Istriku menjerit di telepon, anak kami menghilang katanya. Ini gawat. Jadi aku membatalkan seluruh jadwal kantor dan kembali ke rumah secepatnya.
"Aku sudah mencarinya ke kamarnya, ke ruangnya bermain, ke meja makan, bahkan ke tempat biasa dia bersembunyi di kolong tangga, tapi nihil!" Seru istriku melihatku datang.
"Terakhir lihat di mana?"
Dia tidak menjawab. Tangisannya meledak. Aku memeluknya. Tapi ia buru-buru melepasnya, melempar tubuhnya sendiri ke sofa.
"Siapapun yang menculik anakku, akan kubunuh dia!" Teriaknya.
"Sudah bertanya pada Nyonya Yuna?"
"Nyonya Yuna, Nyonya Yuna, akan kucari dia!"
"Kumohon tenang Sayang!"
"BAGAIMANA BISA TENANG?!"
Dia berlari ke depan rumah, menggedor rumah Nyonya Yuna, tetangga kami. Pintunya tertutup, dan istriku duduk di depan pintunya sambil menangis kencang.
"Aku tanya, terakhir melihat dia di mana?" Tanyaku lagi.
Tiba-tiba ia berdiri, melotot ke arah jalan. Aku mengekor matanya. Astaga!!!
"YURA!" Teriakku. Bocah mungil itu menggendong boneka beruang cokelat muda dengan pita merah di salah satu telinganya.
Istriku berlari ke arah Yura. Merebut boneka beruang dengan paksa, "APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN ANAKKU?!"
Segera aku menyusul dan memeluk istriku, memberi kode pada Yura untuk secepatnya masuk ke rumahnya.
muehehee tengkyuu ce lirin setia nengok karyaku. 🤗🤗🤗