Keano berlari sekencang mungkin. Napasnya memburu hebat bercampur rasa lelah menaungi dirinya. Keano sedikit membalikkan badannya ke belakang. Matanya membelalak kaget. Seorang perempuan berbaju lusuh, wajahnya terdapat banyak luka goresan bersimbah darah dan kakinya pincang berwarna coklat tua.
Napas Keano semakin memberat, jantungnya terus berdegup kencang tak terhenti. Mulutnya terus komat-kamit mengucapkan doa. Keringatnya berucucuran membasahi leher dan bajunya.
Pandangan Keano masih tak lepas dari seorang hantu perempuan yang masih mengejarnya. Jantung Keano berdegup lebih kencang saat hantu itu mengejarnya dengan kecepatan yang lebih cepat.
Keano berlari lebih cepat, tenaganya terkuras habis sekarang. Kakinya tak mampu untuk berjalan lagi. Ia terlalu lelah.
"AWW!!" ringis Keano saat kakinya tersandung batu. Pantatnya menubruk tanah dengan keras.
Ditambah lagi jarak Keano dengan perempuan itu semakin dekat. Keano berteriak histeris minta tolong.
"Tolong jangan ganggu gue!"
"Gue gak salah! Tolong! Jangan deketin gue!"
"Gue gak kenal lo! Tolong!" teriak Keano dengan lebih keras. Teriakan Keano nyatanya sia-sia, hantu perempuan itu tidak mendengarkannya. Ia masih terus berjalan dengan mulutnya yang membentuk senyuman smirk.
Hantu perempuan itu maju melesat kini jarak di antara Keano dan hantu itu hanya tersisa beberapa centi saja. Mulut hantu itu terbuka lebar, darahnya bercucuran membentuk noda merah di baju Keano.
Hantu perempuan itu semakin maju dan ia langsung berteriak keras.
Keano terbangun dari tidurnya. Matahari sudah terbit empat jam yang lalu.
"Mimpi," gumam Keano. Bajunya basah, keringat bercucuran.