Arga mengerang kesakitan. Tubuhnya dihajar dari dalam. Ia tak dapat membalas perlakuan lawannya itu karena pelakunya tak kasat mata.
Arga berguling-guling di tanah, lalu terhenti. Tangannya kemudian berayun-ayun berusaha menggapai lawannya, namun nihil. Lawannya bukan hanya tak kasat mata namun juga tidak bermateri.
Masa di mana Arga hidup sekarang, sudah tak asing lagi jika manusia bisa menghilangkan bentuk dirinya berubah menjadi tak kasat mata. Dengan alat, semua yang dahulunya dianggap tak mungkin menjadi sangat mungkin.
Lelaki itu memejamkan matanya erat, berusaha fokus untuk mengaktifkan alat penawar agar ia bisa melihat lawannya walau tubuhnya kian terasa remuk. Setelahnya, ia membuka matanya lebar, dunia di sekitarnya berubah menjadi kelabu. Seharusnya, jika pelakunya adalah seorang manusia maka Arga dapat melihatnya meskipun samar. Lelaki itu sangsi, mungkinkah lawannya adalah udara? Atau makhluk beda alam atau dimensi?
"Nak ... Nak ...." Seorang wanita tua menghampiri Arga dengan cemas dan menyebabkan warna dunia di sekitar lelaki itu kembali seperti semula.
Nafas Arga tersengal-sengal. Ibu itu membacakan sesuatu yang tak dimengerti Arga. Setelahnya, pukulan tak lagi terasa, namun bekasnya masih sangat terasa seperti menusuk-nusuk tulang.
"Lawanmu ini bukan manusia, Nak," ujar ibu itu tenang setelah nafas Arga sedikit lebih normal. "Mereka makhluk suruhan paranormal."
Arya tersentak. Di zaman seperti ini, peradaban se-maju ini, masih ada seorang paranormal?
"Sebenarnya lawanmu ini bukanlah paranormal asli. Dia kawan lamamu dan kemampuannya ini ia dapatkan dengan mencuri ilmu paranormal terdahulu. Ia memiliki dendam pribadi denganmu, sebab alat penawar yang kau ciptakan. Ia marah karena alat ciptaannya, alat yang membuat manusia menjadi tak kasat mata bisa tertembus dengan alatmu itu, yang kau tanamkan di kornea matamu dan adik perempuanmu."
Arga semakin terkejut. "Ba-bagaimana Ibu bisa tahu?"
"Sebentar. Ibu obati dulu lukamu ini." Ibu itu mengucapkan kalimat aneh lagi dan seketika badan Arga kembali bugar, seperti tak terjadi apa-apa, padahal ia telah dihajar mati-matian oleh makhluk itu.
"Ibu sebenarnya siapa?" tanya Arga lagi.
"Ibu sebenarnya adalah musuh paranormal. Penawar mereka. Sebelum Ibu mati, Ibu ingin memastikan paranormal itu sudah musnah dari dunia ini. Namun sepertinya ilmu mereka dihidupkan lagi dengan temanmu itu."
Arga terkejut dan ia bergeser, mengambil jarak dengan wanita tua di hadapannya ini. Nalurinya mengatakan agar ia waspada.
"Jangan takut ... Ibu diberikan kuasa lebih dari Sang Kuasa, agar sebagian paranormal yang serakah dan memanfaatkan ilmunya untuk hal jahat musnah dari dunia."
"Ada seberapa banyak paranormal di dunia ini?"
"Dulunya banyak, namun paranormal serakah membunuh paranormal baik. Dunia yang kau tinggali sekarang ini, dahulunya adalah tempat orang-orang serakah. Keributan dan peperangan terjadi di mana-mana. Hingga Ibu memusnahkan paranormal-paranormal serakah itu."
"Lalu?" Keingintahuan Arga memuncak.
"Lalu, peradaban semakin maju, manusia bersaing secara sehat untuk menciptakan keunggulannya. Hingga dendam temanmu itu membuatnya mencuri ilmu paranormal, nanti akan ia gunakan untuk keserakahannya. Ibu khawatir, dunia ini akan kembali seperti dulu." Ibu itu menghela nafas panjang. "Adikmu telah Ibu turunkan setengah ilmu yang Ibu miliki dan setengahnya lagi akan Ibu turunkan untukmu. Tolong cegah temanmu agar tak berbuat macam-macam, karena Sang Pencipta menginginkan manusia berbakti kepada-Nya bukan serakah dengan kekayaan dunia."