Ini benar-benar musibah! Son mengumpat dalam hati. Dia tak habis pikir, bocah sableng di hadapannya sungguh membuat isi perutnya seolah diaduk-aduk tanpa ampun.
“Lo punya pikiran nggak, sih? Nggak liat gue lagi makan?” amuk Son.
Ragiel memasang wajah polos. “Gue nggak punya pikiran, cuma punya hati yang udah dipatahin,” katanya santai. “Lagian emangnya lo pikir enak apa kalo di perut lo ada angin yang muter-muter kayak puting beliung dan udah minta diempaskan sejauh-jauhnya?”
Son sudah tak tahan lagi. Dia muak. Sangat muak! Hilang selera makannya. Dia meraih tas dan berniat meninggalkan meja berisi dua mangkuk mi ayam dan dua gelas es teh manis itu.
Belum sempat Son beranjak, Ragiel dengan tampang bloonnya berujar lantang, “Kemaren juga lo cepirit, kan, di rumah gue!"
Hening. Tenang. Ketenangan sebelum badai. Dua detik kemudian tawa menyembur dari segala penjuru.