Jalil ke luar dari mulut gua yang sempit dengan susah payah. Dengan sigap, Bardi dan Usep membantunya ke luar. Sementara Ridho memegangi senter sebagai penerangan.
Selain dari cahaya senter, sinar rembulan nyaris tak terlihat akibat pekatnya kegelapan malam dan kelebatan hutan. Tapi semuanya abai. Apalagi setelah Jalil berada di luar gua, duduk di atas batu dengan napas terengah dan menunjukkan sesuatu yang digenggamnya.
"Mustika ular," ucap Jalil bangga. Sedang yang lainnya takjub. "Kamu mau?"
Usep yang ditepuk bahunya oleh Jalil buru-buru mengangguk.
"Berani masuk nggak? Giliran. Masing-masing dapat satu."
"Berani!" Usep yakin.
Maka masuklah si Usep.
"Kenapa si Usep duluan?" protes Bardi. Ridho mengangguk-angguk.
"Ayolah! Kita pergi."
"Usep bagaimana?" Bardi dan Ridho keheranan.
Jalil urung menjawab. Tak lama, terdengar suara jerit kesakitan Usep dari dalam gua.
Jalil menimang mustika di tangannya. "Mustika ini tidak gratis," senyumnya.