"Setiap kali mendengar kata valentine dari mulut seseorang, aku selalu ingin membelah kepalanya hanya untuk melihat isi otaknya. Cinta adalah fenomena umum yang belum aku mengerti," kata ku berbicara serius di tengah ruangan terang bersama sahabat ku, tuan jeruk manis. Ia diam dan tenang mendengarkan setiap pendapat ku. Ia tidak menghakimi, ia tetap sopan memperhatikan setiap kata yang ku ucap meski kini kaki ku diikat secara jahil oleh para staf tempat ini.
"Oh tidak tidak, tentu saja tidak." Aku menggelengkan kepala ku. Aku membantahnya. Mata ku yang tertarik dengan garpu mengkilap diatas piring bekas sarapan ku. kilauan nya seperti memanggilku untuk menyentuhnya.
"Secara sains cinta tidak datang dari hati. Katanya cinta itu berasal dari Hipotalamus, kelenjar otak yang mengontrol sistem hormon. Hipotalamus lah yang menghasilkan hormon oksitosin atau hormon cinta yang orang orang maksud. Sehingga orang punya ketertarikan dan merasakan kenyamanan saat berpelukan. Hanya saja aku tetap tidak mengerti cara kerja nya. Bagaimana mungkin hanya dengan hormon ini bisa membuat orang mau mengorbankan banyak hal, mampu menjadikan seseorang mau memberikan bagian penting dari dirinya. Orang yang mencinta ini menjadikan orang lain sebagai objek pemujaan, semacam menciptakan kultus agama baru."
Aku memperhatikan kerutan di kulit Tuan jeruk manis. Aku mengerti, Memang bahasan berat selalu keluar begitu saja dari bibir ku. Aku menantikan lawan bicara ku ini beropini atas pendapat ku barusan. Obrolan kami terputus karena dua orang Staf rumah sakit jiwa bersatu datang keruangan ku. Samar samar aku mendengar seorang staf menyuruh teman yang masih baru untuk hati hati saat berada di dekat ku. Aku tidak mengerti maksudnya, padahal Aku takkan menyentuh setiap hal yang tidak membuat ku tertarik.
"Oh jadi ini orang nya? orang yang bernama Smith itu? Wajahnya tidak seperti dugaanku," Kata staf baru pada temannya.
"Apa kau mengenalku?"
Aku mengernyitkan dahi pada nya.
"Tentu saja. Kau adalah orang yang sangat berbahaya." Staf baru itu mendekatkan wajahnya seperti sedang menantangku.
"Apa benar dia orangnya ?" katanya lagi pada temannya. Temannya mengangguk.
"Sebaiknya kita segera ambil peralatan makannya dan pergi dari sini."
"Tunggu dulu, aku penasaran. Aku akan memastikan sesuatu hal pada nya."
"Bagaimana caramu membunuh semua korban korbanmu?" Staf baru itu sepertinya begitu penasaran pada ku. Aku terdiam karena masih mencerna arah pertanyaannya.
"Bagaimana caramu sekian lama tidak ketahuan walaupun sudah membunuh banyak orang?"
"Aku akan menjawabnya. Tetapi, izinkan aku bertanya dua hal."
"Apa itu ?"
"Apakah kamu pernah mencintai?"
"Tentu saja."
"Bagaimana rasanya jatuh cinta?"
Staf baru itu menceritakan rasanya jatuh cinta sesuai dengan versinya dengan panjang lebar. Aku semakin bingung. Apa yang dia bilang juga berbeda dengan yang lain. Aku mendengarkan dengan seksama penjelasannya sampai selesai.
"Intinya cinta membuatmu bahagia. Sekarang valentine kan? Banyak orang yang merayakannya dengan cinta."
Aku melirik ke tuan jeruk manis. Aku sangat yakin mendengar sahabatku berbicara pada ku.
"Kau harus melihat isi kepalanya untuk mengerti tentang cinta."
Aku tersenyum.
"Kemari, akan kubisikkan semuanya padamu." Staf baru itu mendekat. Aku langsung menusuk garpu tepat di lehernya. Kepalanya kubenturkan sampai hancur. Aku ingin melihat isi kepalanya. Staf yang lama ketakutan dan berlari meninggalkan kami.