“Bebi,, kamu saat Di kost ? , aku dan Mela cari bahan makanan buat bakar-bakar malam ini” pinta Nala. Tak butuh waktu lama mereka keluar gerbang kos yang kami tinggali. Di kos ini hanya memiliki empat kamar dan yang terisi hanya tiga kamar, sehingga terdapat satu kamar yang tak berpenghuni. Setiap malam minggu kami selalu melakukan kegiatan rutin yakni barbeque didepan halaman kos yang lumayan luas. Pemilik kos pun mempersilahkan itu, bahkan pemilik kos sengaja memberikan hasil pancingannya pada kami dan mengajak teman-teman terdekat kami untuk ikut di acara tersebut.
Satu jam,,,, Dua jam,,,, berlalu begitu saja. Aku inisiatif untuk mempersiapkan alat-alat yang akan kami gunakan serta mengundang beberapa teman yang memang sudah biasa datang berkunjung. Namun aku merasa aneh ketika aku melewati salah satu kamar pojok yang tak berpenghuni. Aku mendengar sesuatu yang di dalamnya ada banyak orang yang sedang melakukan sebuah hajatan. Aku mencoba untuk tetap berpikiran positif “it’s okay bebi, mungkin tetangga sebelah lagi ngadain hajatan”. Kemudian aku kembali melakukan kegiatan yang sempat tertunda.
Setelah selesai melakukan beberapa persiapan, aku kembali memikirkan kejadian yang baru saja dialami. Selang beberapa menit kemudian ada yang mengetuk pintu kamar ku Tok..Tok..Tok..! Bebi ini Mela, tolong bukain pintu dong” pinta seseorang yang mengatasnamakan teman kos ku. Tanpa rasa curiga aku membukakan pintu kamarku “loh kok sendiri Mel, Nala mana ?” tanya Bebi. Dengan wajah yang sedikit pucat, Mela masuk dan langsung mengambil posisi duduk dipojok. Tak berselang waktu yang lama, handphone Bebi berdering. Dia melihat panggilan masuk dari Nala “Halo Nal, kenapa ? kamu dimana ? kok kamu ninggalin Mela sendirian balik kos sih ? jahat banget sampe pucat loh dia” pinta Bebi “Ngawur ih,,, Mela loh bareng aku.! Aku pengen ngabarin kalo kami masih lama, soalnya ada bahan yang belum lengkap, jadi kamu nggak apa-apa ya kamu sendiri di kos” jawab Nala.
Bebi hanya terdiam dan mulai membisu.
Dia melihat ke arah seseorang yang mengatasnamakan Mela . Dia mendekati Bebi sambil berkata “hihihi,, nduk,uwis ngerti to nduk, iki mbah nduk sing nduwe hajatan pinggire omah mu, ayok nduk melu mbah (nak, sudah mengerti kan, ini nenek nak yang punya hajatan sebelah kamarmu, ayo nak ikut nenek)”. Nenek itu menarik tanganku. Di alam bawah sadar aku mengikuti ajakan nenek tersebut. Disana aku melihat banyak orang yang sedang asyik menikmati berbagai macam bentuk hidangan yang terlihat sangat lezat “ayuk nduk mangan sing akeh (ayo nak makan yang banyak)” ajak nenek.
Namun,di saat yang bersamaan ada seekor kucing yang datang menghampiri aku. Menggigit jari tanganku. Seketika aku mulai sadar. Orang-orang yang aku temui awalnya baik-baik saja berubah menjadi orang yang tak berbentuk bahkan ada yang salah satu matanya copot. Aku menjerit. Aku berlari sekuat tenagaku mengikuti kemanapun kucing itu mengarahkanku.
Akhirnya, aku terbangun dari kesadaranku. Aku melihat sekelilingku menangis bersyukur bahwa akhirnya jiwaku kembali keragaku yang sudah tiga hari sejak kejadian pergi. Aku menceritakan semua kejadian yang aku alami selama aku menghilang. Pemilik kos yang mendengar kisahku akhirnya memutuskan untuk membuka kamar tersebut dan mendo’akan agar tidak dihuni oleh yang tak kasat mata