Sebenarnya aku malu menceritakan ini, tapi bagi teman-temanku, ini adalah cerita paling konyol yang pernah mereka dengar mengenai pengalaman berbuka puasaku.
Tepatnya disaat aku SMP, pada Puasa Ramadhan ke-3 di tahun 2009.
Oke, siapa disini yang suka makan bakso? Dari anak kecil, remaja, dewasa dan tua, semuanya pasti suka kan dengan namanya bakso. Dari bakso telur, bakso urat, bakso jumbo, sampai dengan bakso beranak yang sempat viral.
Kuahnya yang gurih dan pedas pun menjadi menu yang menggiurkan, apalagi disaat puasa rasanya ingin cepat berbuka untuk menyantapnya.
Khayalanku tentang bakso saat bulan puasa pun terus terngiang, hingga aku memutuskan di hari ke-3 puasa, berbuka dengan bakso yang menjadi langgananku.
Membayangkan isi daging cincang, tetelan dan juga kuah pedasnya saja sudah mengoda imanku.
Tahan, aku harus bertahan sampai waktunya berbuka puasa. Aku ingat selama bulan Puasa warung bakso favoritku buka di sore hari, jadi di jam 5 sore aku mulai bersiap-siap untuk membelinya.
Dengan semangat aku ke warung bakso langgananku, aku sengaja kesana dengan berjalan kaki biar sekalian ngabuburit.
Saat sampai di warung bakso, aku heran mengapa tidak ada satu pun kendaraan yang terparkir disana, biasanya di jam ngabuburit seperti ini antriannya sangat panjang. Perasaanku mulai bertanya-tanya, aku mempercepat langkahku dan betapa syoknya aku melihat tulisan tutup di depan pintu masuk.
Pupus sudah harapanku untuk berbuka dengan bakso. Kecewa, sedih dan marah pun berkolaborasi di hatiku, mengingat aku puasa jadi aku menahan rasa kesalku ini.
Saat harapan tidak sesuai kenyataan rasanya sangat membagongkan, aku pulang dengan kecewa barat.
Yang lebih menyesakan lagi diperjalanan pulang, adzan maghrib berkumandang sedang aku masih berada di jalan. Kebetulan aku melewati jalan pintas yang masih dipenuhi rerumputan agar bisa cepat sampai ke rumah. Adzan pun semakin menggema disepanjang jalan, aku panik! teringat ucapan teman SD ku.
"Jika Adzan berkumandang maka buka puasa harus disegerakan, kalau tidak akan berdosa"
Jarak rumahku pun masih beberapa meter dari sini. Gimana caranya aku membatalkan puasa? penampakan warung saja tidak ada disekitar sini, aku yang tak ingin berdosa pun tak kehabisan akal, aku terus menelan salivaku untuk membatalkan puasa. Pandanganku pun teralih pada rumput disekitarku, pikiranku saat itu adalah aku harus segera berbuka biar tidak berdosa, tanpa pikir panjang aku pun melahap rumput itu.
Ya aku berbuka dengan rumput, bukan dengan bakso seperti harapanku. Mungkin seperti pribahasa tak ada bakso rumput pun jadi, eh menurut versiku.
Jangan tanya apa rasanya, kalau penasaran mari kita coba hehe bercanda.
Tawa teman-temanku pecah saat aku menceritakan kembali pengalaman ini, entah karena menertawakan kepolosanku atau dengan tingkah anehku itu.
Yang jelas pengalaman itu tak akan pernah bisa aku lupakan dan aku selalu mengingatnya setiap hadirnya bulan puasa.