaidup lagi". Mandala panik bukan maen. Pikirannya makin gelisah penuh dengan cerita-cerita yang tadi ia dengar.
Hussst.
Mandala terdiam. Masih berdiri di atas motornya. Ia seperti merasakan ada sesuatu yang berdiri tepat dibelakang tubuhnya.
Keringat dingin perlahan jatuh dipelipis wajahnya. Mandala menelan ludahnya sendiri. Ia merasakan seperti ada rambut-rambut kasar mengenai bagian belakang tubuhnya.
Dengan rasa takutnya, ia tak berani menoleh kebelakang!. Satu-satu cara untuk memastikannya adalah melihat pantulan dari kaca belakang mobil yang berparkir depan nya.
"Asyuuuu!!!!". Teriaknya keras.
Ketiak ia melihat sosok bertaring panjang, bermata merah, berwajah menyeramkan penuh dengan bulu-bulu diseluruh badannya. Mata mereka bertatapan beberapa detik.
"koe delok aku cah ganteng!.".
Mulut terbuka lebar dengan taring yang siap menerkam Mandala. Mandala hanya diam menahan rasa takut yang begitu besar.