"Alhamdulillah," ucap Damar yang dari tadi tersenyum mekar semenjak amplop coklat itu berada di tangannya. Suasana hati Damar berbunga-bunga, setelah lama menunggu peluhnya terbayar juga hari ini. Diraihnya dua celengan kaleng dari atas lemari kayu yang sudah reot. Damar meniup satu persatu celengan itu untuk menghempaskan debu yang menyelimuti keduanya. Maklum sudah satu bulan celengan bertuliskan "untuk ibu" dan "untuk istri" itu tidak diisinya.
"Bismillah," ucap Damar sambil memasukkan beberapa lipatan uang ke dalam celengan.
Tiba-tiba pintu terbuka, Rudy teman sekamarnya baru pulang.
"Cie, ngisi celengan," ucap Rudy ngeledek. "Ya dong, harus rajin nabung kita," balas Damar dengan bangga. Rudy mengangguk-ngangguk kemudian duduk di depan Damar yang masih tersenyum bahagia mengisi celengannya itu.
Kening Rudy berkerut sembari mengerjapkan matanya yang tertuju pada celengan Damar.
"Dam, kamu enggak salah. Kamu kan belum punya istri?" kata Rudy yang disusul dengan ledakan tawa. Seketika Damar mematung, menyadari statusnya yang sampai sekarang masih jomlo.