Firman berdiri ditepian rooftop sebuah gedung pencakar langit. Dia tampak tegang menatap kebawah, sebuah kesalahan kecil akan membuatnya jatuh dan tubuhnya hancur. Dengan suara keras, Firman berteriak sambil menatap kearah langit dan menitikkan air mata. Sedetik kemudian dia menutup matanya lalu menjatuhkan tubuhnya.
***
Firman membuka matanya dan tampak kebingungan mendapati dia tengkurap di lantai rooftop tempat dia bunuh diri tadi. Dia bangkit lalu memeriksa seluruh tubuhnya, namun tidak mendapati ada luka disana. Dia memandang sekeliling dan terkejut saat seorang anak lelaki duduk ditepian rooftop tempat dia berdiri tadi.
Firman menghampiri anak lelaki itu yang sedang menatap matahari senja.
"Siapa kamu? Apa yang terjadi?"
Anak lelaki itu menoleh kearah Firman dan mengangkat bahunya.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja aku berada disini."
"Apakah kita pernah bertemu? Wajahmu tampak tidak asing." Firman menatap anak lelaki itu dengan penasaran.
"Aku sedang bersama kakak perempuanku berada dikamar sebelumnya, menangis dan berpelukan. Kami ketakutan karena ayah kami mabuk malam itu, padahal dia tidak pernah mabuk sebelumnya. Dia menghancurkan barang-barang dirumah sambil menangis dan berteriak memanggil ibu kami yang pergi meninggalkan kami, lari bersama laki-laki lain." Ucap anak lelaki itu sambil menatap kedepan.
Firman tampak terkejut, "Kamu...?"
Anak lelaki itu terisak, "Katakan padaku kalau kami akan baik-baik saja dan bahagia tanpa kehadiran ibu disisi kami."
Dalam kebingungannya, Firman mencoba menenangkan anak lelaki itu dan duduk disampingnya sambil menggenggam erat tangannya.
"Semua akan baik-baik saja, kamu, kakak perempuanmu dan ayahmu akan menjalani saat paling bahagia dalam hidup kalian, dan kenangan itulah yang akan selalu menguatkanmu."
Anak lelaki itu tersenyum lalu memeluk Firman.
Saat melepas pelukannya, Firman terkejut karena sosok yang memeluknya berubah menjadi pemuda yang mirip dirinya saat masih berumur duapuluhan.
"Kamu...? Dimana anak...?"
Pemuda itu tersenyum pada Firman, "Hari ini aku diterima bekerja di sebuah supermarket, sebagai pembersih ikan."
"Tapi apakah Ayah akan malu karena aku seorang sarjana." Wajah pemuda itu berubah murung.
Firman hanya menatap keheranan, "Sebuah sepeda motor pemberianmu akan membuatnya sangat bahagia, hasil kerja kerasmu."
Pemuda itu tersenyum menatap Firman.
Hampir Firman hendak berbicara pada pemuda itu, namun dalam satu kedipan matanya, Pemuda itu berubah menjadi Pria yang mirip dirinya saat diusia tigapuluhan.
Pria itu tampak murung dan terisak, membuat Firman hanya bisa terdiam walapun banyak pertanyaan berputar didalam kepalanya.
"Akhirnya aku bisa membeli rumah yang kami impikan, tapi ayah tidak bisa melihatnya."
Firman menitikkan airmatanya, "Percayalah dia bisa melihatnya dengan tersenyum dari rumah yang jauh lebih indah dari seluruh rumah dunia ini."
"Dan bagian terbaiknya adalah pertemuan dan perdamaian dengan ibu setelah duapuluh lima tahun."
Pria itu menatap Firman dengan wajah terekjut, "Benarkah?"
Firman mengangguk dan terkejut melihat dirinya sendiri berada dihadapannya.
"Apakah kamu Tuhan? Apakah aku ada di neraka?" Tanya Firman.
Pria itu tertawa,"Entahlah, aku hendak melompat karena aku bangkrut dan istriku meninggalkanku."
Lalu pria itu mendorong Firman terjun kebawah.
***
Firman terbangun kembali di lantai rooftop dengan kebingungan, seorang bapak tua dan anak perempuan berdiri disampingnya.
"Aku menarikmu saat kamu hendak terjun. Dompetmu terjatuh saat memberikan uang pada kami."Ucap bapak itu sambil menyerahkan dompet pada Firman.