Ibu selalu bilang untuk tak percaya orang asing, karena mungkin orang tersebut bisa berbuat jahat kepadaku dan pesan tersebut selalu terngiang di dalam kepalaku walau pun aku sudah menginjak remaja. “Jangan pulang malam-malam, sehabis belajar kelompok jangan keluyuran!” Ibuku berseru sambil memandikan adikku yang baru berumur 1 tahun di dalam kamar mandi.
“Iya bu …!” aku merasa sedikit kesal karena masih dianggap anak kecil, meskipun aku sudah hampir lulus SMA. Hari itu aku pergi ke rumah temanku untuk belajar bersama, untuk persiapan ujian Nasional yang akan datang. Aku pergi ke rumah temanku menggunakan bus kota, sekitar 45 menit aku sampai di rumah temanku tersebut.
Waktu berjalan cepat dan malam pun tiba. “Wah udah jam 8 nih… aku pulang dulu ya!” Aku segera membereskan barang bawaanku dan segera pulang dari rumah temanku tersebut. Setelah keluar dari rumah temanku, aku masih harus berjalan selama 10 menit untuk menuju halte bus.
Saat itu sekitar 20 langkah lagi aku mungkin sampai ke halte yang aku tuju, ternyata aku sudah bisa melihat busku berhenti di depan halte tersebut dan aku pun lekas berlari dengan berteriak. “ Pak tunggu sebentar …!” namun sang sopir sama sekali tak mendengarku dan pergi meninggalkanku.
Di halte aku melihat seorang laki-laki yang duduk tertidur bersenderkan tiang halte dan aku rasa itu bukan hal aneh, namun semuanya berbeda jika lelaki tersebut mengenakan baju tertutup seperti jaket hoodie dengan tidak menampakkan wajahnya. Seketika aku langsung berpikiran aneh-aneh, apalagi lelaki tersebut memasukan tangannya ke dalam kantong jaketnya.
“Apakah itu pisau? Atau obat bius?” pertanyaan tersebut muncul dibenakku dan tak bisa lepas dari pikiranku, namun aku masih memberanikan diri karena aku merasa bisa mengantisipasi segala sesuatu jika orang tersebut masih dalam pandanganku. Saat itu aku terpaksa harus menunggu bus berikutnya karena uang yang aku bawa tidak cukup untuk transportasi yang lain.
Setelah beberapa saat menunggu hanya aku dan orang asing yang menurutku mencurigakan tersebut, tiba-tiba sebuah bus datang dan menurunkan 2 orang yang terlihat seperti sepasang suami istri dengan anak mereka.
Pasangan suami istri itu pun terlihat sangat ramah dan bahkan tersenyum padaku, saat itu aku merasa lega karena ada yang menemaniku setidaknya hingga bus mereka datang. Aku sempat berbincang-bincang kepada sang suami, katanya mereka harus berganti bus karena tempat yang mereka tuju cukup jauh. di sela-sela obrolanku, terlihat sang istri sangat kerepotan dengan anak yang terus menangis. Meskipun menangis cukup keras, aku tak terlalu memperdulikan hal tersebut.
Akhirnya setelah beberapa saat bus yang ingin dinaiki pasangan tersebut datang dan mereka pun segera naik, namun saat mereka naik sang istri menjatuhkan sesuatu dari kantongnya yang terlihat seperti sebuah mainan. Aku ingin mengembalikannya, namun mereka seperti tak mendengarku dan bus mereka pun pergi. Aku pun menyimpan mainan tersebut dikantongku.
Setelah menunggu beberapa saat bersama orang asing yang mencurigakan, akhirnya bus yang aku tunggu datang dan aku pun segera naik. Perasaan lega aku rasakan setelah meninggalkan orang asing tersebut, namun sesampainya di rumah aku malah dibuat kaget dan lemas karena banyaknya orang yang berkerumun. Setelah aku ingat lagi, ternyata mainan dalam kantongku adalah milik adikku.