Aku terbangun dari tidurku. Malam hari menjadi waktu di mana aku menjalankan rencanaku. Hari ini nama seorang pria tertulis di catatanku. Ini menandakan bahwa aku harus mendatangi rumahnya. Semoga ini menjadi terakhir kali aku mendatangi rumah itu. Namun sayang sekali ini sudah malam hari. Semua penghuni rumah sudah tertidur.
Aku tetap masuk ke dalam rumah itu secara diam – diam. Tanpa membuat penghuni rumah itu terganggu dengan kedatanganku. Aku tertarik dengan salah satu kamar di rumah itu. Hawanya masih sangat bersih bila dibandingkan hawa manusia biasa. Aku pun masuk ke dalam kamar tersebut.
Kutemukan seorang anak sedang tertidur pulas. Aku tidak ingin mengganggu tidurnya, jadi kuputuskan untuk masuk ke alam mimpi anak itu.
“Hai nak, bagaimana harimu?” tanyaku padanya.
Ia hanya memandangku dengan tatapan bingung, “Kakak siapa?”
“Ah, kakak tidak punya nama. Ohya, apa kamu suka permainan?”
Anak itu menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan.
“Baiklah, kakak punya permainan yang sangat seru. Apa kamu mau bermain denganku?”
Anak itu kembali menganggukkan kepalanya.
“Baiklah, permainannya adalah seperti ini. Kamu harus menghalangi ayahmu pergi menjalankan tugasnya. Ayahmu tidak boleh menjalankan tugasnya. Bila kamu gagal, maka kamu akan kehilangan ayahmu. Permainan dimulai besok.”
Aku pergi meninggalkan anak itu yang tampak kebingungan.
Aku telah berada diluar mimpi anak itu. Kulihat dia masih tertidur pulas. Kamu masih polos sekali, nak.
Keesokan harinya, anak itu menghalang – halangi ayahnya yang hendak pergi bekerja. Sang ayah hanya tertawa melihat tingkah laku anak itu, begitu juga ibunya. Aku hanya menyaksikan mereka dari jauh. Tampak sang ibu berinisiatif menenangkan anak itu agar membiarkan ayahnya pergi bekerja. Anak itu berhasil luluh dengan bujukan ibunya. Sang ayah pun berangkat pergi menjalankan tugasnya, tak lupa mengucapkan salam.
“Maaf nak, kamu kalah dalam permainan ini. Terima saja salam terakhir dari ayahmu itu.”
Sebentar lagi, nama pria itu akan terhapus dari catatanku.