"Ucang-ucang anggé
Mulung muncang ka papanggé
Diudag ku anjing gedé
Anjing gedé nu Ki Lebé
Ari gog, gog cungungung."
Ih ... aku kesal sama Wesih. Tadi dia memanjat pohon lalu duduk di dahan besar nan kokoh, kakinya diayunkan secara bergantian sembari bernyanyi. Akibatnya, daun-daun yang belum waktunya gugur berjatuhan dan mengotori dua boneka kesayanganku.
"Wesih, diem atuh! Tuh kan ... boneka Misya jadi kotor!" bentakku, namun Wesih hanya tertawa melihat wajah cemeberutku.
"Misya! Kamu lagi main sama siapa? Kok sambil teriak?" Ternyata teriakanku sampai Mama menghampiri tempat aku bermain.
"Itu Ma, Wesih nakal lagi! Masa main di atas pohon. Tuh kan, boneka Misya jadi kotor."
Sejurus kemudian Mama tersenyum dan menyuruhku untuk kembali ke rumah dengan lembut. Hah ... pasti Mama enggak lihat Wesih yang selalu memakai baju putih lusuh dan rambut hitam panjang.