Aku terbangun di tengah malam karena haus. Kepalaku masih pening akibat kehujanan kemarin sore. Tubuhku memang tak kuat dengan hujan.
Iseng, kuraih ponsel yang tergeletak di nakas samping ranjangku untuk mengecek pesan atau panggilan tak terjawab.
Hari ini aku tidak masuk kerja. Apa dia menyadarinya?
Aku menyukai seorang rekan kerjaku. Baru sekitar tiga bulan yang lalu kami bertukar nomor ponsel namun sama sekali tak pernah saling mengontak.
Apakah dia akan mengirimiku pesan singkat sekadar mengucapkan ‘get well soon’?
Kupejamkan mata sambil mengetuk-ngetuk ponsel ke dagu. Mengintip pesan masuk membuat jantungku berdebar kencang seperti sedang membuka kupon berhadiah satu milyar.
Perlahan, kubuka mataku sedikit, mengintip layar ponsel lalu mendesah kecewa. Tidak ada pesan singkat yang masuk.
Hanya ada satu panggilan tak terjawab yang aku yakin dari Bu Ratna – atasanku yang super cerewet. Dengan cepat kutekan tombol ‘ok’ untuk membuka daftar panggilan tak terjawab.
Eh?
Sepertinya bukan nama Bu Ratna.
Aku mengecek daftar panggilan tak terjawab itu sekali lagi.
Hendy.
Mataku membelalak. Rasanya tiba-tiba pening di kepalaku melayang. Tanpa sadar, aku melompat-lompat kecil di ranjang sambil mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi lalu mencium ponselku senang.