Flash Fiction
Disukai
22
Dilihat
10,452
Selisih
Drama

Terakhir kali, pertemuan kami dihiasi perdebatan sengit tentang apakah kami harus pindah ke rumah ibunya yang tinggal sendiri atau ke rumah ayahku yang baru saja ditinggal ibu? Jadi, wajar saja jika sepulang kantor hari ini, dia mengabaikanku.

Dia berjalan ke sana kemari tanpa selera. Seakan langit mau runtuh. Memang benar, malam ini hujan turun begitu lebat. Bahkan sejak tadi siang, saat aku memacu mobil untuk bertemu klien. Tentu saja, sebelumnya dihiasi dengan mendung kelabu yang tampak berat ditanggung langit.

Siang tadi, dalam perjalanan, aku memikirkan jalan tengah tentang perdebatan kami. Aku akhirnya menemukan sebuah solusi. Kepada rumah siapa kami akan pergi. Mungkin sudah saatnya kukatakan sekarang. Sebelum dia semakin marah. Lihat saja, dia tanpa basa-basi mengemas pakaianku dari lemari ke dalam koper besar yang kubawa pertama kali dari rumah ibuku saat mengemas pakaian untuk tinggal bersamanya.

"Kamu pasti sangat marah?" ucapku mengawali.

Dia diam. Justru mengemas buku-buku favoritku dan memasukkannya ke koper. Istriku memang begitu saat sedang marah.

"Aku sudah memikirkan jalan keluar masalah kita," lanjutku.

Istriku bergeming. Dia menangis tanpa suara, lalu jemarinya serta merta mengusap kasar basah di pipinya. Ya, dia pasti sangat marah jika bersikap seperti itu. Ibu mertuaku selalu bercerita bahwa istriku memang agak sensitif sehingga aku harus lebih melapangkan dada dalam menghadapinya.

"Bagaimana jika ...,"

Bunyi ponsel istriku membuatku terpaksa berhenti bicara. Istriku menjawab panggilan itu beberapa detik dan langsung lari keluar. Lagi-lagi tanpa memedulikanku.

"Ada apa?"

Bahkan pertanyaanku diabaikan dan membuatku terpaksa mengikutinya.

Sebuah ambulans memasuki halaman rumah kami. Dibarengi mobil polisi yang dari dalamnya turun ayahku. Di belakangnya lagi, datang sebuah mobil yang mengantar ibu mertuaku. Mereka semua berwajah sedih. Lantas, pintu belakang ambulans terbuka. Petugas mengeluarkan seseorang dari dalamnya. Seseorang yang tak lagi bernyawa. Sialnya, aku melihat tubuhku terbaring di sana.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@khiyarotunnisa : Hihihi ....
Enak-enak baca, dan ... bum!🤣🤣🤣