“Aah” teriakku,
Aku terbangun!
Untuk yang ketiga kalinya aku bermimpi yang sama. Mimpi aneh yang selalu menghantuiku. Mimpi aneh yang selalu membuat keringatku bercucuran dan jantungku berdetak dengan cepat. Mimpi yang membuatku berteriak kencang setiap malam tepat jam 12. Mimpi yang membuatku tak ingin tertidur.
Dalam mimpiku... aku melihaat gadis kecil itu di suatu tempat yang tidak aku kenali. Duduk membelakangi dengan jarak kisaran 10 langkah denganku. Ia sibuk dengan boneka plastik yang dimainkannya. Kerap kali aku bertanya,
“Apa yang kamu lakukan?” tanyaku hati-hati.
Akan tetapi ia tak pernah menjawab dan terus menyanyikan lagu Nina Bobo yang membuatku merinding. Perlahan ia mencopot tangan, kaki dan kepala boneka itu. Nyanyiannya berubah menjadi pekikan tawa jahat yang mengerikan.
Hawa dingin mulai menyelimutiku, namun entah kenapa di udara sedingin ini keringatku justru mengucur tak teratur. Dengan langkah gemetar aku melangkahkan kaki mendekatinya. Siapa gerangan Gadis kecil ini?
Aku menarik nafasku dalam. Memberanikan diri dengan paksaan. Kumohon! Jangan menganggu aku lagi.
Aku mencoba untuk menyentuh pundaknya. Dan kini wajahnya berpaling ke arahku.
Deg!
Mulutku kelu, membisu. Aku menganga tanpa suara. Tercekat dan terasa mencekik. Wajahnya... sangat menyeramkan.
Matanya yang bolong penuh dengan deraian darah yang mengalir namun sudah mulai mengental. Tangannya menunjuk ke arahku penuh dengan koreng dan luka menjijikan dengan kulit mengelupas. Aku mundur menjauhinya.
Tetapi... Ia terus mendekat dan perlahan bagian tubuhnya jatuh satu persatu. Mulai dari jari, pergelangan tangan, siku, lengan.
“Ah!!!! Tolong! Tolong! Sakit! Aaahh!” teriaknya kesakitan.
Kini kedua tangannya buntung. Ia hanya berdiri tegap di depanku.
Tangisnya sangat memilukan, meski tanpa air mata. Dan sebagai gantinya, darah yang mengalirlah dari lubang bulat matanya.
“Aaa!!!!”
Bet! Kepalanya terjatuh begitu saja. Terlihat darahnya bahkan mancur dari lehernya.
Aku terbangun. Air mataku menetes tak terasa. Aku menarik nafasku terengah. Aku mengusap wajahku.
Bruk!
Aku kembali terkejut dan melihat ke sumber suara.
Boneka itu? Boneka jatuh di lantai kamarku. Boneka plastik berbentuk bayi yang selalu ia bawa dan ia rusak bagian tubuhnya. Di mana dia? Kenapa bonekanya ada di sini?
Aku merasa merinding di seluruh tubuhku. Aku turun untuk memastikan kenapa boneka itu ada di sini. Perlahan aku mendekat dan mengambil boneka kecil itu.
Pluk!!!
Jantungku seakan ikut terjatuh. Tangan dari boneka kecil itu terlepas saat aku mengambilnya. Aku menghela nafas sejenak dan mencoba untuk tenang. Aku kembali mendongakan wajahku.
“A...” lagi, lagi aku tak bersuara.
Gadis itu tepat di depanku. Tangannya terangkat menunjukku. Namun perlahan ia menggeserkan tangannya ke arah tepat di sebelahku.
Aku membalikkan badan. Dan terlihat seorang laki-laki yang kini menengacungkan gergaji, dan mulai menyalakan mesinnya.
“Aaaa!!!”