Flash Fiction
Disukai
16
Dilihat
6,864
Cerita-cerita Lucu
Komedi

Aku dan temanku, Gurat, sedang duduk-duduk sambil menikmati kopi di warung. Kami menunggu teman kami, Junet, dia ada info lowongan kerja katanya. Tapi Junet sudah telat sejam. Karena bosan, aku ajak Gurat untuk saling bertukar cerita lucu. Dia pun setuju. Dan dia langsung menceritakan kisah miliknya.

...

Suatu pagi aku pergi ke sebuah minimarket untuk menarik uang. Sesampainya di depan minimarket aku melihat seorang anak kecil yang digelandang ibunya keluar dari pintu minimarket. Anak itu terus menunjuk ke arah lemari es sambil merengek "Aku mau es krim!" Tapi ibunya ngotot tak mau membelikannya. Anak itu terus menangis, sampai mengesot-ngesot di lantai. Ibunya malah mengangkat sebuah telepon dan pergi berbicara dengan seseorang. Orang-orang hanya melihatnya saja. Aku langsung masuk ke dalam minimarket, menarik uang di ATM, pergi ke lemari es, dan mengambil sebuah es krim coklat yang paling besar. Aku segera pergi ke bocah yang itu. Dia masih menangis. Kugenggam es krim coklat di depannya. Tangisannya mulai surut. Lalu kubuka bungkus es krim itu perlahan. Tampak coklatnya lumer. Bocah itu menelan ludah. Lalu... Kujilati es krim itu di depan mata bocah itu. Lidahku berdansa di atas krim coklat yang begitu nikmat, sementara bocah baui ituhanya bisa melihat sambil matanya berkaca-kaca.

...

Kami berdua terpingkal mendengar endingnya.

"Kau dapat cerita dari mana itu? Wkkkk." Tanyaku.

"Dari anak-anak rumah, wkkkkkk." Jawab Gurat.

Aku tak mau kalah. Seusai menuntaskan tawa, aku lantas bercerita.

...

Suatu pagi di kelas SMA, seorang guru marah-marah karena banyak murid yang tidak mengerjakan PR. Dia lalu menanyai satu per satu murid.

"Aldo! Kenapa kamu gak ngerjakan PR?"

"Lupa, Pak."

Pak guru memukul bokong Aldo dengan penggaris.

"Rani! Kenapa kamu gak ngerjakan PR?"

"Buku saya ketinggalan, Pak"

Pak guru menjewer kuping Rani.

"Kamto! Kali ini apa alasanmu?"

"Saya sebenarnya sudah ngerjakan, Pak. Tapi, tadi bukunya jatuh di jalan."

"Alasan macam apa itu, ha?"

Pak guru memukul tangan Kamto dengan penggaris. Pak guru tampak kesal.

"Apa kalian semua merasa sudah pintar, ha?"

Tak ada yang menjawab.

"Yang merasa sudah pintar, coba berdiri!"

Tak ada yang berdiri.

"Yang merasa bodoh, coba berdiri."

Kamto berdiri.

"Kamto! Kamu merasa bodoh?"

"Tidak, Pak."

"Lalu kenapa kamu berdiri?"

"Saya kasihan, Bapak berdiri sendiri."

Pak guru mulai mengeluarkan kuda-kuda kamehameha.

...

Kami tertawa terpingkal-pingkal. Belum selesai tawa kami, Junet datang.

"Hei, Jun. Dari mana saja kau lama amat?"

"Anu..."

"Eits! Gak ada anu-anuan. Sebagai hukuman, kau harus bercerita! Cerita lucu."

"Ya, kau harus!" Tambahku.

Junet lalu duduk. Dia memikirkan sesuatu.

"Ada sebuah negeri..."

Ceritanya sepertinya menarik, kami penasaran.

"Negeri yang indah dan kaya suber daya alamnya. Tanahnya pun sangat subur. Bahkan ketika kau melempar benih sembarangan, itu akan tumbuh sendiri. Negeri itu juga punya wilayah yang sangat strategis, di sana ada dua selat terbesar sedunia. Tapi anehnya, dengan semua anugerah itu, masih banyak rakyat miskin di mana-mana. Bahkan banyak para sarjana pengangguran. Salah satunya adalah dua orang di depanku."

Junet tertawa terbahak-bahak. Aku dan Gurat saling tatap. Sepertinya Gurat mengerti apa yang kupikirkan. Kami berdiri. Junet kaget. Kami mencengkram tangan Junet dan menyeretnya ke semak-semak.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Haha...
lutju...