Inilah harga yang harus Avi bayar demi mendapatkan Icel ...
Di sofa itu Avi meringkuk malas. Tangan kirinya menggenggam HP, sedangkan tangan kanannya terus bolak-balik ke mulutnya. Memangnya ada apa di mulut Avi? Jawabannya bukan pada mulutnya, tapi apa yang ia ambil dan masukkan ke mulutnya. Avi sedang hobi makan cemilan baru, sebuah kue kacang tradisional buatan UMKM dengan topping abon ikan.
Ia sangat ketagihan dengan kue itu sehingga ia segera memberhentikan tangannya mengambil kue yang sudah tersisa setengah toples itu. Avi takut kalo kue itu cepat habis, ia harus menunggu lama untuk menunggu pesanannya dikirim, ya beberapa hari terasa lama banginya. Sementara ia ingin makan kue itu tiap hari. Jadilah ia membatasi dirinya untuk makan hanya satu keping kue sehari.
Sebenarnya ia punya alasan lain. Minggu kemarin Avi telah belanja banyak cemilan, ia merasa bersalah belanja lagi sebelum menghabiskan kue-kue lainnya. Ia terlalu takut tidak bisa menghabiskan semuanya dalam sekejap. Takut boros ah, pikirnya sambil menikmati keripik kentang yang ia beli minggu lalu. Mengunyah memang hobi utamanya, tiada jam tanpa mengunyah.
Ia melupakan fakta bahwa kue itu bisa habis dalam satu kedipan mata oleh dirinya sendiri. Padahal kue enak yang ia incar sedang promo habis-habisan dan rasanya benar-benar ia sukai. Kue itu memang spesial, hanya ada di satu toko online yang tak sengaja ia temukan. Intinya Avi terlalu banyak beralasan, hingga ia tak berani bertindak dan melewatkan kesempatan terakhir yang ia punya. Nanti juga masih bisa beli lagi. Tenang aja dulu... beli seperlunya, pikirnya.
Malamnya ia tak dapat tidur dengan tenang sampai terbawa mimpi. Paginya ia mengintip kue yang stoknya tinggal 5 pcs namun harganya kelewat murah, entah kue itu akan diproduksi lagi kapan. Setelah menimbang apakah dirinya sanggup menghabiskan Icel sebelum masa expired yang tinggal delapan bulan lagi, Avi memutuskan untuk segera membeli kesayangannya itu.
Saat hendak checkout, matanya menangkap sebuah kode promo di layar. Pupil matanya segera membesar tanda kegirangan. Yes, dapet double discount buat barang yang dicari itu perfect, seru batinnya. Tapi ternyata kode tersebut tidak bisa dipakai, lalu ia menanyakan hal tersebut ke toko. Seminggu telah berlalu namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban. Sekilas ada dorongan dari dalam hatinya untuk merelakan promo tersebut daripada kehabisan, toh harganya sudah murah dan benar-benar ia sukai. Namun ia urung.
Tepat sehari setelahnya tiba-tiba toko tersebut tutup dan terus diperpanjang hingga sebulan penuh. Hati Avi sungguh gundah manakala ia tak dapat bertemu kembali dengan Icel yang nyaris ia miliki. Avi terlalu menyayangi Icel sampai takut memilikinya. Sesungguhnya tak ada alasan bagi Avi untuk menunda beli Icel. Ia hanya belum berani bayar harga untuk mendapatkan Icel. Namun ia bejanji akan segera membelinya begitu toko buka.
Tak disangka toko itu akhirnya buka, namun harga Icel sudah naik tiga kali lipat. Butuh waktu satu bulan bagi Avi untuk menata ulang pikirannya sampai ia memutuskan untuk membayar lunas semuanya. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Icel di hatinya. Kalau sudah suka, tidak ada alasan untuk menahannya. Belilah sebelum menyesal. Lebih baik menyesal sekarang karena membeli daripada kehilangan selamanya.