“Aduh ... sakit.” Terdengar suara rintihan anak perempuan di tengah lapangan sambil mengusap jari-jari kecil yang tergores benang layangan −Suharsi, putri Bu Danti. Ia hanya tinggal bersama ibunya yang kerap dipanggilnya “Mak ....”
Melihat putri kecilnya kesakitan membuat Bu Danti segera menghampiri. “Kamu kenapa, ndhuk?” tanyanya menggunakan Bahasa Jawa Ngoko. Suharsi menunjukkan bagian yang terasa perih kepada ibunya.
Bu Danti meniup lembut jari kecil itu dan berkata pada Suharsi, “lain kali hati-hati ya ...” ucapnya. Suharsi pun mengangguk, “Suharsi janji akan menjadi perempuan kuat dan hebat, Mak.”
Bu Danti merupakan seorang janda yang hidupnya selalu bergantung dari belas kasihan para pengusaha atau tokoh-tokoh politik yang sedang pencitraan pada rakyat kecil. Ada juga bantuan lain yang sering ia terima, bantuan dari juragan kaya raya kampung sebelah. Juragan Bakti namanya, seorang berkumis tebal, berbadan besar, dan sifatnya yang licik, membuatnya menjadi orang yang cukup berkuasa sekaligus ditakuti oleh orang-orang yang bernasib sama seperti Bu Danti.
***
Kini usianya menginjak 16 tahun. Suatu hari, Juragan Bakti datang ke rumahnya. Ia melihat sosok Suharsi yang tumbuh menjadi gadis berparas cantik. Juragan Bakti pun mulai menyukainya. Segala cara ia lakukan untuk bisa mendapatkan hati Suharsi. Suharsi sudah berkali-kali menolak, tapi Juragan Bakti malah memberikan ancaman pada Bu Danti dan Suharsi karena dianggap berhutang budi padanya selama ini.
Bu Danti hanya seorang penjual donat keliling dan akan tetap menjadi penjual donat keliling karena hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menyambung hidup. Saat ia masih memiliki suami, suaminya tak pernah mengizinkan Bu Danti bekerja, jadi ketika suaminya meninggal, Bu Danti hanya bisa menyambung hidup dengan berjualan donat. Itu pun terkadang Bu Danti harus menanggung kerugian yang dianggapnya cukup besar.
“Jadi bagaimana? Kapan kira-kira kamu bisa memberi jawaban itu, Suharsi?” Wajah menjijikkan itu membuat Suharsi semakin yakin untuk menolaknya. “Saya tidak akan menerima lamaran anda, Juragan,” ujarnya.
“Kamu tidak akan bisa membayar semua yang sudah saya berikan, dan itu artinya kamu tidak punya pilihan untuk menolak saya.”
Bu Danti hanya berpasrah melihat putrinya itu dikejar-kejar oleh orang licik seperti Juragan Bakti.
“Saya memang tidak punya pilihan untuk menolak anda, tapi saya punya hak atas itu.”
Juragan Bakti hanya tertawa sinis mendengar ucapan yang Suharsi katakan. “Saya beri waktu tiga hari ... kalau kamu tetap menolak, kamu harus bayar hutang-hutang itu.”
***
Karena ketangguhannya, Suharsi memutuskan untuk meninggalkan Bu Danti dan mencari solusi di pusat kota.
Di sana, tanpa sengaja ia dipertemukan oleh seorang feminis perempuan bernama Ratna, usianya sekitar 30 tahun. Penampilannya cukup nyentrik. Caranya bertutur kata menunjukkan bahwa ia adalah perempuan berpendidikan tinggi.
Akhirnya Ratna memberikan bantuannya pada Suharsi, tetapi bukan uang yang ia berikan. Ratna dibantu oleh teman-teman feminisnya memberi perlindungan pada Suharsi karena yang dilakukan oleh Juragan Bakti sudah termasuk tindak kekerasan.
Dan sejak saat itu, Juragan Bakti menyerah untuk mengejar-ngejar Suharsi. Juragan Bakti tidak lagi memiliki kuasa untuk menindas Suharsi dan Bu Danti karena ternyata Suharsi bukan perempuan bodoh dan lemah seperti yang ia pikirkan.
***