Mr. Nguyen dengan suara seraknya menjelaskan tentang pohon pepaya yang tampak berbunga. Para turis dengan seksama mendengarnya. Mereka bahkan mulai membuat anterian untuk berfoto dengan pohon pepaya yang tumbuh di atas bumi Pulau Unicorn.
Aku menarik nafas panjang dan sebenarnya ingin tertawa lepas mentertawakan diriku sendiri. Aku pergi jauh-jauh dari rumahku nun di Pulau Borneo untuk melihat pohon pepaya, sedangkan di samping rumahku ada pohon pepaya yang tumbuh subur. Aku mundur dari barisan, mempersilakan turis lain yang tertarik pada pohon pepaya.
“Pohon tu banyak dekat kampung kan?” Terdengar suara seorang pria dengan aksen melayu.
Aku menoleh ke asal suara, melihat pria dengan t-shirt abu-abu berdiri di sampingku. Perawakannya yang sangat eropa menunjukkan dia bukan orang melayu.
“Awak boleh cakap melayu?” Tanyaku keheranan.
Dia menganggukkan kepalanya. “Malaysian?” Tanyanya lagi padaku dengan senyum mengembang.
Aku mengeleng. “Indonesian.”
“Emak saye orang Malaysia. Sebab tu saya boleh capak melayu. Awak pun boleh cakap melayu?”
“Emak saya pun orang Malaysia.” Sahutku yang kemudian disambung oleh tawa renyah kami berdua yang kemudian dilanjutkan dengan cerita pohon pepaya.