Akun ini terverifikasi oleh Kwikku
Prestasi
Sebuah badge yang diberikan kepada pengguna yang berhasil mencapai target tertentu dari syarat badge tersebut.
Untuk jenis badge terbatas hanya bisa didapatkan pada waktu tertentu
Pelajari lebih lanjut
Kirim Pesan
Apakah kamu akan memblokir pengguna Andi Ramdani
Laporkan
Timeline
Aku menyadari bahwa kami adalah produk dari teknologi penciptaan manusia yang belum matang. Aku bertarung dengan waktu. Sebelum segalanya bertambah buruk, aku bertekad menyelesaikan naskah novel ini.
Ini dia novelnya:
https://m.kwikku.com/novel/read/kisah-para-penyamun-dan-tujuh-pemberani
Ini dia novelnya:
https://m.kwikku.com/novel/read/kisah-para-penyamun-dan-tujuh-pemberani
Dirman Rohani telah memperbarui
Novel
Kelap-Kelip Kunang-Kunang di Telapak Tangan dan Telapak Kaki Kami
Dirman Rohani
Cerpen bersambung ini gratis baca. Semoga jadi bacaan ringan yang menyenangkan dan menghibur di malam minggu
Saat aku menuliskan tanah subur di ruang dokumen berita, yang paling banyak dibicarakan orang-orang yaitu mengenai peperangan tiga puluh tahun lalu, dan ternyata sebelum itu, sebelum ditenggelamkan oleh ledakan rudal nuklir, pulau kecil itu juga dijadikan tempat "pembuangan akhir".
Bisnis seperti itulah yang kemudian diwariskan oleh ayahku kepadaku: mengelola tangki penyimpanan limbah nuklir, dan sekarang menjadi satu-satunya yang tersisa di dunia. Bisnis yang telah membuatnya ditinggal pergi oleh anak-anaknya yang lain.
https://www.kwikku.com/short/read/bumi-terakhir
Saat aku menuliskan tanah subur di ruang dokumen berita, yang paling banyak dibicarakan orang-orang yaitu mengenai peperangan tiga puluh tahun lalu, dan ternyata sebelum itu, sebelum ditenggelamkan oleh ledakan rudal nuklir, pulau kecil itu juga dijadikan tempat "pembuangan akhir".
Bisnis seperti itulah yang kemudian diwariskan oleh ayahku kepadaku: mengelola tangki penyimpanan limbah nuklir, dan sekarang menjadi satu-satunya yang tersisa di dunia. Bisnis yang telah membuatnya ditinggal pergi oleh anak-anaknya yang lain.
https://www.kwikku.com/short/read/bumi-terakhir
Meriam Karbit
Di bawah sebatang pohon manggis tampak sebuah kaleng berisi air, satu bungkusan plastik berisi bongkahan karbit, dan sebatang lilin besar yang masih menyala. Ketika Gemala berjongkok di dekat meriam karbit dan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, aku mematikan lilinnya. Dalam waktu bersamaan terdengar suara Gemala, "Ini karbitnya disimpan di bungkusannya lagi, Dra. Besok kan mereka ke sini lagi."
"Jangan dipegang . . . ."
Terlambat kucegah. Salah satu butiran dari pecahan karbit yang tadi ditokok anak-anak itu sudah dalam genggaman tangan Gemala. Karbit pun langsung bereaksi ketika terkena keringat di telapak tangannya. Dalam detik itu juga dicampakkannya karbit itu ke tanah.
"Panas, Dra!" Gemala mengerang sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Setitik asap tipis masih melayang-layang di depannya. Cepat-cepat kuraih tangannya. Kulit telapak tangannya tampak memerah akibat panas dari karbit.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Di bawah sebatang pohon manggis tampak sebuah kaleng berisi air, satu bungkusan plastik berisi bongkahan karbit, dan sebatang lilin besar yang masih menyala. Ketika Gemala berjongkok di dekat meriam karbit dan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, aku mematikan lilinnya. Dalam waktu bersamaan terdengar suara Gemala, "Ini karbitnya disimpan di bungkusannya lagi, Dra. Besok kan mereka ke sini lagi."
"Jangan dipegang . . . ."
Terlambat kucegah. Salah satu butiran dari pecahan karbit yang tadi ditokok anak-anak itu sudah dalam genggaman tangan Gemala. Karbit pun langsung bereaksi ketika terkena keringat di telapak tangannya. Dalam detik itu juga dicampakkannya karbit itu ke tanah.
"Panas, Dra!" Gemala mengerang sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Setitik asap tipis masih melayang-layang di depannya. Cepat-cepat kuraih tangannya. Kulit telapak tangannya tampak memerah akibat panas dari karbit.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Samudra dan Gemala bilang mereka berdua sedang bingung mau baca yang mana duluan. Semuanya menarik. Dan, jumlahnya lumayan banyak, 20. Tapi mereka cuma diberi waktu 13 hari. Sanggupkah mereka membacanya?
Ditulis ulang berdasarkan diari Gemala
*
Pagi ketika pertama kali melihatmu di dalam labi-labi, aku sama sekali tidak merasa heran. Kamu tidak sendirian, kita tidak berdua saja di dunia ini.
Betapa terganggunya kita dengan kemunculannya yang tak kenal waktu. Ia bagaikan gunung es yang mulai mencair, merintangi perjalanan kita di lahan hijau.
Mau bertindak bagaimana pun supaya terhindar darinya ia belum tersingkap ilmu pengetahuan, sebagaimana belum juga ada yang dapat menjelaskan luapan perasaan seseorang yang sedang jatuh cinta.
Banda Aceh sore itu sejuk dan mendung. Anak-anak kecil berlarian dengan riangnya di taman depan mesjid. Di dalam labi-labi ketika kita diam, kata-kata yang sedang kutuliskan ini sedang menari di tengah hujan.
*
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
*
Pagi ketika pertama kali melihatmu di dalam labi-labi, aku sama sekali tidak merasa heran. Kamu tidak sendirian, kita tidak berdua saja di dunia ini.
Betapa terganggunya kita dengan kemunculannya yang tak kenal waktu. Ia bagaikan gunung es yang mulai mencair, merintangi perjalanan kita di lahan hijau.
Mau bertindak bagaimana pun supaya terhindar darinya ia belum tersingkap ilmu pengetahuan, sebagaimana belum juga ada yang dapat menjelaskan luapan perasaan seseorang yang sedang jatuh cinta.
Banda Aceh sore itu sejuk dan mendung. Anak-anak kecil berlarian dengan riangnya di taman depan mesjid. Di dalam labi-labi ketika kita diam, kata-kata yang sedang kutuliskan ini sedang menari di tengah hujan.
*
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Dra....
Ingin aku ke sana lagi, lalu berharap diajak ke tempat-tempat lain juga yang belum pernah kudatangi.
Rasanya seperti baru saja kembali dari sana setelah aku membaca beberapa bab.
Wow, baru sekarang kutahu ternyata Kamelia....
Minggu-minggu belakang iseng-iseng aku membaca tentang kritik sastra. Walaupun kemarin ketika membaca judul bab kelap-kelip kunang-kunang membuatku tertawa, sekarang aku merasa ada juga hal seriusnya dalam novel ini.
Tak mudah menata perasaan ketika dilihat dengan tatapan aneh oleh orang-orang. Awalnya kamu terlalu memaksakan diri menyangkal rasa malu. Isi hatimu: aku sungguh-sungguh tak peduli lagi, hanyalah salah satu caramu ketika berupaya beradaptasi dengan kondisi itu sekaligus untuk menutupi rasa malu, menurutku.
Subplot novel ini adalah kenangan masa kecilmu bersama seorang teman. Kalian berkenalan di jalan tepi rawa rumput purun ketika pada suatu hari kamu menangkap ikan cupang, yang kemudian karena pertemanan itu menyebabkan kamu terobsesi untuk menulis cerita, menarik perhatianku.
Sudah dulu, Dra. Nanti ketika ada waktu luang cerita-cerita lagi.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Ingin aku ke sana lagi, lalu berharap diajak ke tempat-tempat lain juga yang belum pernah kudatangi.
Rasanya seperti baru saja kembali dari sana setelah aku membaca beberapa bab.
Wow, baru sekarang kutahu ternyata Kamelia....
Minggu-minggu belakang iseng-iseng aku membaca tentang kritik sastra. Walaupun kemarin ketika membaca judul bab kelap-kelip kunang-kunang membuatku tertawa, sekarang aku merasa ada juga hal seriusnya dalam novel ini.
Tak mudah menata perasaan ketika dilihat dengan tatapan aneh oleh orang-orang. Awalnya kamu terlalu memaksakan diri menyangkal rasa malu. Isi hatimu: aku sungguh-sungguh tak peduli lagi, hanyalah salah satu caramu ketika berupaya beradaptasi dengan kondisi itu sekaligus untuk menutupi rasa malu, menurutku.
Subplot novel ini adalah kenangan masa kecilmu bersama seorang teman. Kalian berkenalan di jalan tepi rawa rumput purun ketika pada suatu hari kamu menangkap ikan cupang, yang kemudian karena pertemanan itu menyebabkan kamu terobsesi untuk menulis cerita, menarik perhatianku.
Sudah dulu, Dra. Nanti ketika ada waktu luang cerita-cerita lagi.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Assalamualaikum. Apa kabar, Dra!
20 novel pilihan juri diumumkan besok ya....
Mendadak jadi senang, nggak nyangka ketemu kamu di sini, nggak ada lagi keragu-raguan bahwa akun ini benaran kamu begitu baca bab pertama Kelap-kelip Kunang-Kunang.
Sudah kubaca juga semua tulisan timeline-mu yang menceritakan tentang novel ini. Senang sekali begitu mengetahui ternyata kamu masih suka menulis.
Tulisan di timeline teratas itu menjadi pendorong untuk membaca bab terakhirnya. Besok-besok di waktu luang baru baca berurutan dari bab pertamanya.
Dra, kuceritakan sekilas ketika bencana tsunami. Aku turut serta jadi relawan. Kami membersihkan rumah sakit, tapi karena suatu keperluan mendadak, aku hanya sebentar di Aceh.
Pernah bersama seorang teman aku ke rumahmu pakai motor. Jalannya sulit dilewati, puing-puing belum selesai disingkirkan, orang-orang yang sudah meninggal dunia belum semuanya dibawa ke tempat pemakaman, sebagiannya memang sudah dimasukkan ke dalam kantong jenazah.
Awalnya bingung juga menemukan lokasi rumahmu. Pohon kayu hanya terlihat satu dua di sekitaran. Hutan bakau dan rumbia tanpa bekasnya sama sekali. Tanpa halangan apapun, birunya laut dapat dilihat mulai dari jalan di samping lapangan bola. Tiba-tiba aku teringat pada jalan melengkung di depan rumahmu.
Jalan melengkung itulah sebagai penanda bahwa aku benar-benar sudah berada di tempat yang ingin kutuju. Tidak ada lagi tanaman suplir, pohon kelapa, mangga, nangka, cengkeh, juga pohon kingking. Hanya pondasi rumahmu yang terlihat di antara puing-puing.
Aku diberitahu oleh seseorang yang sedang mencari ternaknya bahwa abang dan kakakmu beserta anak-anaknya selamat, mereka lari ke jalan raya dan langsung ke tempat pengungsian dan kamu tidak berada di kampung saat itu sedangkan Bapak sedang naik haji dan Mamak sudah meninggal karena sakit beberapa tahun sebelumnya.
Dra, dari judul bab-babnya tergambar sekilas di benakku tentang novel ini. Pohon kingking, meriam karbit, memancing, ke pohon tidur, tentu saja masih kuingat. Hehehe ada ada aja kita waktu itu ya Dra!
Aku juga baca satu dua bab novel penulis lain yang ikut lomba kali ini. Bagus-bagus dan menarik. Tapi kelap-kelip kunang-kunang itu rasa-rasanya...kok aku malah mau tertawa jadinya ya Dra. Mungkin karena belum baca sampai tamat, mungkin karena aku teringat pada momen yang lucu-lucu. Aku malah jadi ingat ketika teman-teman sekolahku beranggapan bahwa kita pacaran... hehehe.
Oh ya, Dra. Biji buah kingkingnya nggak tumbuh, mungkin karena nggak secepatnya kutanam. Aku ikutan sedih, Dra, pohon kingking nggak ada lagi di sana.
Sampai di sini dulu ya Dra. Besok-besok sewaktu-waktu kulanjutkan lagi cerita-ceritanya.
Sudah sesuai kriteria juri atau pun belum, kurasa kamu masih tetap semangat menuliskan cerita-cerita berikutnya dan semoga ada yang tertarik menerbitkan kelap-kelip kunang-kunang.
Semangat, Dra!
20 novel pilihan juri diumumkan besok ya....
Mendadak jadi senang, nggak nyangka ketemu kamu di sini, nggak ada lagi keragu-raguan bahwa akun ini benaran kamu begitu baca bab pertama Kelap-kelip Kunang-Kunang.
Sudah kubaca juga semua tulisan timeline-mu yang menceritakan tentang novel ini. Senang sekali begitu mengetahui ternyata kamu masih suka menulis.
Tulisan di timeline teratas itu menjadi pendorong untuk membaca bab terakhirnya. Besok-besok di waktu luang baru baca berurutan dari bab pertamanya.
Dra, kuceritakan sekilas ketika bencana tsunami. Aku turut serta jadi relawan. Kami membersihkan rumah sakit, tapi karena suatu keperluan mendadak, aku hanya sebentar di Aceh.
Pernah bersama seorang teman aku ke rumahmu pakai motor. Jalannya sulit dilewati, puing-puing belum selesai disingkirkan, orang-orang yang sudah meninggal dunia belum semuanya dibawa ke tempat pemakaman, sebagiannya memang sudah dimasukkan ke dalam kantong jenazah.
Awalnya bingung juga menemukan lokasi rumahmu. Pohon kayu hanya terlihat satu dua di sekitaran. Hutan bakau dan rumbia tanpa bekasnya sama sekali. Tanpa halangan apapun, birunya laut dapat dilihat mulai dari jalan di samping lapangan bola. Tiba-tiba aku teringat pada jalan melengkung di depan rumahmu.
Jalan melengkung itulah sebagai penanda bahwa aku benar-benar sudah berada di tempat yang ingin kutuju. Tidak ada lagi tanaman suplir, pohon kelapa, mangga, nangka, cengkeh, juga pohon kingking. Hanya pondasi rumahmu yang terlihat di antara puing-puing.
Aku diberitahu oleh seseorang yang sedang mencari ternaknya bahwa abang dan kakakmu beserta anak-anaknya selamat, mereka lari ke jalan raya dan langsung ke tempat pengungsian dan kamu tidak berada di kampung saat itu sedangkan Bapak sedang naik haji dan Mamak sudah meninggal karena sakit beberapa tahun sebelumnya.
Dra, dari judul bab-babnya tergambar sekilas di benakku tentang novel ini. Pohon kingking, meriam karbit, memancing, ke pohon tidur, tentu saja masih kuingat. Hehehe ada ada aja kita waktu itu ya Dra!
Aku juga baca satu dua bab novel penulis lain yang ikut lomba kali ini. Bagus-bagus dan menarik. Tapi kelap-kelip kunang-kunang itu rasa-rasanya...kok aku malah mau tertawa jadinya ya Dra. Mungkin karena belum baca sampai tamat, mungkin karena aku teringat pada momen yang lucu-lucu. Aku malah jadi ingat ketika teman-teman sekolahku beranggapan bahwa kita pacaran... hehehe.
Oh ya, Dra. Biji buah kingkingnya nggak tumbuh, mungkin karena nggak secepatnya kutanam. Aku ikutan sedih, Dra, pohon kingking nggak ada lagi di sana.
Sampai di sini dulu ya Dra. Besok-besok sewaktu-waktu kulanjutkan lagi cerita-ceritanya.
Sudah sesuai kriteria juri atau pun belum, kurasa kamu masih tetap semangat menuliskan cerita-cerita berikutnya dan semoga ada yang tertarik menerbitkan kelap-kelip kunang-kunang.
Semangat, Dra!
....kurasa kini engkau tak sendiri lagi.
Aku pun kini juga seperti dirimu satu hati telah mengisi hidupku.
Tak perlu engkau tahu rasa rindu ini. Dan lagi mungkin kini kau telah bahagia ....
*
Itu penggalan lirik sebuah lagu jadul. Rindu Yang Terlarang. Broery Marantika dan Dewi Yull, lalu dinyanyikan dan diaransemen ulang oleh Mahkota Band.
Dan saat menulis adegan terakhir dalam novel ini saya mendengarkan versi akustik yang dikover Pengamen Jos The Gendhot di yutubu.
Adegan novel dengan lagu melenceng dari konteks memang. Tapi dalam dunia realitas, saya mesti mendengarkan lagu ini begitu selesai menuliskan kata tamat, kata Samudra pada saya.
Yeah... kalian-kalian yang masa remajanya sudah berlalu jangan ikutan baperan donk. Ayok kita karokean Rindu Yang Terlarang sambil minum jus pokat.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Aku pun kini juga seperti dirimu satu hati telah mengisi hidupku.
Tak perlu engkau tahu rasa rindu ini. Dan lagi mungkin kini kau telah bahagia ....
*
Itu penggalan lirik sebuah lagu jadul. Rindu Yang Terlarang. Broery Marantika dan Dewi Yull, lalu dinyanyikan dan diaransemen ulang oleh Mahkota Band.
Dan saat menulis adegan terakhir dalam novel ini saya mendengarkan versi akustik yang dikover Pengamen Jos The Gendhot di yutubu.
Adegan novel dengan lagu melenceng dari konteks memang. Tapi dalam dunia realitas, saya mesti mendengarkan lagu ini begitu selesai menuliskan kata tamat, kata Samudra pada saya.
Yeah... kalian-kalian yang masa remajanya sudah berlalu jangan ikutan baperan donk. Ayok kita karokean Rindu Yang Terlarang sambil minum jus pokat.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Karena bulunya oren, Mamak menamainya Kuning. Ia jarang pulang, pergi berhari-hari, mungkin ingin berlama-lama di rumah pasangannya, lalu muncul pada suatu hari dengan kondisi kurus, kusut, tampak lapar, dan langsung ke depan meja dapur menggelendot di kaki Mamak--Mamak sedang mengukus ikan.
Aroma jahe, cabai rawit, bawang merah, dan ikan yang baru setengah matang membuatnya tak sabar menunggu diberi makan, lalu sambil mengeong-ngeong ia menggosok-gosokkan kepalanya di kaki Mamak.
Malamnya hujan. Kami sedang menonton TV di ruang tengah. Tiba-tiba gelap, listrik padam, lalu terdengar suara gedebuk berulang-ulang di dapur.
Kami segera ke dapur karena melihat ada kilatan cahaya dalam kegelapan. Sontak kami terkejut dan panik, di stopkontak listrik di dinding tripleks ada api dan ia melompat ke api itu, ia membenturkan bagian samping tubuhnya ke tripleks yang sedang terbakar, berusaha memadamkan api.
Abang saya segera memadamkannya dengan air minum di cerek, dan ternyata keadaan di luar/rumah tetangga terang, hanya rumah kami yang lampunya mati.
Mamak menghidupkan lilin dan abang saya memeriksa stopkontak listrik yang sudah meleleh dan hangus terbakar. Bagian tripleks di bawah pipa kabel listrik hingga ke plafon tampak basah. Ada seng yang bocor kata abang saya, rembesan airnya terkena stopkontak membuat lonjakan arus listrik dan panas sehingga membakar kotak stopkontak lalu merembet ke tripleks.
Setelah memotong kabel listrik di stopkontak dan membungkus ujungnya dengan lakban, abang saya segera ke teras untuk menghidupkan kembali meteran listrik yang padam akibat korsleting tadi.
Rumah kami terang lagi, terlihat Mamak sedang mengelus-elus kepala si Kuning.
Peristiwa ini memang tidak diceritakan dalam novel Kunang-Kunang. Tapi tetap ada adegan yang ada kucingnya....
Kita punya kenangan dengan kucing kita masing-masing.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Aroma jahe, cabai rawit, bawang merah, dan ikan yang baru setengah matang membuatnya tak sabar menunggu diberi makan, lalu sambil mengeong-ngeong ia menggosok-gosokkan kepalanya di kaki Mamak.
Malamnya hujan. Kami sedang menonton TV di ruang tengah. Tiba-tiba gelap, listrik padam, lalu terdengar suara gedebuk berulang-ulang di dapur.
Kami segera ke dapur karena melihat ada kilatan cahaya dalam kegelapan. Sontak kami terkejut dan panik, di stopkontak listrik di dinding tripleks ada api dan ia melompat ke api itu, ia membenturkan bagian samping tubuhnya ke tripleks yang sedang terbakar, berusaha memadamkan api.
Abang saya segera memadamkannya dengan air minum di cerek, dan ternyata keadaan di luar/rumah tetangga terang, hanya rumah kami yang lampunya mati.
Mamak menghidupkan lilin dan abang saya memeriksa stopkontak listrik yang sudah meleleh dan hangus terbakar. Bagian tripleks di bawah pipa kabel listrik hingga ke plafon tampak basah. Ada seng yang bocor kata abang saya, rembesan airnya terkena stopkontak membuat lonjakan arus listrik dan panas sehingga membakar kotak stopkontak lalu merembet ke tripleks.
Setelah memotong kabel listrik di stopkontak dan membungkus ujungnya dengan lakban, abang saya segera ke teras untuk menghidupkan kembali meteran listrik yang padam akibat korsleting tadi.
Rumah kami terang lagi, terlihat Mamak sedang mengelus-elus kepala si Kuning.
Peristiwa ini memang tidak diceritakan dalam novel Kunang-Kunang. Tapi tetap ada adegan yang ada kucingnya....
Kita punya kenangan dengan kucing kita masing-masing.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Mamak saya sangat menyukai tanaman suplir dan rajin merawatnya. Potnya diletakkan mengelilingi teras rumah. Daun-daunnya yang rimbun hijau berjuntaian melewati tembok teras yang rendah. Tanah halaman di baliknya ikut menghijau begitu butiran-butiran hitam pada tepi daun atau sporanya--yang dijatuhkan angin--mulai tumbuh di situ.
Pada hari Jum'at sebelum mandi dan ke mesjid, batang lidinya yang hitam berkilat itu sesekali saya gunakan untuk mengeluarkan tanah dan kotoran dari kuku tangan dan kaki, tapi seringnya dengan belimbing wuluh, lebih mudah dan cepat bersihnya.
Entah mulai kapan pastinya Lolat ada di halaman rumah. Mamak yang pertama kali melihatnya. Pagi itu Lolat duduk manis di depan pintu teras. Ia diam dan tersenyum, tatapan matanya tampak ceria tanpa memelas. Tapi sekujur tubuhnya memang tampak kotor tak terawat.
Ia tampak lapar karena sudah berhari-hari tidak juga mau pergi jauh, lalu Mamak memberinya makan.
Perawakannya seperti anak anjing kampung biasa, tapi seiring hari berlalu ternyata panjang kakinya tetap saja segitu. Ia memiliki kaki pendek dan bertubuh kecil seperti pudel.
Ia tidak bertingkah iseng, melarikan sendal misalnya, ia hanya suka berlarian saja sambil sesekali menggonggong dan menjaga jarak dengan manusia. Mungkin itu yang membuat Mamak tak melarang saya saat memutuskan memeliharanya.
Ia ikutan berjemur di bawah cahaya matahari pagi saat menemani Mamak menjemur belimbing wuluh di atas bangku kayu tinggi.
Di Aceh belimbing wuluh dijemur dan digarami hingga kering dan digunakan sebagai pelengkap bumbu masak, dinamai asam sunti.
Di belakang rumah, setelah Mamak mengukur kelapa dan mengambil santannya, ia juga ikut makan ampas kelapa bersama ayam yang Mamak pelihara. Ia juga tidak menganggu anak ayam, ia baik.
Lalu saya membuatkan kandang kecil dari papan bekas untuknya dan meletakkanya di bawah pohon nangka di belakang rumah.
Pada pagi dan sore hari ia memang senang berada di situ. Ia senang mendengarkan riuhnya kicauan ratusan burung kacer yang sedang berkejar-kejaran di atas pohon nangka. Sesekali ia menengadah sambil berusaha berdiri dengan kedua kaki belakangnya, seakan-akan sedang ikutan terbang dan bermain dengan mereka.
Hingga pada suatu pagi ia tak ada di kandangnya. Saya sudah mencarinya hingga ke tepi sungai dan sawah. Mungkin, memang sudah keinginannya demikian, pergi begitu saja sebagaimana saat dulu ia datang.
*
Dan karena aku tak menemukan hal lain untuk ditulis, aku menyediakan diri sendiri sebagai subjek-- Montaigne, penulis Perancis, 1533-1593
*
Hanya dua tok kelakuannya yang membuat Samudra jengkel padanya....
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Pada hari Jum'at sebelum mandi dan ke mesjid, batang lidinya yang hitam berkilat itu sesekali saya gunakan untuk mengeluarkan tanah dan kotoran dari kuku tangan dan kaki, tapi seringnya dengan belimbing wuluh, lebih mudah dan cepat bersihnya.
Entah mulai kapan pastinya Lolat ada di halaman rumah. Mamak yang pertama kali melihatnya. Pagi itu Lolat duduk manis di depan pintu teras. Ia diam dan tersenyum, tatapan matanya tampak ceria tanpa memelas. Tapi sekujur tubuhnya memang tampak kotor tak terawat.
Ia tampak lapar karena sudah berhari-hari tidak juga mau pergi jauh, lalu Mamak memberinya makan.
Perawakannya seperti anak anjing kampung biasa, tapi seiring hari berlalu ternyata panjang kakinya tetap saja segitu. Ia memiliki kaki pendek dan bertubuh kecil seperti pudel.
Ia tidak bertingkah iseng, melarikan sendal misalnya, ia hanya suka berlarian saja sambil sesekali menggonggong dan menjaga jarak dengan manusia. Mungkin itu yang membuat Mamak tak melarang saya saat memutuskan memeliharanya.
Ia ikutan berjemur di bawah cahaya matahari pagi saat menemani Mamak menjemur belimbing wuluh di atas bangku kayu tinggi.
Di Aceh belimbing wuluh dijemur dan digarami hingga kering dan digunakan sebagai pelengkap bumbu masak, dinamai asam sunti.
Di belakang rumah, setelah Mamak mengukur kelapa dan mengambil santannya, ia juga ikut makan ampas kelapa bersama ayam yang Mamak pelihara. Ia juga tidak menganggu anak ayam, ia baik.
Lalu saya membuatkan kandang kecil dari papan bekas untuknya dan meletakkanya di bawah pohon nangka di belakang rumah.
Pada pagi dan sore hari ia memang senang berada di situ. Ia senang mendengarkan riuhnya kicauan ratusan burung kacer yang sedang berkejar-kejaran di atas pohon nangka. Sesekali ia menengadah sambil berusaha berdiri dengan kedua kaki belakangnya, seakan-akan sedang ikutan terbang dan bermain dengan mereka.
Hingga pada suatu pagi ia tak ada di kandangnya. Saya sudah mencarinya hingga ke tepi sungai dan sawah. Mungkin, memang sudah keinginannya demikian, pergi begitu saja sebagaimana saat dulu ia datang.
*
Dan karena aku tak menemukan hal lain untuk ditulis, aku menyediakan diri sendiri sebagai subjek-- Montaigne, penulis Perancis, 1533-1593
*
Hanya dua tok kelakuannya yang membuat Samudra jengkel padanya....
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Buah Kingking dalam cerita ini
Buah Kingking itu persis jambu monyet bentuknya. Namun buah kingking ukurannya sangat kecil.
Dulu sekali saya punya niat menanamnya di dalam pot tapi terlupakan seiring waktu berlalu.
Beberapa tahun usai bencana tsunami saya pernah mencari pohonnya tapi tidak ketemu. Saya masih ingin menanamnya di dalam pot. Unik dan indah menurut saya jika tumbuh di dalam pot. Apalagi ketika berbuah. Indah sekali.
Hanya seorang teman saya yang masih ingat dan tahu. Dia juga pernah mencarinya dan belum ketemu juga. Dia mengetahuinya karena dia hobi/jago bonsai. Saya pernah hobi bonsai dan belajar sama dia, tapi kemudian saya berhenti karena tidak telaten.
Dulu dia pernah melihatnya ketika mencari bakalan bonsai dan dedaunan untuk ternaknya di kawasan pohon tidur berada. (Pohon tempat Samudra mendirikan pondoknya saat dia senang menyendiri).
Namun waktu itu dia belum terpikir menanamnya dalam pot.
Saya pernah mencarinya di gugel tapi tidak ketemu. Karena saya tidak tahu bahasa indonesianya apa untuk nama pohon ini saya mengetik jambu monyet jenis kecil.
Daunnya tidak sama dengan daun jambu monyet. Mungkin lebih mirip daun Jamblang.
Mungkin saja, biji buah Kingking yang dibawa Gemala untuk ditanam di dalam pot dapat tumbuh dan hidup hingga sekarang.
Waduh, sepertinya mata saya terasa agak basah ....
pict: rumah kakak saya/saya di Banda Aceh
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Buah Kingking itu persis jambu monyet bentuknya. Namun buah kingking ukurannya sangat kecil.
Dulu sekali saya punya niat menanamnya di dalam pot tapi terlupakan seiring waktu berlalu.
Beberapa tahun usai bencana tsunami saya pernah mencari pohonnya tapi tidak ketemu. Saya masih ingin menanamnya di dalam pot. Unik dan indah menurut saya jika tumbuh di dalam pot. Apalagi ketika berbuah. Indah sekali.
Hanya seorang teman saya yang masih ingat dan tahu. Dia juga pernah mencarinya dan belum ketemu juga. Dia mengetahuinya karena dia hobi/jago bonsai. Saya pernah hobi bonsai dan belajar sama dia, tapi kemudian saya berhenti karena tidak telaten.
Dulu dia pernah melihatnya ketika mencari bakalan bonsai dan dedaunan untuk ternaknya di kawasan pohon tidur berada. (Pohon tempat Samudra mendirikan pondoknya saat dia senang menyendiri).
Namun waktu itu dia belum terpikir menanamnya dalam pot.
Saya pernah mencarinya di gugel tapi tidak ketemu. Karena saya tidak tahu bahasa indonesianya apa untuk nama pohon ini saya mengetik jambu monyet jenis kecil.
Daunnya tidak sama dengan daun jambu monyet. Mungkin lebih mirip daun Jamblang.
Mungkin saja, biji buah Kingking yang dibawa Gemala untuk ditanam di dalam pot dapat tumbuh dan hidup hingga sekarang.
Waduh, sepertinya mata saya terasa agak basah ....
pict: rumah kakak saya/saya di Banda Aceh
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Yang juga tidak diceritakan dalam novel kelap-kelip kunang-kunang
Waktu SMP, pernah sekali saya bersama tiga orang teman menelusuri sungai itu dengan ban dalam mobil truk dimulai dari bawah sebuah jembatan di jalan raya....
*
(Di tahun-tahun kemudian pada suatu malam saya diajak seorang teman ke jembatan itu, kami duduk di beton semen kepalanya lalu dia memetik gitar dan menyanyikan lagu Wind Of Change, Scorpions. Hanya untuk itu.
Belakangan baru saya tahu alasannya berbuat demikian, saya tertawa dan geleng-geleng kepala tentunya. Ternyata malam itu tanggal runtuhnya tembok berlin.
Jembatan itu memang dijadikan patokan perbatasan antara dua kampung. Nama kampungnya Lamteumen Barat dan Lamteumen Timur. Ada ada saja kelakuan teman saya itu, apa kaitannya dua buah kampung serta sebuah jembatan di jalan raya kota Banda Aceh dengan tembok berlin yang jauh di sana!)
*
.... Kami membayangkan diri kami atlet rafting arum jeram dengan perahu karetnya. Arus sungai sedang surut dengan derasnya karena baru hujan lebat. Tiga puluh menit berlalu dan semakin seru walaupun kulit lengan dan betis tergores-gores ranting pohon dan duri, dan ban dalam truk itu pun mulai kempes, lima belas menit kemudian barulah kami tiba di kampung kami dan naik ke daratan melalui jembatan dari batang pinang yang kelak dilalui Samudra bersama Gemala -- bab 23 memancing ikan suik di sungai yang dipenuhi batu nisan berukir.
*
Lalu aku mengajaknya ke seberang sungai. Perlahan dia meniti di belakangku sambil berpegangan pada seutas tali besar yang terentang di sepanjang jembatan yang dibuat dari tiga batang pohon pinang besar yang rapat dan rebah tak jauh di atas permukaan air.
Ketika aku sudah tiba di seberang, dia masih berada di tengah-tengah jembatan. Aku menunggunya di bawah pohon bakau.
"Yang di dalam air itu batu nisan juga, Dra?!" tanyanya kemudian begitu sudah berada di ujung jembatan. Dia merundukkan badan, memperhatikan batu-batu nisan yang teronggok tak beraturan di tempat-tempat tertentu di dasar tepian sungai.
"Sudah dibilang dari tadi kuburan orang jaman, masih juga nanya!"
"Yang ini bentuknya unik, Dra. Berukir dan ada tulisannya. Peninggalan dari jaman kerajaan ya, Dra?!"
"Jadi mancing, nggak?!"
Cepat-cepat aku berjalan ke balik semak-semak, dan Gemala menyusul dengan agak berlari sambil tertawa. Tidak lama kemudian kami tiba di pohon bakau besar itu. Aku segera naik ke akarnya dan mengeluarkan sebuah paduk pancing plastik dari tas pinggangku. Gemala menyusul, lalu berdiri di sebelahku.
Waktu SMP, pernah sekali saya bersama tiga orang teman menelusuri sungai itu dengan ban dalam mobil truk dimulai dari bawah sebuah jembatan di jalan raya....
*
(Di tahun-tahun kemudian pada suatu malam saya diajak seorang teman ke jembatan itu, kami duduk di beton semen kepalanya lalu dia memetik gitar dan menyanyikan lagu Wind Of Change, Scorpions. Hanya untuk itu.
Belakangan baru saya tahu alasannya berbuat demikian, saya tertawa dan geleng-geleng kepala tentunya. Ternyata malam itu tanggal runtuhnya tembok berlin.
Jembatan itu memang dijadikan patokan perbatasan antara dua kampung. Nama kampungnya Lamteumen Barat dan Lamteumen Timur. Ada ada saja kelakuan teman saya itu, apa kaitannya dua buah kampung serta sebuah jembatan di jalan raya kota Banda Aceh dengan tembok berlin yang jauh di sana!)
*
.... Kami membayangkan diri kami atlet rafting arum jeram dengan perahu karetnya. Arus sungai sedang surut dengan derasnya karena baru hujan lebat. Tiga puluh menit berlalu dan semakin seru walaupun kulit lengan dan betis tergores-gores ranting pohon dan duri, dan ban dalam truk itu pun mulai kempes, lima belas menit kemudian barulah kami tiba di kampung kami dan naik ke daratan melalui jembatan dari batang pinang yang kelak dilalui Samudra bersama Gemala -- bab 23 memancing ikan suik di sungai yang dipenuhi batu nisan berukir.
*
Lalu aku mengajaknya ke seberang sungai. Perlahan dia meniti di belakangku sambil berpegangan pada seutas tali besar yang terentang di sepanjang jembatan yang dibuat dari tiga batang pohon pinang besar yang rapat dan rebah tak jauh di atas permukaan air.
Ketika aku sudah tiba di seberang, dia masih berada di tengah-tengah jembatan. Aku menunggunya di bawah pohon bakau.
"Yang di dalam air itu batu nisan juga, Dra?!" tanyanya kemudian begitu sudah berada di ujung jembatan. Dia merundukkan badan, memperhatikan batu-batu nisan yang teronggok tak beraturan di tempat-tempat tertentu di dasar tepian sungai.
"Sudah dibilang dari tadi kuburan orang jaman, masih juga nanya!"
"Yang ini bentuknya unik, Dra. Berukir dan ada tulisannya. Peninggalan dari jaman kerajaan ya, Dra?!"
"Jadi mancing, nggak?!"
Cepat-cepat aku berjalan ke balik semak-semak, dan Gemala menyusul dengan agak berlari sambil tertawa. Tidak lama kemudian kami tiba di pohon bakau besar itu. Aku segera naik ke akarnya dan mengeluarkan sebuah paduk pancing plastik dari tas pinggangku. Gemala menyusul, lalu berdiri di sebelahku.
Kalau kalian ke Banda Aceh duduk-duduklah sebentar di warung-warung kopi legendaris di Ulee Kareng. Sekolah si Samudra juga berada di kawasan tersebut.
Di Aceh mobil angkot disebut labi-labi. Tapi tidak ada lagi sekarang. Samudra dan Gemala hampir selalu bertemu di labi-labi saat pergi pulang sekolah meskipun bersekolah di sekolah yang berbeda. Setiap pagi mereka berdua selalu menjadi penumpang pertama sebuah labi-labi.
Dulu pernah beberapa kali ketika pulang kampung ke Banda Aceh saya naik pesawat kecil smac. Lalu dari bandara Sultan Iskandar Muda menuju kampung menggunakan mobil carteran. Si sopir akan mengambil jalan pintas melalui Ulee Kareng.
Sawah membentang luas di belakang sekolah si Samudra. Di sebuah titik yang jauh di sanalah bandara itu berada. Pesawat yang akan mendarat dan baru terbang dapat keliatan dari belakang sekolah nya itu.
Tiba di stasiun labi-labi (tidak jauh dari mesjid raya baiturrahman) mereka berdua nyambung labi-labi lain yang rutenya melewati sekolah mereka. Tapi tak lama kemudian mereka harus berpisah.
*
Masa muda penuh kegembiraan karena anak muda punya kemampuan melihat keindahan. Siapa pun yang bisa mempertahankan kemampuannya melihat keindahan tidak pernah menjadi tua -- Franz Kafka, penulis Cheko, 1883-1924
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Di Aceh mobil angkot disebut labi-labi. Tapi tidak ada lagi sekarang. Samudra dan Gemala hampir selalu bertemu di labi-labi saat pergi pulang sekolah meskipun bersekolah di sekolah yang berbeda. Setiap pagi mereka berdua selalu menjadi penumpang pertama sebuah labi-labi.
Dulu pernah beberapa kali ketika pulang kampung ke Banda Aceh saya naik pesawat kecil smac. Lalu dari bandara Sultan Iskandar Muda menuju kampung menggunakan mobil carteran. Si sopir akan mengambil jalan pintas melalui Ulee Kareng.
Sawah membentang luas di belakang sekolah si Samudra. Di sebuah titik yang jauh di sanalah bandara itu berada. Pesawat yang akan mendarat dan baru terbang dapat keliatan dari belakang sekolah nya itu.
Tiba di stasiun labi-labi (tidak jauh dari mesjid raya baiturrahman) mereka berdua nyambung labi-labi lain yang rutenya melewati sekolah mereka. Tapi tak lama kemudian mereka harus berpisah.
*
Masa muda penuh kegembiraan karena anak muda punya kemampuan melihat keindahan. Siapa pun yang bisa mempertahankan kemampuannya melihat keindahan tidak pernah menjadi tua -- Franz Kafka, penulis Cheko, 1883-1924
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Pernah hobi main catur
Alasan lain saya tidak melanjutkan alur cerita ini, karena saya memang belum kuat hati... menuliskan kisah dengan latar bencana tsunami. Saya pasti akan menangis.
Dalam novel kunang-kunang, Samudra dan Fajri, teman sekelasnya, terpilih sebagai pemain catur yang akan diikutkan ke turnamen catur antar sekolah.
*
Tiga hari sebelum kejuaraan berlangsung aku datang ke rumahnya untuk bermain catur dengannya. Rumahnya dekat dengan pelabuhan pendaratan ikan. Dia mengajakku ke dermaga. Lalu kami duduk di tempat yang teduh di bawah pohon ketapang yang rindang. Sesekali boat nelayan lewat di samping kami. Tempat ini merupakan muaranya sungai Krueng Aceh, sungai sepanjang 145 kilometer yang membelah kota Banda Aceh.
*
Empat tahun setelah tamat SMA saya berjumpa lagi dengan Fajri di sebuah kota kecil di kawasan barat selatan Aceh. Dia karyawan baru di sebuah bank dan sering datang ke tempat kos saya.
Pada suatu hari, satu minggu sebelum bencana tsunami dia mengajak saya pulang ke Banda Aceh. Saya bilang saya baru saja pulang dua hari lalu menghadiri pernikahan adik teman saya. Hari itu hari terakhir saya melihatnya.
Pasca tsunami seorang teman SMA saya, si ketua kelas, pernah mencoba mencarinya. Rumahnya hilang katanya. Dan kami memang tidak pernah bertemu dengannya lagi.
Ketika gempa kuat pagi itu saya sedang mencuci pakaian. Saya lari keluar rumah lalu dengan hp Nokia 3315 menelpon kakak saya di Banda aceh sambil berjalan kaki ke tempat saya bekerja. Semua nomor hp kerabat yang saya hubungi tidak dapat tersambung.
TV di tempat kerja sedang menayangkan rekaman pertama tentang tsunami (metro tv). Saya kaget, saya bilang itu kawasan kampung saya.Tidak ada seorang pun yang memedulikan perkataan saya. Mereka tampak resah dengan hp di telinga.
Suara tangis mulai terdengar di luar, dari rumah penduduk sekitar.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Alasan lain saya tidak melanjutkan alur cerita ini, karena saya memang belum kuat hati... menuliskan kisah dengan latar bencana tsunami. Saya pasti akan menangis.
Dalam novel kunang-kunang, Samudra dan Fajri, teman sekelasnya, terpilih sebagai pemain catur yang akan diikutkan ke turnamen catur antar sekolah.
*
Tiga hari sebelum kejuaraan berlangsung aku datang ke rumahnya untuk bermain catur dengannya. Rumahnya dekat dengan pelabuhan pendaratan ikan. Dia mengajakku ke dermaga. Lalu kami duduk di tempat yang teduh di bawah pohon ketapang yang rindang. Sesekali boat nelayan lewat di samping kami. Tempat ini merupakan muaranya sungai Krueng Aceh, sungai sepanjang 145 kilometer yang membelah kota Banda Aceh.
*
Empat tahun setelah tamat SMA saya berjumpa lagi dengan Fajri di sebuah kota kecil di kawasan barat selatan Aceh. Dia karyawan baru di sebuah bank dan sering datang ke tempat kos saya.
Pada suatu hari, satu minggu sebelum bencana tsunami dia mengajak saya pulang ke Banda Aceh. Saya bilang saya baru saja pulang dua hari lalu menghadiri pernikahan adik teman saya. Hari itu hari terakhir saya melihatnya.
Pasca tsunami seorang teman SMA saya, si ketua kelas, pernah mencoba mencarinya. Rumahnya hilang katanya. Dan kami memang tidak pernah bertemu dengannya lagi.
Ketika gempa kuat pagi itu saya sedang mencuci pakaian. Saya lari keluar rumah lalu dengan hp Nokia 3315 menelpon kakak saya di Banda aceh sambil berjalan kaki ke tempat saya bekerja. Semua nomor hp kerabat yang saya hubungi tidak dapat tersambung.
TV di tempat kerja sedang menayangkan rekaman pertama tentang tsunami (metro tv). Saya kaget, saya bilang itu kawasan kampung saya.Tidak ada seorang pun yang memedulikan perkataan saya. Mereka tampak resah dengan hp di telinga.
Suara tangis mulai terdengar di luar, dari rumah penduduk sekitar.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Banyak hal lain di kampung itu yang tidak diceritakan, ataupun kalau diceritakan tidak terlalu spesifik dalam novel ini.
Nenek-nenek membuat gerabah dari tanah liat. Ibu-ibu membuat pengki dari rotan, anak-anak muda membuat sikat ijuk. Menjadi aktivitas harian dan paruh waktu orang-orang di situ, di bawah rumah panggungnya sambil mendengarkan sandiwara radio saur sepuh.
Masih banyak rumah panggung waktu itu, tegak kokoh dan tampak adem di antara pohon kelapa dan belimbing wuluh.
Ketika musim hujan, ikan gabus tersadar dari hibernasinya dan terkadang kita bisa menemukan kura-kura kecil yang terbawa air luapan sawah ke solokan. Musang dan cerape sesekali terlihat di semak-semak, bahkan juga babi hutan dan ayam hutan.
Dulu sekali, ada sebuah pedati yang ditarik seekor sapi. Saisnya sudah tua. Dia membawa hasil bumi untuk dijual di pasar. Dengan sepeda BMX-nya si Samudra kecil sering iseng mengikutinya dari belakang sampai di persimpangan jalan raya. Ada juga seorang kakek-kakek bersepeda ontel yang selalu berpenampilan necis sering menyapa si Samudra dengan bahasa Belanda ketika berpapasan.
Satu dua koin uang logam jaman belanda terkadang terlihat teronggok di tanah ketika Samudra kecil sedang bermain kelereng dan layangan.
Yang lain mungkin, cerita tentang hantu-hantu. Dan yang lain lagi mungkin.... mungkin tentang ... kenapa kawan-kawan Samudra yang begitu usia remaja mulai senang mendengarkan dan menyanyikan lagu Bob Marley.
*
Ambisi seorang novelis bukan melakukan sesuatu yang lebih baik dari pendahulunya, tapi melihat apa yang mereka tidak lihat, mengatakan apa yang mereka tak katakan - Milan Kundera, sastrawan Cheko, 1929 ....
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Nenek-nenek membuat gerabah dari tanah liat. Ibu-ibu membuat pengki dari rotan, anak-anak muda membuat sikat ijuk. Menjadi aktivitas harian dan paruh waktu orang-orang di situ, di bawah rumah panggungnya sambil mendengarkan sandiwara radio saur sepuh.
Masih banyak rumah panggung waktu itu, tegak kokoh dan tampak adem di antara pohon kelapa dan belimbing wuluh.
Ketika musim hujan, ikan gabus tersadar dari hibernasinya dan terkadang kita bisa menemukan kura-kura kecil yang terbawa air luapan sawah ke solokan. Musang dan cerape sesekali terlihat di semak-semak, bahkan juga babi hutan dan ayam hutan.
Dulu sekali, ada sebuah pedati yang ditarik seekor sapi. Saisnya sudah tua. Dia membawa hasil bumi untuk dijual di pasar. Dengan sepeda BMX-nya si Samudra kecil sering iseng mengikutinya dari belakang sampai di persimpangan jalan raya. Ada juga seorang kakek-kakek bersepeda ontel yang selalu berpenampilan necis sering menyapa si Samudra dengan bahasa Belanda ketika berpapasan.
Satu dua koin uang logam jaman belanda terkadang terlihat teronggok di tanah ketika Samudra kecil sedang bermain kelereng dan layangan.
Yang lain mungkin, cerita tentang hantu-hantu. Dan yang lain lagi mungkin.... mungkin tentang ... kenapa kawan-kawan Samudra yang begitu usia remaja mulai senang mendengarkan dan menyanyikan lagu Bob Marley.
*
Ambisi seorang novelis bukan melakukan sesuatu yang lebih baik dari pendahulunya, tapi melihat apa yang mereka tidak lihat, mengatakan apa yang mereka tak katakan - Milan Kundera, sastrawan Cheko, 1929 ....
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Dua buku yang disebut dalam salah satu adegan novel Kunang-Kunang, Aceh, H. C. Zentgraaff. Dan satu lagi Ihya Ulumuddin, Imam Al Ghazali.
Saya suka sepakbola. Saya terkenang ketika menonton pertandingan Persiraja Aceh vs Persib Bandung di Aceh. Itu sudah sangat lama sekali. Setiap kali bola di kaki Ajat Sudrajat semua penonton akan bersorak gembira. Ajat adalah legenda Persib. Untuk kawan-kawan di sini yang berasal dari Jawa Barat dan suka bola dan Bobotoh, saya menyampaikan salam persahabatan.
Buku terjemahan kitab ihya ditemukan si Samudra di atas lemari di kamar orangtuanya. Buku Aceh, H.C Zentgraaff (wartawan perang yang meliput perlawanan rakyat Aceh terhadap Belanda) milik orangtua Gemala.
Lalu mereka berdua saling menukar bacaan.
*
"Lagi mikir apa, Dra. Dari tadi cuma diam?" tanya Gemala dari atas sadel sepeda federalnya.
"Minggu depan kami tanding bola. Di sekolah juga ada seleksi pemain catur, ada kejuaran catur beregu antar SMA sekota Banda Aceh."
"Ikut Dra, caturnya."
"Lihat dulu nanti."
"Ada turnamen bola, Dra?"
"Pertandingan persahabatan. Tapi lawannya kuat. Mereka punya beberapa pemain Persiraja."
"Persira Banda Aceh, Lantak laju! Pajoh bu beuleu!"
(Persiraja: Persatuan Sepakbola Indonesia Kutaraja Banda Aceh, adalah klub sepakbola Kota Banda Aceh. Lantak laju: Hajar terus. Pajoh bu beuleu: Makan nasi yang banyak.)
Tawa kecil tak dapat kusembunyikan begitu mendengarkan pelafalan kata-kata bahasa aceh yang diucapkannya dengan terbata-bata.
"Di buku yang kubawa ini Dra," lanjutnya, "tapi lupa detail kalimatnya dan halamannya. Ada kata-kata orang belanda yang nilai orang aceh... kira-kira begini, Dra: ‘Orang aceh itu akan terus berjuang biarpun kemungkinan menang hanya sedikit. Selama mereka melihat sedikit saja kemungkinan menang, tidak akan pernah menyerah'. Ayo, Dra. Semangat, Dra!"
"Memangnya mau lawan Belanda!"
"Semangatnya itu yang penting, Dra!"
*
Saya mendoakan kawan-kawan agar juga bersemangat dalam menjalani aktivitas.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Saya suka sepakbola. Saya terkenang ketika menonton pertandingan Persiraja Aceh vs Persib Bandung di Aceh. Itu sudah sangat lama sekali. Setiap kali bola di kaki Ajat Sudrajat semua penonton akan bersorak gembira. Ajat adalah legenda Persib. Untuk kawan-kawan di sini yang berasal dari Jawa Barat dan suka bola dan Bobotoh, saya menyampaikan salam persahabatan.
Buku terjemahan kitab ihya ditemukan si Samudra di atas lemari di kamar orangtuanya. Buku Aceh, H.C Zentgraaff (wartawan perang yang meliput perlawanan rakyat Aceh terhadap Belanda) milik orangtua Gemala.
Lalu mereka berdua saling menukar bacaan.
*
"Lagi mikir apa, Dra. Dari tadi cuma diam?" tanya Gemala dari atas sadel sepeda federalnya.
"Minggu depan kami tanding bola. Di sekolah juga ada seleksi pemain catur, ada kejuaran catur beregu antar SMA sekota Banda Aceh."
"Ikut Dra, caturnya."
"Lihat dulu nanti."
"Ada turnamen bola, Dra?"
"Pertandingan persahabatan. Tapi lawannya kuat. Mereka punya beberapa pemain Persiraja."
"Persira Banda Aceh, Lantak laju! Pajoh bu beuleu!"
(Persiraja: Persatuan Sepakbola Indonesia Kutaraja Banda Aceh, adalah klub sepakbola Kota Banda Aceh. Lantak laju: Hajar terus. Pajoh bu beuleu: Makan nasi yang banyak.)
Tawa kecil tak dapat kusembunyikan begitu mendengarkan pelafalan kata-kata bahasa aceh yang diucapkannya dengan terbata-bata.
"Di buku yang kubawa ini Dra," lanjutnya, "tapi lupa detail kalimatnya dan halamannya. Ada kata-kata orang belanda yang nilai orang aceh... kira-kira begini, Dra: ‘Orang aceh itu akan terus berjuang biarpun kemungkinan menang hanya sedikit. Selama mereka melihat sedikit saja kemungkinan menang, tidak akan pernah menyerah'. Ayo, Dra. Semangat, Dra!"
"Memangnya mau lawan Belanda!"
"Semangatnya itu yang penting, Dra!"
*
Saya mendoakan kawan-kawan agar juga bersemangat dalam menjalani aktivitas.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Tokoh, Karakter.
Apa hal yang mengasyikkan dan menyebalkan pada saat remaja? Dan tentunya kita semua punya kenangan dari masa kanak-kanak dan mengenal dengan baik karakter beberapa teman sepermainan.
Diskripsi fisik wajah Samudra dan Gemala agak-agak mirip Sam dan Molly, tokoh utama film ghost. (Jika kalian belum pernah nonton filmnya, di yutub ada).
Kita juga dapat mengetahui bagaimana karakter Samudra sewaktu masih SD dari penilaian seorang temannya melalui suratnya (bab 15 surat balasan).
Kamu adalah teman masa kecilku yang paling ceria, Dra. Semua orang senang berteman denganmu....
Kejadian di rumah Raisa pada saat kamu mengelus-elus anak kucingnya. . . . Aku tidak mungkin lupa, dulu pada saat ada perkataan yang ditujukan kepadamu dan perkataan itu membuat banyak orang tertawa, biasanya kamu balas segera dengan kata-kata yang akan membuat mereka tertawa juga.
Kamu teman masa kecilku yang paling ceria, Dra. Senang bercanda tanpa membuat orang lain tersinggung dan jengkel. Kamu, super keren pada saat menanggapi setiap candaan orang lain. Kamu super keren dalam hal itu.
Dra, nama anak kucingmu dulu yang awalnya kamu namai Superman kemudian berubah namanya, kan? Kamu ganti namanya menjadi Johan Pahlawan, kan? Dia tumbuh dewasa dan kemudian kita menyadari ternyata dia kucing perempuan! Aku pun mengejekmu, tapi dalam detik itu juga kamu langsung membuatku tertawa. Kamu bilang kamu tidak kaget sedikitpun. Dia memang kucing perempuan dan namanya yang sebenarnya adalah Johanna.
*
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Apa hal yang mengasyikkan dan menyebalkan pada saat remaja? Dan tentunya kita semua punya kenangan dari masa kanak-kanak dan mengenal dengan baik karakter beberapa teman sepermainan.
Diskripsi fisik wajah Samudra dan Gemala agak-agak mirip Sam dan Molly, tokoh utama film ghost. (Jika kalian belum pernah nonton filmnya, di yutub ada).
Kita juga dapat mengetahui bagaimana karakter Samudra sewaktu masih SD dari penilaian seorang temannya melalui suratnya (bab 15 surat balasan).
Kamu adalah teman masa kecilku yang paling ceria, Dra. Semua orang senang berteman denganmu....
Kejadian di rumah Raisa pada saat kamu mengelus-elus anak kucingnya. . . . Aku tidak mungkin lupa, dulu pada saat ada perkataan yang ditujukan kepadamu dan perkataan itu membuat banyak orang tertawa, biasanya kamu balas segera dengan kata-kata yang akan membuat mereka tertawa juga.
Kamu teman masa kecilku yang paling ceria, Dra. Senang bercanda tanpa membuat orang lain tersinggung dan jengkel. Kamu, super keren pada saat menanggapi setiap candaan orang lain. Kamu super keren dalam hal itu.
Dra, nama anak kucingmu dulu yang awalnya kamu namai Superman kemudian berubah namanya, kan? Kamu ganti namanya menjadi Johan Pahlawan, kan? Dia tumbuh dewasa dan kemudian kita menyadari ternyata dia kucing perempuan! Aku pun mengejekmu, tapi dalam detik itu juga kamu langsung membuatku tertawa. Kamu bilang kamu tidak kaget sedikitpun. Dia memang kucing perempuan dan namanya yang sebenarnya adalah Johanna.
*
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Untuk kawan-kawan yang belum pernah nulis novel tapi ingin menulis novel, dengan senang hati saya bersedia diajak diskusi.
Karena kita senang membaca novel, tanpa kita sadari kita sudah memiliki pengetahuan untuk menulis novel. Semoga kalian juga mempunyai novel yang kalian tulis sendiri.
Sambil makan nasik liat kunang-kunang.... eh, kucing. Terimakasih sudah baca novel kunang-kunang.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Karena kita senang membaca novel, tanpa kita sadari kita sudah memiliki pengetahuan untuk menulis novel. Semoga kalian juga mempunyai novel yang kalian tulis sendiri.
Sambil makan nasik liat kunang-kunang.... eh, kucing. Terimakasih sudah baca novel kunang-kunang.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
Kelakuan masa SMA, pada suatu hari saya dan semua kawan sekelas cabut bersama, moga aja kalian yg sekarang masih SMA nggak, kecuali sengaja ingin membuat kenangan konyol untuk suatu saat nanti ditulis dalam novel kalian....hehehe
"Asyik juga cabut sesekali," kata Sri dengan riangnya.
"Masuk akal, ini jam terakhir, sebentar lagi juga pulang," sela Bob lagi.
"Betul sekali Bob," sambung Riza.
Sambil menyandang tas aku beranjak dari tempat duduk menuju ke ambang pintu kelas.
"Serius, Dra?" tanya Fahrul.
"Ngintip situasi dulu," jawabku sambil melayangkan pandangan mata ke sekitar dan ke pintu ruang BP yang terbuka lebar, tak jauh dari kelas kami yang posisinya di pojokan. Tanaman asoka yang sedang berbunga di taman depan ruang BP jadi penghalang pandangan mataku, tapi juga menjadi sebuah keuntungan bagi kami. Kami dapat leluasa meninggalkan kelas tanpa terlihat dari dalam ruangan BP.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami
"Asyik juga cabut sesekali," kata Sri dengan riangnya.
"Masuk akal, ini jam terakhir, sebentar lagi juga pulang," sela Bob lagi.
"Betul sekali Bob," sambung Riza.
Sambil menyandang tas aku beranjak dari tempat duduk menuju ke ambang pintu kelas.
"Serius, Dra?" tanya Fahrul.
"Ngintip situasi dulu," jawabku sambil melayangkan pandangan mata ke sekitar dan ke pintu ruang BP yang terbuka lebar, tak jauh dari kelas kami yang posisinya di pojokan. Tanaman asoka yang sedang berbunga di taman depan ruang BP jadi penghalang pandangan mataku, tapi juga menjadi sebuah keuntungan bagi kami. Kami dapat leluasa meninggalkan kelas tanpa terlihat dari dalam ruangan BP.
https://m.kwikku.com/novel/read/kelap-kelip-kunang-kunang-di-telapak-tangan-dan-telapak-kaki-kami