"Jangan, jangan lompat! Itu dosa. Kamu pasti bisa menghadapi semuanya. Kamu hebat."
"Tapi, kamu sudah lelah. Akhiri saja semua ini. Dunia sangat kejam. Meski kamu hidup, tidak akan ada yang peduli. Linangan air matamu akan selalu berakhir sia-sia. Usahamu, selalu berakhir kegagalan. Keadilan tidak ditegakkan. Jadi, jangan bertahan lagi."
"Tidak boleh. Itu dosa, Karina. Kamu bisa menghadapinya. Impianmu, kasih sayang itu, keadilan untukmu, semua akan datang dengan segera. Jadi, mundurlah!"
"Matilah, Karina!"
Dua perdebatan itu seolah-olah saling membisik di masing-masing telinga kanan dan kiri Karina. Udara di atap gedung pencakar langit menusuk tulang-belulangnya. Bunuh diri adalah dosa. Mata sembabnya memejam. Baiklah, dia memilih mengikuti bisikan dari telinga kanannya. Dia akan bertahan, pada lelah dan kejamnya hidup di dunia. Dia akan berjuang lagi. Namun, ketika kakinya hendak melangkah mundur, tiba-tiba sepasang tangan mendorong tubuhnya dengan keras.
Dia tidak tahu kalau diam-diam ada manusia jahat yang sedari tadi memperhatikannya dengan seringaian. Pada akhirnya, tubuh Karina tetap akan jatuh dari ketinggian gedung itu. Mungkin karena memang sudah waktunya untuk dia pergi, selamanya.