Seorang lelaki dengan mawar di tangan berlutut di hadapanku.
Setelan jas rapi dengan wajah tampannya membuatku terpesona. Siapa laki-laki ini? Aku belum pernah bertemu dengannya. Mungkinkah dia penggemar rahasiaku? Ah, tentu saja bukan! Mana mungkin ada laki-laki yang mau dengan perempuan buruk rupa sepertiku!
Aku bersiap untuk berbalik dan pergi. Namun, ucapan lelaki itu membuatku diam dan menatapnya lekat.
“Menikahlah denganku!” ucapnya sambil mengulurkan mawar.
Mata melebar dan jantung berdetak tak keruan. Keringat dingin mulai membasahi tangan. Aku melihat ke sekeliling, mungkin saja perempuan yang dimaksud laki-laki itu bukan aku.
“Menikahlah denganku! Aku akan membuatmu bahagia,” ucap lelaki itu lagi.
Aku mengerjap beberapa kali saat mendengar seruan “terima-terima” dari orang-orang yang berkumpul melihat pertunjukan kami. Lelaki itu masih berlutut dan memamerkan senyum manisnya sambil menatapku. Tuhan! Apakah dia jodoh yang Engkau kirimkan untukku?
Aku mengulurkan tangan untuk menerima mawar darinya, tetapi tiba-tiba dua orang berpakaian serba putih menerobos kerumunan dan berdiri di belakang lelaki itu. Raut panik dan ketakutan terlihat jelas di wajahnya. Mereka membantu lelaki itu berdiri.
“Maaf, dia pasien rumah sakit jiwa yang kabur. Dia depresi karena ditinggal kekasihnya menikah dengan orang lain.” Salah seorang berpakaian serba putih itu menjelaskan padaku.
Aku hanya berdiri terpaku menatap kepergian tiga orang itu. Terdengar seruan kecewa dari orang-orang yang membubarkan diri. Aku tertipu. Lelaki yang kukira adalah pangeran berkuda putih, ternyata hanya orang gila yang gagal menikah. Air mata luruh membasahi pipi, meratapi nasib percintaanku yang tak kunjung bahagia.