“Sudah tahun 2021 dan lo masih beranggapan kalau cantik itu harus tinggi, langsing, putih, dan berambut lurus panjang?” Dina memarahi adiknya yang sibuk mengomentari seorang artis yang ia lihat di Instagram.
“Ya udah kali, cuma ngomong doang kok.” Isabel melakukan pembelaan.
“Ya berarti itu lo menanamkan beauty standard dipikiran lo, semua orang itu memiliki kecantikannya dan keindahannya masing-masing dik, gue tahu kok kulit lo itu putih, putih banget malahan dan gue juga tahu tiap hari lo selalu ngeluh gak dapet lotion yang cocok dan buat kulit lo kusam padahal gak ada kusamnya sama sekali. Gue juga tahu body lo itu langsing, kurus, kayak model, dan tiap hari lo selalu saja mengeluh makan dikit naik berat badan seakan-akan naik puluhan kilo, padahal setengah kilo aja gak ada. Dan gue juga tahu ya rambut lo itu panjang, bagus, hitam berkilau, sampai-sampai gue kesilauan melihatnya, dan tiap hari lo nyebut rambut lo itu lepek. Sadar gak sih lo itu kurang bersyukur, sadar gak kalau lo itu selalu mau yang lebih padahal sudah berada dititik cukup. Coba lo sadar dan bisa merasa cukup atas apa yang lo punya, jangan ngeluh aja terus dipikiran lo itu.” Dina menasehati adiknya yang dihadapannya sudah menahan tangis.
“Maafin Isabel kak..” Isabel tak kuasa menahan tangisnya.
“Jangan minta maaf ke kakak, minta maaf sama diri kamu sendiri, minta maaf karena kamu kurang mencintai diri kamu sendiri, mulai sekarang kamu harus rajin-rajin bersyukur ya dek, bersyukur punya keluarga yang sayang banget sama kamu, mama, papa, kakak.. bersyukur karena Tuhan telah memberikan kamu fisik yang luar biasa indahnya, pelan-pelan kamu juga pasti bisa menghilangkan pemikiranmu tentang beauty standard yang ada disekitarmu. Kamu harus mengerti bahwa semua orang memiliki keindahan dan semua perempuan memiliki kecantikannya masing-masing tanpa harus di doktrin fisik yang seperti apa, karena pada dasarnya semua berasal dari hati. Kalau hati seseorang baik, ikhlas, penuh cinta, maka kecantikan orang tersebut pasti akan terpancar tanpa harus ia katakana.” Tambah Dina kepada adiknya.
Sinta, mama Dina dan Isabel tiba-tiba bergabung dengan anak-anaknya itu masuk ke kamar dan memeluk Isabel, “Salah mama juga dari kecil yang selalu membuat gambaran yang akhirnya tertanam dalam pikiran Isabel, setiap ada pemilihan beauty pageant mama selalu tertawa dan memandang rendah kontestan yang maaf tidak berkulit putih atau mungkin rambutnya keriting, tidak tinggi, dan mama juga sering tertawa jika menjumpai orang-orang yang tidak seperti kita adanya, dan sekarang mama menyesal, mama sadar bahwa semua ciptaan Tuhan, semua mahluk hidup, semua manusia itu memiliki keindahannya masing-masing, semua sama dihadapan Tuhan, dan yang membuat beda itu nilai, tingkah laku, kepribadian, bukan fisik. Dengan kondisi kita semua mahluk hidup berbeda-beda, ada yang berkulit putih, sawo matang, gelap, atau ada yang kurus, gendut, atau ada yang rambutnya panjang,pendek, lurus, keriting, itu yang sebenanrnya membuat kita kaya, dengan perbedaan yang sangat indah it. Jadi, Isabel mulai sekarang tidak boleh lagi menanamkan beauty standard ya, kita semua sama apapun bentuk kita.”
“Terima kasih ma, terimakasih kak Dina, sudah menyadarkan Isabel tentang hal ini.” Kata Isabel.
Mereka bertiga berpelukan erat.